Pengertian, Fungsi dan Penggolongan Sistem Kekebalan Tubuh, Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki
sistem pertahanan yang saling mendukung. Epidermis yang berfungsi sebagai
pertahanan fisik, dibantu oleh airmata, sebum, ludah, dan getah lambung yang
mengandung unsur pertahanan kimiawi. Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan
sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap bahan atau
zat yang masuk kedalam tubuh.
![]() |
Sistem Kekebalan Tubuh |
Jika bakteri pathogen
berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan serangan dengan
reaksi radang (inflamasi) atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang
dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap banda asing yang masuk
kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh
untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.
A. Pengertian
Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh atau
sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah
terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah,
maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem
imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya
mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
B. Fungsi
Sistem Kekebalan Tubuh
a) Melindungi
tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
b) Menghilangkan
jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan jaringan.
c) Mengenali
dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga
keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
C. Penggolongan
Sistem Kekebalan Tubuh
1) Berdasarkan
Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
a) Sistem
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non
Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia patogen satu
dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
§ Tidak
selektif
§ Tidak
mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
§ Eksposur
menyebabkan respon maksimal segera
§ Memiliki
komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui
beberapa cara, yaitu :
a.1)
Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
Pertahanan
Fisik
Pertahanan secara fisik
dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa, yang
berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar
kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus
oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat
pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi
menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
Pertahanan
Mekanis
Pertahanan secara mekanis
dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi
menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia.
Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam
lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
Pertahanan
Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi
dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret
tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat
memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi
mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara
menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.
Pertahanan
Biologis
Pertahanan secara biologi
dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran
mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan
bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
a.2)
Respons Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi merupakan respons
tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan
keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor
(panas), dan tumor (bengkak). Inflamasi
berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi
inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel
darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia
yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Adanya
kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga mengakibatkan patogen
mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan
yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan histamin dan
prostaglandin.
3. Terjadi
pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi
perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang
terinfeksi.
5. Sel-sel
fagosit memakan patogen.
a.3)
Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme
pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna
mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit
mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah
monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai
makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, dan cell mast
(mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi
dari jaringan yang terinfeksi patogen.
Berikut ini adalah proses fagositosis :
1. Pengenalan
(recognition), mikrobia atau partikel
asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan
(chemotaxis), pergerakan sel fagosit
menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat
yang dihasilkan oleh patogen.
3. Perlekatan
(adhesion), partikel melekat dengan
reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan
(ingestion), membran sel fagosit
menyelubungi seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang
terletak dalam fagosom.
5. Pencernaan
(digestion), lisosom yang berisi
enzim-enzim bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh
permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati
bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya
nanah.
6. Pengeluaran
(releasing), produk sisa patogen yang
tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
a.4)
Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem
pertahanan tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan interferon. Protein
komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan
membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar
dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke
dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.
Interferon dihasilkan oleh
sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh
melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan dengan
sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang
mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah.
b) Sistem
Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh
Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke
dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem
pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :
§ Bersifat
selektif
§ Tidak
memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
§ Mampu
mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
§ Melibatkan
pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
§ Perlambatan
waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas
beberapa komponen, yaitu:
b.1)
Limfosit
Limfosit
B (Sel B)
Proses pembentukan dan
pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam pembentukan
kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi :
1. Sel B
plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel
B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh
serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel
B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
Limfosit
T (Sel T)
Proses pembentukan sel T
terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi di kelenjar
timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara
menyerang sel penghasil antigen secara langsung.
Sel T juga membantu produksi
antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel
T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2. Sel
T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya
serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
3. Sel
T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T
supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
b.2)
Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat
ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang ada
pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin
atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui
proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi
melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan
dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen
tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik,
maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh
karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari
berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua
rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat.
Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan
bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki
tempat pengikatan antigen.
Beberapa cara kerja antibodi dalam
menginaktivasi antigen yaitu :
§ Netralisasi
(menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
§ Aglutinasi
partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
§ Presipitasi
(pengendapan) antigen yang dapat larut
§ Fiksasi
komplemen (aktivasi komplemen)
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti
pada tabel di bawah ini.
Tabel Tipe-Tipe Antibodi
Beserta Karakteristiknya
No.
|
Tipe
Antibodi
|
Karakteristik
|
1.
|
IgM
|
Pertama kali dilepaskan ke aliran darah
pada saat terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan primer)
|
2.
|
IgG
|
Paling banyak terdapat dalam darah dan
diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder). Mengalir
melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif dari ibu kepada janin.
|
3.
|
IgA
|
Ditemukan dalam air mata, air ludah,
keringat, dan membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada permukaan
epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi untuk mencegah kematian
bayi akibat infeksi saluran pencernaan
|
4.
|
IgD
|
Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai
reseptor dan berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh sel B plasma.
|
5.
|
IgE
|
Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi
darah dan cell mast (mastosit) di
dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan
terlibat dalam reaksi alergi.
|
Dari penjelasan tersebut,
dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh berdasarkan cara
mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti terlihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel Beberapa Lapis Pertahanan
Tubuh terhadap Penyakit
Pertahanan
Tubuh Non Spesifik
|
Pertahanan
Tubuh Spesifik
|
|
Pertahanan
Pertama
|
Pertahanan
Kedua
|
Pertahanan
Ketiga
|
§ Kulit
§ Membran
mukosa
§ Rambut
hidung dan silia pada trakea
§ Cairan
sekresi dari kulit dan membran mukosa
|
§ Inflamasi
§ Sel-sel
fagosit
§ Protein
antimikrobia
|
§ Limfosit
§ Antibodi
|
2. Berdasarkan
Mekanisme Kerja
a) Kekebalan
Humoral
Kekebalan humoral melibatkan
aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika
antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk
sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang
mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan
patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu
lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk
kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi
pembentukan sel B plasma yang akan
memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder. Respons
kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan
lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori
imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah
masuk ke dalam tubuh.
b) Kekebalan
Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas
menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika
sel T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan
menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing.
Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons
kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi
produksi antibodi.
3.
Berdasarkan Cara Memperolehnya
a) Kekebalan
Aktif
Kekebalan aktif merupakan
kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan aktif dapat
diperoleh secara alami maupun buatan.
a.1)
Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami
diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman
penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit
itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit
tersebut untuk kedua kalinya.
a.2)
Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan
diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian
vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang dierikan secara
oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme
yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa toksoid atau
ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang
dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan
antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya
memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi
setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh
semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri,
hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk
penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan
menjadi 4 jenis yaitu:
1.
Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG),
polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang
telah dilemahkan.
2.
Vaksin pertusis dan polio jenis salk.
Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan.
3.
Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin
ini berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan
konsentrasinya.
4.
Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari
protein mikroorganisme.
b) Kekebalan
Pasif
Kekebalan pasif merupakan
kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima
antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
b.1)
Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan
pada bayi setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih
berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan pemberian
ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
b.2)
Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan
diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu individu
ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi
mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum antibisa ular
kepada orang yang dipatuk ular berbisa.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete