materi kuliah biologi, biologi kesehatan, biologi sel, karakteristik mahluk hidup, klasifikasi mahluk hidup, plantae, animalia dan kerugian dan keuntungan biologi bagi kehidupan, manfaat, obat tradisional, herbal dan khasiat tanaman

Klasifikasi Filum Mollusca

Mollusca berasal dari bahasa Latin, Mollis yang berarti lunak. Jadi, jika ditinjau dari asal katanya, Mollusca berarti hewan yang memiliki tubuh lunak. Mollusca mencakup hewan-hewan yang bersifat triploblastik celomata dengan sebaran habitat yang sangat luas. Tubuh Mollusca yang lunak sebagai ciri utama dari phylum ini umumnya dilindungi oleh suatu cangkang yang keras.

Klasifikasi Filum Mollusca

Klasifikasi Filum Mollusca
Klasifikasi Filum Mollusca

Berdasarkan bidang simetri, kaki, cangkok, mantel, insang dan system syaraf, Mollusca terdiri atas lima kelas yaitu :
  • Kelas Gastropoda = Fosil melimpah,dan terekam luas (Kambrium-Resen).
  • Kelas Pelecypoda = Masuk dalam banyak genus ,dan spesies (Ordovisium Bawah-Resen).
  • Kelas Amphinrura = Fosilnya jarang ditemukan (Kambrium-Resen).
  • Kelas Scaphopoda = Fosil jarang ditemukan dalam batuan lebih tua dari Mesozoikum.
  • Kelas Cephalopoda = Fosil lazim ditemukan pada batuan Paleozoikum,sangat melimpah pada Mesozoikum.
Dan 2 yang merupakan kelas baru yang telah memisahkan diri dari kelas sebelumnya yaitu :
  • Monoplacophora
  • Aplacophora

A. Kelas Gastropoda (L.Gaster = perut + podos = kaki)

a. Mengenal Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas Mollusca yang terbesar dan popular. Ada sekitar 50.000 spesies Gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Oleh karena banyaknya jenis Gastropoda, maka hewan ini mudah ditemukan.

Sebagian besar Gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok. Padahal waktu larva, bentuk tubuhnya simetri bilateral. Namun ada pula Gastropoda yang tidak memiliki cangkok, sehingga sering disebut siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di laut dan ada pula yang hidup di darat.

Pernapasan bagi Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidupdi air, bernapas dengan insang.

Gastropoda mempunyai alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi. Alat ekskresi berupa sebuh ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel. Sistem peredaran darah adalah sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak dalam rongga tubuh.

Anatomi Achatina Fulica
Anatomi Achatina Fulica

1. Struktur Tubuh Gastropoda
Tubuhnya bercangkok (concha), kebanyakan berputar ke kanan (dekstral) ada juga yang berputar ke kiri (sinistral). Putaran ini berasal sari apeks melalui whorl sampai ke aperture. Bagian tengah yang merupakan sumbu putaran disebut kollumella. Kollumella ini tidak terlihat dari luar.

Cangkok terdiri atas tiga lapisan, yaitu: (1) periostrakum, terbuat dari bahan tandukyang disebut konkiolin, (2) lapisan prismatik, terbuat dari kalsit atau arragonit, (3) lapisan mutiara, terdiri dari CaCO3, jernih dan mengkilap. Lapisan prismatik dan periostrakum dibentuk oleh tepi pallium yang menebal, sedangkan mutiara dibentuk oleh seluruh permukaan pallium. Pada waktu aktif tubuh menjulur dari cangkok, terdiri atas bagian: (1) kepala (pada ujung depan agak ke ventral terdapat mulut, dua pasang tentakel, pada ujung tentakel yang lebih panjang terdapat mata); (2) leher (pada sisi sebelah kanan terdapat lubang genital); (3) kaki (terdiri atas otot yang kuat untuk merapat, (4) viscera yang belum begitu jelas batasnya (terdapat di dalam cangkok, berbentuk spiral, ditutupi oleh mantel, pada bagian tepi cangkok dekat kaki mantel menjadi lebih tebal disebut gelangan (kollar), di bawah gelangan ini terdapat lubang pernafasan; rongga mantel berfungsi juga sebagai organ pernafasan.

2. Sistem Pencernaan Makanan Gastropoda
Makanan berupa tumbuh-tumbuhan, dipotong-potong oleh rahang zat tanduk (mandibula), kemudian dikunyah oleh radula. Zat-zat makanan diserap di dalam intestin. Saluran pencernaan makanan terdiri atas: rongga mulut-faring (tempat dimana terdapat radula)-esofagus-tembolok-lambung-intestin-rektum-anus. Kelenjar pencernaan terdiri atas: kelenjar ludah, hati, dan pankreas.

3. Sistem Peredaran Darah Gastropoda
Jantung terdapat di dalam cavum pericardi, terdiri dari dua bagian, yaitu satu atrium dan satu ventrikel. Dari ujung ventrikel keluar aorta yang bercabang dua, yaitu: (1) Cabang yang berjalan kea rah anterior, mensuplai darah bagian tubuh sebelah anterior (kepala) kemudian membelok ke arah ventral menjadi arteria pedalis yang mensuplai darah ke bagian kaki; (2) cabang yang berjalan ke arah posterior, mensuplai darah ke viscera, terutama ke kelenjar pencernaan, ventrikel, dan ovotestes. Arteria bercabang-cabang yang langsung mencapai rongga-rongga darah atau hemocoelom (tidak membentuk kapiler-kapiler. Dari hemocoelom, dikumpulkan kembali melalui sirculus venosus (=pembuluh darah yang berjalan melingkar). Circulus venosus terdiri atas dua (masing-masing mengumpulkan arah dari daerah viscera, daerah kaki dan kepala, kemudian darah diteruskan ke paru-paru (untuk melepaskan CO2, dan menerima oksigen) selanjutnya masuk kembali ke atrium kemudian ke ventrikel. Darahnya mengandung pigmen pernafasan yang berwarna biru (=haemocyanin), berfungsi untuk mengikat Oksigen, zat-zat makanan, dan sisa metabolisme.

4. Sistem Pernafasan Gastropoda
Alat pernafasan berupa paru-paru (modifikasi dari rongga mantel yang kaya dengan kapiler-kapiler darah).

5. Sistem Ekskresi Gastropoda
Alat ekskresi berupa nephridia, terdapat di dekat jantung dan saluran uretranya terletak di dekat anus.

6. Sistem Syaraf Gastropoda
Sistem syaraf terdiri atas: ganglion serebral (sebelah dorsal), ganglion pedal (sebelah ventral), ganglion parietal (sebelah lateral), ganglion abdominal (sebelah median), ganglion bukal (sebelah dorsal rongga mulut).

7. Organ Reseptor Gastropoda

Terdapat tiga macam reseptor yang utama, yaitu:
  • Kemoreseptor (terletak pada tentakel yang pendek)
  • Photoreseptor (merupakan mata sederhana yang dilengkapi dengan lensa, sel-sel pigmen dan sel-sel reseptor)
  • Statoreseptor (berupa statokist, terdapat pada ganglion pedalis dan mendapat syaraf dari ganglion serebralis).
Selain dari itu seluruh permukaan tubuhnya peka terhadap sentuhan dan stimulant lainnya.

8. Sistem Reproduksi Gastropoda
Achatina fulica bersifat hermafrodit, tetapi untuk fertilisasi diperlukan spermatozoa dari individu lain, karena spermatozoa dari induk yang sama tidak dapat membuahi sel telur. Ova dan spermatozoa dibentuk bersama-sama di ovotestis. Ovotestis berupa kelenjar kecil berwarna putih kemerahan, terletak melekat di antara kelenjar pencernaan (hepatopankreas, pada apek dari masa viscera).

Saluran yang terdapat pada ovotestis, yaitu:


a. Duktus hermaproditikus (=persatuan saluran halus pada ovotestis)

b. Spermoviduk, terdiri dari dua saluran, yaitu:
  • saluran telur (oviduk), berakhir pada vagina, dan
  • saluran semen (vasdeferens), berakhir pada penis.
Vagina dan penis mempunyai hubungan terbuka dengan suatu ruangan, yaitu atrium genital yang mempunyai lubang keluar (=porus genita)

9. Gerakan dan Tingkah Laku Gastropoda


Alat gerak ialah kaki. Pada waktu aktif permukaan bawah kaki menjadi bergelombang dengan amplitude kecil dikarenakan adanya aktivitas otot-otot dalam dindingnya. Gelombang-gelombang gerakan ini dikordinasikan oleh susunan syaraf. Permukaan yang dilalui siput darat akan menunjukkan bekas, karena adanya deretan mukus yang ditinggalkan dalam perjalanannya. Mukus ini dihasilkan oleh glandula pedalis dengan salurannya yang bermuara di permukaan ventral di belakang mulut.


Mukus ini berguna untuk: (1) menjaga agar supaya kaki tidak menjadi kering, (2) menahan bagian-bagian kaki yang relaksasi: sementara bagian yang kontraksi bergerak ke depan, konka cenderung jatuh menggantung di sisi kanan dan secara periodik kembali pada posisi semula oleh karena aktivitas muskulus kolumellaris. Achatina fulica aktif hanya pada waktu udara lembab dan merayap kemana-mana terutama pada waktu malam hari. Pada waktu udara kering tidak aktif (ini disebut aestivasi) dan menarik tubuhnya ke dalam konka di tempat yang terlindung, kemudian kakinya mengeluarkan lapisan lendir yang kaku dan mengeras untuk menutup lubang konka dan mencegah pengeringan lebih jauh.


Berdasarkan organ respirasi dan letak organ respirasi tersebut, Gastropoda dibagi menjadi 3 Subclassis yaitu :

1. Subclassis Prossobranchia
Prossobranchia merupakan subkelas terbesar dalam gastropoda. Hidup di perairan laut, dengan beberapa jenis ( dalam persentase kecil) hidup di air tawar dan beberapa jenis diketahui bersifat terestrial. Pada umumnya bersifat non parasitik dan mobil. Taksa tersebut mempunyai kisaran perilaku makan yang bervariasi dan bergantung pada jenisnya, yaitu herbivora, omnivora, carnivora, pemakan suspensi dan pemakan deposit. 

Prossobranchia merupakan gastropoda yang dianggap paling primitif, pada akhirnya akan menurunkan 2 subkelas yang lainnya. Kebanyakan spesies menunjukkan beberapa karakter tipikal gastropoda yaitu cangkang yang sempurna, rongga mantel, osphradium dan gigi radula yang berkembang baik. Tipikal prossobranchia mempunyai insang yang dikenal sebagai ctenidium, yang terdiri dari serangkaian lembaran-lembaran triangular yang saling berdekatan. Insang tesebut berlokasi di daerah anterior. Darah tidak teroksigenasi akan masuk ke dalam pembuluh afferaent melalui hemocoel, selanjutnya akan mencapai ctenidia untuk dioksigenasi dan disalurkan ke jantung. Dari jantung tersebut darah bersih diedarkan ke seluruh tubuh gastropdoa melalui aorta tunggal.

Pada beberapa prossobranchia, air masuk melalui struktur saluran yang dikenal sebagai saluran siphon. Saluran siphon berfungsi sebagai saluran masuknya air ke dalam rongga mantel setelah melewati osphradium.

Klasifikasi Prossobranchia
Berdasarkan studi filogenetik, Prossobrachia diklasifikasikan ke dalam 3 ordo yaitu :

1. Ordo Archaeogastropoda
2. Ordo Mesogastropoda
3. Ordo Neogastropoda

Ordo Archaeogastropoda
Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang dianggap mempunyai sifat-sifat primitif yaitu jumlah organ yang selalu berpasangan, fertilisasi yang bersifat eksternal dan banyaknya jumlah gigi pada radula.Anggota ordo tersebut mempunyai sifat reproduksi yang unik yaitu membentuk larva trocophore dalam siklus reproduksinya.

Archaegastropoda meliputi kurang lebih 20.000 spesies yang terdistribusi dalam 140 familia, dengan beberapa diantaranya yaitu :

1. Famili Turbinidae, contoh Turbo marmoratus dan Marmarostoma jobiensis

2. Famili Nerritidae, contoh jenis Nerita lineata, Nerita planospira, Neritina violacea. Ketiga gastropoda tersebut merupakan gastropoda mangrove.

Ordo Mesogastropoda
Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang telah berevolusi menuju hilangnya ctenidium sebelah kanan, pada jenis yang hidup di darat, ctenidia bahkan menghilang sama sekali. Anggota jenis tersebut melakukan fertilisasi secara internal, membentuk larva yang dikenal sebagai larva veliger.

Ordo mesogastropoda beranggotakan kurang lebih 10.000 jenis dalam 95 familia, tersebar di berbagai tipe habitat mulai dari laut sampai daratan, beberapa jenis bersifat parasitik. Beberapa familia yang umum diantaranya adalah Littorinidae (contoh spesies : Littoraria scabra, Littoraria carinifera, merupakan gastropoda pemanjat pada pohon mangrove) , Famili Cerithidhae (contoh spesies : Cerithidea cingulata, merupakan gastropoda pemakan detritus pada lumpur di bawah mangrove.

Ordo Neogastropoda
Ordo tersebut beranggotakan jenis gastropoda yang telah dianggap maju. Anggota jenis dalam ordo tersebut semuanya hidup di perairan, kebanyakan bersifat karnivora. Fertilisasi bersifat internal, berkembang langsung membentuk miniatur dewasa tanpa membentuk stadium larva. Ordo tersebut beranggotakan sekitar 5000 jenis yang terdistribusi ke dalam 21 famili. Famili yang umum dikenal adalah Muricidae ( contoh jenis : Murex pecten dan Chiccoreus cappuccinus).

2. Subclassis Ophistobranchia
Kelompok Ophistobranchia dikenali melalui beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Adanya trend evolusi menuju hilangnya cangkang, menjadikan banyak anggota jenis yang tidak bercangkang.
2. Bila bercangkang, operculum tidak dijumpai.
3. Rongga mantel dan ctenidia cenderung mereduksi
4. Sedikit torsi saat embriogenesis
5. Pada kebanyakan jenis mempunyai struktur insang luar pada bagian posterior yang dikenal sebagai cerrata

Ophistobranchia kebanyakan hidup di perairan. Jumlah anggota jenisnya berkisar antara 1100 jenis.

3. Subclassis Pulmonata
Kelompok pulmonata dikenal sebagai gastropoda paru-paru (pulmo) , paru-paru tersebut merupakan bagian mantel dengan vaskularisasi yang tinggi. Kelompok beranggotakan sekitar 20.000 jenis, kebanyakan bersifat terestrial, bila bersifat akuatik lebih sering dijumpai di perairan tawar. Anggota kelompok tersebut mempunyai gigi radula yang berderet panjang, mengindikasikan sifat herbivora yang dimiliki. Jenis umum yang dijumpai adalah keong mas ( Pylla sp) dan Bekicot ( Achatina fulica)

B. Kelas Bivalvia (bi = 2 ,valvus = katup)
Kelas pelecypoda disebut juga dengan Bivalvia atau Lamellibrankhiata. Bivalvia atau pelecypoda adalah mollusca yang memiliki dua cangkang. Dua cangkang tersebut terkunci seperti engsel sehingga dapat terbuka atau tertutup dengan bantuan beberapa otot yang besar. Ketika menutup, cangkang berfungsi menutupi atau melindungi tubuh dari predatornya.kata pelecypoda memiliki arti “kaki berbentuk kapak”, Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya yang banyak mengandung zat kapur. Contoh hewan kelas ini yaitu remis, tiram dan kijing. Sedangkan disebut Lamellibrankhiata dikarenakan insangnya berbentuk lembaran-lembaran.

Pada Bivalvia insang biasanya berukuran sangat besar dan pada sebagian besar spesies dianggap memiliki fungsi tambahan yaitu pengumpul makanan, disamping berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Kepala tidak berkembang namun sepasang palpus labial mengapit mulutnya. Tubuh bilateral simetris dan memiliki kebiasaan menggali liang pada pasir dan lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan menggunakan kakinya. Untuk itu tubuhnya memipih secara lateral sangat membantu dalam menunjang kebiasaan tersebut. 

Anatomi Luar Bivalvia
Anatomi Luar Bivalvia

Bagian cangkang terdiri atas bagian torsal dan bagian ventral, pada bagian torsal terdapat:

 Gigi sendi, sebagai poros ketika katup membuka dan menutup serta meluruskan kedua katup.
 Ligament sendi, berfungsi menyatukan katup bagian dorsal dan memisahkan katup sebelah vertal.
 Paling luar adalah cangkang yang berjumlah sepasang, fungsinya untuk melindungi seluruh tubuh kerang
 Mantel, jaringan khusus, tipis dan kuat sebagai pembungkus seluruh tubuh yang lunak. Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut sifon. Sifon atas berfungsi untuk keluarnya air, sedangkan sifon bawah sebagai tempat masuknya air.
 Insang, berlapis-lapis dan berjumlah dua pasang. Dalam insang ini banyak mengandung pembuluh darah.
 Kaki pipih bila akan berjalan kaki dijulurkan ke anterior.
 Di dalam rongga tubuhnya terdapat berbagai alat dalam seperti saluran pencernaan yang menembus jantung, alat peredaran. Dan alat ekskresi (ginjal).

Anatomi Dalam Bivalvia
Anatomi Dalam Bivalvia

Cangkang kerang terdiri atas tiga lapis, yaitu urutan dari luar ke dalam sebagai berikut :

1. Periostrakum, merupakan lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas zat tanduk yang dihasilkan oleh tepi mantel, sehingga sering disebut lapisan tanduk. Fungsinya untuk melindungi lapisan yang ada di sebelah dalamnya dan lapisan ini berguna untuk melindungi cangkang dari asam karbonat dalam air serta memberi warna cangkang.

2. Prismatik, lapisan tengah yang tebal dan terdiri atas kristal-kristal kalsium karbonat yang berbentuk prisma yang berasal dari materi organik yag dihasilkan oleh tepi mantel.

3. Nakreas, merupakan lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal halus kalsium karbonat merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel. Di lapisan ini, materi organik yang ada lebih banyak daripada di lapisan prismatic. Lapisan ini tampak berkilauan dan banyak terdapat pada tiram/kerang mutiara. Jika terkena sinar, mampu mamancarkan keragaman warna. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan mutiara.

a. Sistematika Bivalvia
Kelas Bivalvia termasuk salah satu kelas dari phylum Molusca yang memiliki empat ordo yaitu Protobranchia, Taxodonata, Dysodonta dan Pseudolamellibranchia. Kebanyakan hidup di laut terutama di daerah littoral, beberapa di daerah pasang surut dan air tawar. Beberapa jenis laut hidup sampai kedalaman 5000 m (Swit, 1993).

Suwignyo (1998) membagi Bivalvia dalam 3 sub kelas diantaranya :

1. Sub kelas Protobranchia
Umumnya primitif; filamen insang pendek dan tidak melipat; permukaan kaki datar dan menghadap ke ventral; otot aduktor 2 buah.

· Ordo Nuculacea
Tidak mempunyai sifon; sebagai deposit feeder mendapatkan makanan menggunakan proboscides; Nucula dan Yoldia dan hidup di semua laut terutama daerah temperate.

· Ordo Solenomyacea
Mempunyai sifon; menyaring makanan menggunakan insang;cangkang mempunyai semacam tirai (awning); Solen cangkangnya sangat rapuh.

2. Sub kelas Lamellibranchia
Filamen insang memanjang dan melipat, seperti huruf W; antara filamen dihubungkan oleh cilia (filabranchia) atau jaringan (eulamellibranchia)

· Ordo Taxodonta
Gigi pada hinge banyak dan sama; kedua otot aduktor berukuran kurang lebih sama; pertautan antara filamen insang tidak ada. Arca, Anadara, dan Barbatia. Penyebarannya luas umumnya di pantai laut.

· Ordo Anisomyaria
Otot aduktor anterior kecil atau tidak ada yang posterior ukurannya besar, sifon tidak ada; terdapat pertautan antara filamen dengan cilia; biasanya sessile; kaki kecil dan memiliki bisus. Beberapa diantaranya : Mitylus, Ostrea, Atrina dan Pinctada.

· Ordo Heterodonta
Gigi pada hinge terdiri atas beberapa gigi kardinal dengan atau tanpa gigi lateral; insang tipe eulamellibranchia; kedua otot aduktor sama besar; tepi mantel menyatu pada beberapa tempat, biasanya mempunyai sifon. Cardium, Corbicula, Marcenaria, Tagelus, Mya dan Tridacna. Kebanyakan hidup di laut.

· Ordo Schizodonta
Gigi dan hinge memiliki ukuran dan bentuk yang berfariasi; tipe insang eulamellibranchia. Kerang air tawar Pseudodon, Anodonta dan Mutelidea.

· Ordo Adapedonta
Cangkang selalu terbuka, ligamen lemah atau tidak ada; gigi pada hinge kecil atau tidak ada; tipe insang eulamellibranchia; tepi mantel menutup, kecuali pada bukaan kaki; sifon besar, panjang dan menjadi satu; hidup sebagai pengebor pada subtrat keras. Pengebor tanah liat dan batu karang, Pholas, Mya, Panope, Teredo, dan Bankia. Umum terdapat dilaut mana saja

· Ordo Anomalodesmata
Tidak ada gigi pada hinge; tipe insang eulamellibranchia, tetapi lembaran insang terluar mengecil dan melengkung kearah dorsal; bersifat hermaprodit. Lyonsia, cangkang kecil dan rapuh, terdapat di laut dangkal Atlantik dan Pasifik.

3. Sub kelas Septibranchia
Insang termodifikasi menjadi sekat antara rongga inhalant rongga suprabranchia, yang berfungsi seperti pompa. Umumnya hidup di laut dalam seperti Cuspidularia dan Poromya.


b. Sistem pencernaan Bivalvia
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. 

c. Sistem Reproduksi Anatomi Dalam Bivalvia
Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal. Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.

Diagram Daur Hidup Kerang Air Tawar
Diagram Daur Hidup Kerang Air Tawar

d. Habitat Bivalvia
Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis Bivalvia mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup dalam satu ekosistem. Bivalvia pada umumnya hidup membenamkan dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada yang menempel pada benda-benda keras dengan semacam serabut yang dinamakan byssal threads. Demikian pula Nontji (1987), bivalvia hidup menetap di dasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur bahkan pada karang-karang batu. Akan tetapi pada beberapa spesies bivalvia seperti Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).

Membenamkan Diri Pada Substrat
Membenamkan Diri Pada Substrat

Menurut Odum (1988), dalam Samingan dan Srigondo (1993) bahwa binatang infauna seringkali memberikan reaksi yang mencolok terhadap ukuran butir atau tekstur dasar laut, sehingga habitat Molusca dari berbagai lereng pasir lumpur akan berbeda. Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis pelecypoda mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup dalam satu ekosistem. 

Brachiopoda Yang Melekat Pada Substrat Keras (Davis,1986)
Brachiopoda Yang Melekat Pada Substrat Keras (Davis,1986)

. Nontji (1993), menyatakan bahwa “pelecypoda hidup menetap di dasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur adapula yang menempel di pohon bahkan pada karang-karang batu”. Pada beberapa spesies pelecypoda seperti Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).

Kerang Hijau melekat pada substrat dengan benang – benang (Davis,1986)
Kerang Hijau melekat pada substrat dengan benang – benang (Davis,1986)

e. Kebiasaan Makan Bivalvia
Nybakken (1992), menyebutkan berdasarkan pada makanan dan kebiasaan makannya, jenis-jenis bivalvia dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan endapan. Bivalvia umumnya memperoleh makanan dengan cara menyaring partikel-partikel yang ada dalam air laut (Nontji,1987). Pada golongan pemakan endapan, bivalvia ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir yang mengandung sisa-sisa zat organik dan fitoplankton yang hidup di dasar. Makanan tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam bivalvia membenamkan diri siphonnya semakin panjang. (Nontji,1987).

C. Kelas Polyplacophora
Polyplacophora adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Mollusca. Contoh yang terkenal dari kelas ini adalah Chiton sp. Chiton sp termasuk dalam kelas polyplacophora. Chiton sp memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola. Habitat Chiton sp ini adalah di laut, di daerah pantai sampai kedalaman sedang, dan memakan rumput laut dan mikro organisme dari batu karang.

a. Klasifikasi Polyplacophora
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Amphineura
Ordo : Polyplacophora
Famili : Chitondae
Genus : Chiton
Spesies : Chiton sp

b. Struktur Tubuh Polyplacophora
Bentuk tubuhnya bulat telur, pipih, dan simetris bilateral. Mulut tidak berkembang baik dan terletak di bagian kepala (anterior), sedangkan anus terletak di posterior. Hewan ini tidak memiliki tentakel dan mata. Permukaan dorsal tubuhnya tertutup mantel yang dilengkapi delapan kepingan kapur yang mengandung berlapis-lapis serabut insang. Kadang-kadang kepingan itu dibungkus lapisan kitin. Saluran mantel terdapat di tepi tubuh. Kakinya pipih dan biasanya memiliki lidah parut (radula).

 Fosil Chiton sp
 Fosil Chiton sp
c. Sistem Organ pencernaan Polyplacophora
Organ pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi radula dan gigi – faring – perut – usus halus – anus. Kelenjar pencernaannya adalah hati yang berhubungan dengan perut.

 Polyplacophora
Sistem saraf berupa cincin esofagus dan dua cabang saraf yang mensarafi mantel dan daerah kaki. Tidak terdapat ganglion yang jelas, tetapi ada sel-sel ganglion pada cabang saraf. 

e. Sistem peredaran darah Polyplacophora
Sistem peredaran darah lakunair (terbuka) terdiri dari jantung, aorta, dan sebuah sinus. Darah medapat oksigen dari insang.

f. Sistem ekskresi Polyplacophora
Ekskresi dilakukan oleh sepasang ginjal yang bermuara ke arah posterior. 

g. Sistem reproduksi Polyplacophora
Reproduksi secara seksual, yaitu dengan pertemuan sel ovum dan sel sperma yang terdapat pada individu jantan dan betina.


D. Kelas Schapopoda
Scaphopoda adalah hewan dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Mullosca. Scaphopoda merupakan kelas terkecil dari mollusca. Cangkangnya tajam berbentuk silinder, taring atau terompet yang kedua ujungnya terbuka, karena disesuaikan dengan tempat hidupnya dan umumnya disebut keong gigi. Warna yang paling sering adalah putih-coklat atau putih-hijau. Cangkang ini berfungsi untuk melindungi cangkangnya yang sangat lunak. Panjang tubuhnya sekitar 2 mm – 15 cm. Scaphopoda ini tidak memiliki insang, juga tidak memiliki jantung dan pembuluh darah. 

b. Klasifikasi Schapopoda
Kingdom : Animalia
Phylum : Moluska
Class : Scaphopoda
Spesies : Dentalium vulgare 

Dentalium vulgare
Dentalium vulgare

b. Habitat Schapopoda
Hidup dan membenamkan diri pada substrat pasir atau lumpur yang bersih di laut dangkal, beberapa spesies terdapat pada kedalaman 1.850 m. Apabila berjalan di pantai perlu hati-hati karena hewan ini tumbuh di batu atau benda laut lainnya yang berbaris menyerupai taring. cangkangnya yang tajam dapat menusuk telapak kaki dan menyebabkan luka


Habitat Dentalium sp (membenamkan diri dalam pasir)
Habitat Dentalium sp (membenamkan diri dalam pasir)



c. Ciri-ciri Schapopoda

1) Tubuh ramping, memanjang dorsoventral, diselubungi oleh mantel.
2) Panjang tubuhnya biasanya 2,5-5 cm. Ada yang hanya 4 mm, tapi ada pula yang panjangnya 25 cm.
3) Memiliki cangkang
Cangkangnya terbuka pada kedua ujungnya, berbentuk silinder, dan biasanya berwarna putih/kekuningan.
4) Dekat mulut terdapat tentakel kontraktif bersilia disebut captula dengan ujung yang menjulur, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk menangkap mikroflora dan mikrofauna
5) Kaki muncul dari ujung cangkang yang besar, berfungsi untuk menggali di pasir.
6) Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel.
7) Hewan ini memiliki Kelamin terpisah.

Contoh : Siput gading (Dentalium vulgare)

d. Reproduksi Schapopoda
Scaphopoda bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah pada individu lain. Fertilisasi dilakukan dengan cara eksternal. Telur dilepaskan secara terpisah dan sesudah stadium larva yang singkat hewan-hewan muda tenggelam di dasar laut.

e. Sistem Respirasi Schapopoda
Dentalium vulgare tidak memiliki kepala dan ingsang oleh karena itu Sistem pernapasannya di bantu oleh mantel. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan. Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus. 

f. Sistem saraf Schapopoda
System sarafnya berupa tiga pasang simpul saraf (ganglion), yaitu ganglion sarebral, ganglion pleural, dan ganglion pedal. Ketiganya dihubungkan dengan serabut-serabut saraf.

Struktur Tubuh Dentalium sp
Struktur Tubuh Dentalium sp


g. Sistem pencernaan Schapopoda
Terdiri atas mulut, kerongkongan yang pendek, lambung, usus, dan anus. Salurannya memanjang dari mulut hingga anus. Pada mulut ditemukan lidah bergerigi atau radula

h. Sistem Ekskresi Schapopoda
Alat ekskresi berupa ginjal yang dinamakan nefridium. Hewan ini mempunyai kelamin terpisah, baik yang jantan maupun betina, melepaskan sperma dan sel telur nya langsung kedalam air. Jika sel telur ini bertemu maka terjadilah fertilisasi dan lahirlah scaphopoda baru. Scaphopoda ini memiliki lebih dari 350 spesies dan habitatnya mulai dari laut dangkal sampai laut dalam, kira-kira 2000 meter dari permukaan laut. Hewan ini mempunyai kebiasaan pula untuk membenamkan dirinya dipantai.

E. Kelas Cephalopoda
Cephalopoda (Yunani: kephale yang berarti kepala, dan podos artinya kaki) adalah kelas dari Phylum Molluca yang memiliki alat gerak di bagian kepala. Kelas ini merupakan kelas dengan tingkat evolusi tertinggi di antara Mollusca. Tubuh simetri bilateral dengan kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat pengisap dan system saraf yang berkembang baik berpusat di kepala. Kelompok ini memiliki badan lunak dan tidak memiliki cangkang tebal seperti kelas lainnya. Mantelnya menyelimuti seluruh tubuh dan membentuk kerah yang longgar di dekat leher (Romimohtarto, 2007). Contoh anggota kelas ini adalah Nautilus sp., Cumi-cumi (Loligo indica), sotong (Sepia officinalis) dan gurita (Octopus).

a. Habitat
Loligo pealii seperti halnya anggota Cephalopoda yang lainnya memiliki habitat di perairan laut. Hewan ini dapat hidup, baik di lautan dangkal hingga laut dalam.

b. Struktur Tubuh
Tubuh terdiri atas kepala yng terletak ventral, leher yang pendek dan badan yang berbentuk tabung dengan sirip pada kedua sisinya. Pada kepala terdapat sepasang mata yang berkembang sempurna, dan mulut yang terletak diujung dikelilingi oleh empat pasang tangan dan sepasang tentakel. Pada tangan terdapat mangkuk pengisap, Pada sisi posterior kepala terdapat sifon.


c. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan makan pada cumi-cumi telah lengkap dan berkembang dengan baik dan terdiri dari mulut yang mengandung radula, faring berotot, esophagus, lambung berbentuk kantung, sekum berdinding tipis, usus, rectum dan anus. Kelenjar pencernaan terdiri atas sepasang kelenjar ludah, hati dan pancreas.

d. Sistem Respirasi dan Sirkulasi
Respirasi dilakukan dengan menggunakan insang yang berjumlah sepasang di kanan kiri ruang mantel bagian ventral. Sirkulasi darah dilakukan dengan baik. Alat-alat sirkulasi terdiri atas jantung dan sejumlah pembuluh darah. Jantung menerima darah dari vena cava anterior dan vena cava posterior kemudian meuju insang melalui pembuluh darah afferent ke kapiler dan terjadilah pertukaran O2 dengan CO2. Darah yang mengandung O2 keluar dari masing-masing insang melalui pembuluh darah efferent menuju aurikel di setiap sisi yang masing-masing bermuara pada jantung sistemik.

e. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas otak dan beberapa ganglion, yakni ganglion serebral, ganglion pedal serta beberapa ganglion yang lain.

f. Sistem Reproduksi
Loligo pealii bersifat diesius. Pada waktu kopulasi spermatofor dari hewan jantan dimasukan dalam rongga mantel betina dengan pertolongan hektokotilus yang berbentuk seperti sisir. Telur cumi-cumi besar dan bersifat megalesita dan jika menetas tidak melewati tahap larva

F. Monoplacophora
Pada awalnya monoplacophora ditemukan dalam bentuk fosil. Baru pada tahun 1952 ditemukan spesies hidup di jurang dasar samudera pasifik di lepas pantai Costa Rica. Monoplacophora termasuk kedalam kelas molluska. Bentuk tubuhnya seperti siput berukuran 3 mm – 3 cm. tubuh bagian dorsal tertutup sebuah cangkang, bagian ventral terdapat sebuah kaki yang datar dan bundar, di bagian lateral dan posterior kaki di kelilingin mantel yang luas. Semua jenis kelas monoplacophora adalah deposit feeder. Deposit feeder adalah bentos pemakan material organik yang terjebak didalam sedimen baik berupa detritus maupun material organic yang lebih halus. Bentos pemakan deposit ini biasanya langsung memasukkan makanannya kedalam tubuhnya.

Anatomi
Monopalcophora terstruktur kuat, sistem pencernaan melingkar, memiliki 2 pasang kelenjar kelamin (gonad), dan beberapa pasang organ ekskresi (diantaranya 4 yang berfungsi sebagai gonoducts). Sebuah ventrikel bilobed terletak di kedua sisi rectum dan terhubung melalui aorta yang panjang saluran kompleks dari beberapa pasangan atrium yang pada gilirannya terhubung ke organ ekskresi. Sistem saraf seperti tangga dan telah lemah dikembangkan oleh ganglia anterior. Mulut monoplacophora dilengkapi dengan radula, yaitu, setiap baris memiliki gigi pusat, tiga pasang gigi lateral, dan dua pasang gigi marjinal. Anus terdapat dibagian posterior.


G. Aplacophora 
Aplacophora berarti tidak memiliki keeping cangkang. Fauna tersebut berbentuk seperti cacing, tidak bersegmen, berukuran millimeter dan jarang yang berukuran mencapai derajat sentimeter. Pada tubuh yang tidak bersegmen tersebut terdapat spina(duri) atau sisik yang bersifat kapur, melapisi permukaan kutikula tubuhnya. Fauna tersebut ditemukan di perairan laut dalam, terpendam dalam substrat pasir atau batu, atau terdapat bersamai dengan Cnidaria tertentu. Sebanyak 280 jenis telah diidentifikasi dengan masing-masing jenis hanya diwakili oleh 1 atau 2 spesimen saja.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Klasifikasi Filum Mollusca

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment