Sistem Respirasi atau Pernapasan pada Manusia, Sistem
pernapasan atau respirasi berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukar gas
sehingga oksigen dapat disuplai ke dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel
tubuh. Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Fungsi lain daripada faring
adalah menelan, resonansi suara, dan artikulasi sedangkan fungsi lain daripada
laring adalah penghasil suara dan proteksi jalan napas.
Sistem Respirasi atau Pernapasan pada Manusia |
Pengertian Respirasi atau Pernapasan
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses
mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan
energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara
bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Dengan mempelajari struktur faring dan laring
secara makroskopis dan mikroskopis, mengerti mekanisme dan proses pernapasan
secara fisiologis, kita dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan
terjadinya batuk, serak dan sakit saat menelan.
Struktur Makroskopis Pharynn (Tekak)
Penampang sagital pharunx dan larynx |
Pharynx
adalah sebuah pipa musculomembranosa, panjang 12-14 cm, membentang dari basis cranii
sampai setinggi vertebra cervial 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea.paling
lebar di bagian superior, nerukuran 3,5 cm. Di sebelah caudal dilanjutkan
dengan oesophagus (kerongkongan). Pada batas pharynx dengan oesophagus lebarnya
menjadi sekitar 1,5 cm; tempat ini merupakan bagian tersempit saluran
pencernaan, selain appendix vermiformis.
Di
sebelah cranial pharynx dibatasi oleh bagian posterior corpus ossis
sphenoidalis dan pars basilaris osissis occipitalis. Di sebelah dorsal dan
lateral pharynx terdapat jaringan penyambung longgar yang menenpati spatium
peripharyngeale. Di sebelah dorsal, jaringan penyambung longgar tersebut
memisahkan pharynx dari fascia alaris. Di sebelah ventral, pharynx terbuka ke
dalam rongga hidung, mulut dan larynx; dengan demikian dinding anteriornya
tidak sempurna.
Dari
atas ke bawah tiap sisi pharynx melekat pada lamina medialis processus
pterygoidei, raphe pterygomandibularis, mandibula,lidah, oshyoideum, cartilago
thyreoidea dan cartilago cricoidea. Ke arah lateralpharynx berhubungan dengan
cavum tympani lewat tuba pharyngotympanica (auditiva Eustachii) dan
berturut-turut dari cranial ke caudal, berbatasan dengan processus styloideus
dan otot-ototnya. Spatium peripharyngeale terdiri atas dua bagian yakni spatium
parapharyngeale dan spatium retro pharyngeale
Pembagian daerah pharynx |
Pharynx
dibagi menjadi tiga bagian (dapat dilihat di gambar 2) yakni:
1.
Nasopharynx
(Epipharynx)
Nasopharynx
berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle berdinding
statik, kecuali palatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup,
berbeda dari ororpharynx dan laryngopharynx. Ke arah ventral nasopharynx
berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae (apertura nasalis posterior),
yang masing-masing terpisah oleh septum nasi. Nasopharynx dan oropharynx
berhubungan melalui isthmus pharyngeum ini tertutup pleh elevasi palatum molle
dan pembentukan lipatan Passavant (“fold
of Passavant”) di dinding dorsal pharynx. Pada masing-masing dinding
lateral nasopharynx dijumpai ostium pharyngeale tubae auditivae, yakni di
sebelah dorsal dan caudal ujung posterior concha nasalis inferior. Di sebelah
dorsocranial, lubang ini dibatasi oleh elevasi tuba yang dibentuk oleh mukosa
yang menutupi ujung pharyngeal tulang rawan tuba auditiva.
2.
Ororpharynx
(Mesopharynx)
Oropharunx
terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setingga
corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubangan
dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthimus faucium) dan
berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Dinding lateral oropharynx terdiri
atas aecus palatopharyngeus dan tonsilla palatina, arcus palatopharyngeus
terletak di sebelah dorsal arcus paatoglossus, turun dari uvula menuju sisi pharynx,
sebagai lipatan mukosa yang menutuoi miskulus palatopharyngeus membentuk sinus
tonsillaris yang berbentuk segitiga dan berisi tonsilla palatina.
3.
Laryngopharynx
(Hypopharynx)
Laryngopharynx
membentng dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilagi cricoidea
atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebrata cervical 3 sampai bagian
atas vertebracervical 6. Ke arah caudal laryngopharynx dilanjutkan sebagai
oesopahgus. Di dinding anteriornya yang tidak sempurna, terdapat pintu masuk ke
dalam larynx (aditus laryngis) dan di bawah auditus laryngis ini terdapat
permukaan posterior cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea. Pada
masing-masing sisi ventro-caudo-lateral auditus laryngis ini terdapat
fossa/recessus piriformis yang dibatasi di sebelah medial oleh plica
aryepiglottica dan di sebelah lateral oleh cartilago thyreoidea dan membrana
thyreiodea.
Dari
luar ke dalam pharynx mempunyai lapisan lapisan:
1.
Tunica
adventitia
Terletak di permukaan luar lapisan otot
lingkar pharynx. Di daerah oropharynx fascia ini disebut fascia buccopharyngea;
setelah melekat pada raphe pterygomandibularis, fascia ini melintas ke muka
melewati raphe tersebut, untuk berlanjutsebagai fascia buccinatoria yang
menutupi muskulus buccinator. Di sebelah luar fascia ini, yakni di dalam
spatium peripharyngeale, terdapat jadringan ikat longgar.
2.
Tunica/lamina
muscularis
Lapisan
otot pharynx yang terdiri atas: tiga otot lingkar/sirkular yakni muskulus
constrictor pharyngis inferior, muskulus constrictor pharyngis medius, dan
muskulus constrictor pharyngis superior; serta tiga otot yang masing-masing
turun dari processus styloideus, torus tubarius cartilaginis tubae auditivae
dan palatum molle, yakni muskulus stylopharyngeus, muskulus salpingopharyngeus
dan muskulus palatopharyngeus.
3.
Tunica/membrana
fibrosa
Lapisan ini tebal di sebelah atas, terutama
di tempatyang tidak ada lapisan otot; terletak antara tunica mucosa dan tunika
muscularis. Di sebelah medial terhadap canalis caroticus,fascia
pharyngobasilaris ini melekat pada pars basilaris ossis occipitalik dan pars
petrosa ossis temporalis, melengkung di caudal tuba auditiva; di sebelah
ventral melekat pada tepi posterior lamina medialis processus pterigoidei dan
raphe pterygomandibularis. Sewatktu turun, lapis membrana fibrosa ini berkurang
ketebalannya, tetapi bagian tengah permukaan posterior selaput ini diperkuat
oleh pita fibrosa yang melekat pada tuberculum pharyngeum ossis occipitalis dan
turun sebagai raphe pharyngis.
4.
Tunica
mucosa
Lapisan ini bervariasi strukturnya dan
dilanjutkan ke dalam tuba auditiva, cavum nasi, mulut dan larynx. Sebagian
besar mukosa naspharynx bersilia dan menyerupai mukosa rongga hidung.
Selebihnya, serupa dengan epitel rongga mulut, yakni epitel squamosa
bertingkat.
Struktur Mikroskopis Pharynx
Pharynx
merupakan ruangan di belakang kavum nasi yang menghubungkan traktus digestivus
dengan traktus respiratorius. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pharynx
dapat di bagi menjadi 3 bagian yang akan dilihat sisi histologisnya satu per
satu:
1.
Nasopharynx
Terdapat
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, kelenjar campur yang terletak
di bawah membrana basalis pada lamina propria. Pada bagian posterior terdapat
jaringan limfoid yang membentuk tonsila faringea yang sering membesar dan
meradang (adenoiditis). Di nasopharynx terdapat muara dari saluran yang
menghubungkan rongga hidung dan telinga tengah disebut osteum faringeum tuba
auditiva yang dikelilingi banyak kelompok jaringan limfoid disebut tonsila tuba
faringea.
2.
Oropharynx
Terdiri
atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan terletak di belakang
rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Oropharynx akan dilanjutkan e bagian
atas menjadi epitel mulutdan ke bawah ke epitel oesophagus. Di dalam organ ini
terdapat tonsila palatina yang sering meradang disebut tonsilitis.
3.
Laryngopharynx
Terdiri
dari bermacam variasi sel epitel, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Laryngipharynx terletak di belakang larynx.3,4,5
Struktur Makroskopis Larynx (Pangkal
Tenggorok)
Larynx
merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara,
membentang antara lidah sampai trachea. Larynx berada di antara
pembuluh-pembuluh darah besarleherdan di sebelah ventral tertutup oleh kulit,
fascia-fascia dan otot-otot depressor lidah. Ke arah atas larynx terbukake
dalam laryngopharynx; dinding posterior larynx menjadi dinding anterior
laryngopharynx. Ke arah bawah larynx dilanjutkan sebagai trachea.
Skematis susunan tulang rawan larynx. |
Tulang-tulang
rawan larynx (dapat dilihat dari gambar 4) terdiri atas:
1. Cartilagio Thryeoida
Tulang
rawan larynx terbesar, terdiri atas dua lamina persegi empat yang tepi
anteriornya menyatu ke arah inferior, membentuk sebuah sudut yang menonjol yang
dikenal sebagai prominentia laryngea (“Adam’s
Apple”)
2. Cartilago
Cricoidea
Berbentuk
semu cincin stempel, membentuk bagian inferior dinding larynx. Arcusnya yang
etak di sebelah ventral, teraba di sebelah caudal prominentia laryngea, dan
terpisah darinya oleh lekukan yang berisi conus elasticus yang elastik.
Masing-masing sisi cartilago cricoidea, di batas antara lamina dan arcus,
bersendi dengan cornu inferius cartilago thryeodiea.
3. Cartilago
Epiglottis
Epiglottis
merupakan tulang rawan berbentuk daun, di sebelah dorsal lidah dan corpus ossis
hyoidei, di ventral aditus laryngis, berproyeksi serong ke atas. Batang daunnya
yang sempit dihubungkan dengan ligamen thryreo-epiglotticum ke bagian dorsal
prominentia laryngea. Tiap sisi epiglottis dilekatkan ke masing-masing cartilago
arytaenoidea oleh plica aryepiglottica.
4. Cartilago
Arytaenoidea
Terletak
di bagian belakang larynx, sebelah superolateral lamina cartilago cricoidea.
Berbentuk piramid dengan tiga permukaan, dua proessus, sebuah basis dan apex.
a. Cartilago Cuneiforme
Masing-masing
berada dalam plica aryepiglottica, di sebelah anterior terhadap cartilago
corniculatum.
b. Cartilago Cornilatum
Terletak
disebelah posterior, dalam pica aryepiglottica. Bersandar pada apexcartilago
arytaenoidea.
Struktur Mikroskopis Laring
Laring
merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang
rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah
masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis
merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan
lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan
permukaan laringeal ditutupi oleh epitel
respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat
kelenjar campuran mukosa dan serosa.
Di
bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen
laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari
epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri
dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus
vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara
dengan frekuensi yang berbeda-beda.3,4,5
Mekanisme Pernapasan
Tujuan
dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang
karbon dioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dapat dibagi menjadi
empat fungsi utama yaitu ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara
antara atmosfir dan alveoli paru; difusi oksigen dan karbon dioksida antara
alveoli dan darah; pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan
cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh; dan pengaturan ventilasi dan
hal-hal lain dari pernapasan.
Saluran
penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai
bronkiolus dilapisi oleh membrana mukosa bersilia. Ketika masuk vestibulum nasi
udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan oleh mukosa respirasi yang terdiri
dari epitel toraks bertigkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel
diliputi oleh cairan mukus. Gerakan silia mendorong mukus ke posterior di dalam
rongga hidung dan ke superior pada sistem pernapasan bawah menuju ke faring.
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Selanjutnya menuju
glotis dan akan bermuara di trakea. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan
berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm. Trakea akan
bercabang yang dinamakan bifurcatio trachealis dimana pada percabangan tersebut
ada bangungan yang bernama carina. Percabangan itu akan berlanjut sebagai
bronkus primarius dexter et sinister yang akan kembali bercabang menjadi
bronkus sekundus atau bronkus lobaris. Bronkus lobaris akan bercabang menjadi
bronkus tertius atau segmentalis yang akan berlanjut menjadi bronkiolus
terminalis. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris terminalis. Terdapat dua
tipe sel alveolar : pneumosit tipe I, merupakan lapisan tipis yang menyebar dan
menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II yang
bertanggung jawab atas sekresi surfaktan
Sistem
pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai
dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi
pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.
Sistem
pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
1. Bagian
konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan bronkiolus terminalis
2. Bagian
respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Gambar 6.Saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi.
|
Pernapasan
pada manusia berlangsung dengan cara mengubah tekanan udara di dalam paru-paru.
Perubahan tekanan ini menyebabkan udara dapat keluar dan masuk dari dan ke
dalam Paru-paru yang disebut bernapas.
Proses
bernapas pada manusia melalui 2 (dua) tahap :
1. Inspirasi (penghirupan)
Tahap
inspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi. Volume
rongga dada dan paru-paru meningkat ketika diafragma bergerak turun ke bawah
dan sangkar tulang rusuk membesar. Tekanan udara dalam paru-paru akan turun di
bawah tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir ke dalam paru-paru.
2. Ekspirasi (penghembusan)
Tahap
ekspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berelaksasi. Volume
rongga dada dan paru-paru mengecil ketika diafragma bergerak naik dan sangkar
tulang rusuk mengecil. Tekanan udara dalam paru-paru akan naik melebihi tekanan
udara atmosfer, dan udara akan mengalir keluar dari paru-paru.
Otot-otot Pernapasan
Paru-paru
dapat dikembangkempiskan melalui dua cara: pertama dengan pgerakan naik
turunnya diafragma untuk memperbesar dan memperkecil rongga dada, dan kedua
dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil
diameter anteroposterios rongga dada.
Pernapasan
normal dan tenang dapat dicapai dnegan hampir sempurna melalui metode pertama,
yaitu gerakan diafragma. Selama inspirasi, kontraksi diafragma menarik
permukaan bawah paru ke arah bawah. Kemudian selama ekspirasi, diafragma
mengadakan relaksasi, dan sifat elastis daya lenting paru (elastic recoil), dindiing dada, dan struktur abdomen akan menekan
paru-paru dan mengeluarkan udara. Namun, selama bernapas kuat, daya elastis
tidak cukup untuk menghasilkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga
mengkompresi paru.
Metode
kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat rangka iga. Pengembangan
paru ini dapat terjadi karena pada posisi istirahat iga miring ke bawah, dengan
demikian sternum turun ke belakang ke arah kolumna vertebralis. Tetapi, bila
rangka iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum sekarang
bergerak ke depan menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada
kira-kira 20% lebih besar selama inspirasi maksimum dibandingkan selama
ekspirasi. Otot oaling penting yang mengangkat rangka iga adalah otot intercostalis eksterna, tetapi otot-otot
lain yangmembantunya adalah sternocleidomastoideus,
mengangkat sternum ke atas, serratus
anterior, mengangkat sebagian besar iga; dan, scalenus, menangkat dua iga pertama.
Otot-otot
yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah rektus abdominis, yang mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang
sangat kuat terhadap iga-iga bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika
otot-otot ini dan otot-otot abdomen lainnya menekan isi abdomen ke ayas ke arah
diafragma, dan intercostalis internus.
Selama
ekspirasi tulang-tulang iga membentuk sudut ke bawah dan otot interkostalis
eksternus memanjang ke depan dan ke bawah. Bila otot-otot ini berkontraksi,
otot tersebut menarik tulang iga bagian atas ke depan dalam hubungannya dengan
tulang iga yang lebih bawah, keadaan ini menghasilkan daya ungkit pada tulang
iga untuk menangkatnya ke atas,dengan demikian menimbulkan inspirasi. Otot
interkostalis internus memiliki fungsi berlawanan, yang berfungsi sebagai
otot-otot ekspirasi, karena otot-otot ini membentuk sudur antara tulang iga dalam
arah yang berlawanan dan menghasilkan daya ungkit yang berlawanan pula.
Perubahan Tekanan
Paru-paru
merupakan struktur elastis yng akan mengempis seperti balon dan mengeluarkan
semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya.
Juga, tidak terdapat plekatan antara paru-paru dan dinding rangka dada kecuali
pada bagian paru yang tergantung pada hilumnya dari mediastinum. Paru-paru
sebetulnya mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis
cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru di dalam rongga. Cairan
yang berlebihan akan dihisap terus menerus ke dalam saluran limfatik untuk
menjaga agar terdapat sedikit isapan antara permukaan viseral dari pleura paru
dan permukaan parietal pleura dari ringga toraks. Oleh karena itu, kedua paru
menetap pada dinding toraks seolah-olah terlekat padanya, kecuali ketika dada
melakukan pengembangan dan berkontraksi, maka paru-paru dapat bergeser secara
bebas karena terlumas dengan baik. Tekanan pleura adalah tekanan cairan dalam
ruang sempit antara pleura parudan oleura dinding dada. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, normalnya terdapat sedikit isapan, yang berarti
suatutekanan negatif yang ringan. Tekanan pleura yang normal pada awal
inspirasi adalah sekitar -5 sentimeter air, yang merupakan nilai isap yang
dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai
istirahatnya. Kemudian, selama inspirasi normal, pengembangan rangka dada akan
menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan
tekanan menjadi lebih negatif. Hubungan antara tekanan pleura dan perubahan
volume paru ini meningkatkan negativitas tekanan pleura selama inspirasi.
Kemudian, selama eskpisrasi, peristiwa yang terjadi adalah kebalikannya.
Tekanan
alveolus adalah tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis
terbuka, dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau ke luar paru, maka
tekanan pada semua bagian jalan napas, sampai alveoli, semuanya sama dengan
tekanan atmosfer, yang dianggap sebagai tekanan acuan 0 dalam jalan napas.
Untuk menyebabkan udara mengalir ke dalam alveoli selama inspirasi, maka
tekanan alveoliharus turun sampai nilainya sedikit di bawah tekanan atmosfer.
Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan dimana tekanan alveolus
meningat.
Akhirnya,
terdapat perbedaan antara tekanan alveolus dan tekanan pleura. Perbedaan ini
disebut tekanan transpulmonal. Ini merupakan perbedaan antara tekanan alveoli
dan tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam
paru yang cenderung mengempiskan paru pada setiap pernapasan, yang disebut daya
lenting paru.
Setelah
alveoli diventilasi dengan udara segar, langkah selanjutnya dalam proses
pernapasan adalah difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah paru dan difusi
karbon dioksida dalam arah sebaliknya, keluar dari pembuluh darah. Proses
difusi secara sederhana merupakan gerak molekul-molekul secara acak yang
menjalin jalan ke seluruh arah melalui membran pernapasan dan cairan yang
berdekatan.
Semua
gas yang berhbungan dengan fisiologi pernapasan adalah molekul-molekul
sederhana yang dapat bergerak bebas di antara satu sama lain, suatu proses yang
disebut difusi. Untuk terjadinya difusi harus ada sumber energi yang dihasilkan
oleh gerakan kinetik molekul itu sendiri.
Tekanan
disebabkan oleh berbagai benturan dari molekul-molekul yang bergerak melawan
permukaan. Oleh karena itu, tekanan gas pada permukaan saluran pernapasan dan
alveoli sebanding dengan jumlah kekuatan benturan dari seluruh molekul gas yang
membentur permukaan pada keadaan tertentu. Ini berarti bahwa tekanan berbanding
langsung dengan konsentrasi molekul-molekul gas.
Pada
fisiologi pernapasan, banyak sekali campuran gas-gas terutama oksigen,
nitrogen, dan karbondioksida. Kecepatan difusi masing-masing gas ini berbanding
langsung dengan tekananyang disebabkan oleh gas itu sendiri, yang disebut
tekanan parsial gas.
Gas
yang terlarut dalam air atau jaringan tubuh juga menggunakan tekanan, sebab
moekul gas yang larut bergerak secara acak dan mempunyai energi kinetik.
Selanjutnya, bila molekul gasyang terlarut dalam cairan mengenai permukaan
seperti membran sel, molekul gas itu menggunakan tekanan parsialnya senditi
seperti halnya dengan suatu gas dalam fase gas. Tekanan parsial dari gas yang larut
sebagian dinyatakan sama seperi tekanan parsial gas dalam keadaan gas.
Tekanan
parsial gas dalam larutan ditentukan tidak hanya oleh konsentrasinya tetapi
juga oleh koefisien kelarutan gas. Beberapa tipe molekul, secara fisika atau
kimiawi ditarik ke molekul air, sedangkan yang lainnya ditolak. Bila
molekul-molekul ditarik, lebih banyak molekul gas tersebut yang dapat terlarut
tanpa menghasilkan tekanan parsial berlebihan dalam larutan. Sebaliknya pada
molekul yang ditolak, akan menghasilkan tekanan yang berlebihan dengan lebih
sedikit molekul yang terlarut. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus
tekanan parsial sama dengan konsentrasi gas yang terlarut dibagi dengan
koefisien kelarutan, yaitu hukum Henry.
Tekanan
parsial masing-masing gas dalam campuran gas pernapasan alveolus cenderung
memaksa molekul gas tersebut masuk ke larutan di dalam darahkapiler alveolus.
Sebaliknya, molekul dari gas yang sama, tang telah terlarut dalam darah,
memantul secara acak dalam cairan darah dan sebagian dari molekul yang memantul
ini masuk kembalike dalam alveoli. Kecepatan masuk molekul ini sebandng dengan
tekanan parsialnya dalam darah.
Transportasi Oksigen dan Karbondioksida
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada
kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran
tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen
dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh
lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya,
seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan
lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan
volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat
konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya
konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat
warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan
tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir
darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atauhematin yang
mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.
|
|
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2,
tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam
jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam
arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan
O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg,
sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan
oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus
paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk
ke paru-paru secara difusi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang
tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2
mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104
mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm
hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2
akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di
jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya
45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang
tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2
masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19
cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc
oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin
untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.2,3
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya
berlangsung menurut reaksi kimia berikut:
C02 + H20 Þ (karbonat
anhidrase) H2CO3
Tiap liter darah hanya
dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah
menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3
Cara yakni sebagai berikut.
1. Karbon
dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase
(7% dari seluruh CO2).
2. Karbon
dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari
seluruh CO2).
3. Karbon
dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses
berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah
sebagai berikut.
CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+
+ HCO-3
Volume Pernapasan
Gambar 8. Grafik volume udara pernapasan. |
Metode
sederhana untuk memperlajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara
yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri.
Spirometri ini terdiri dari sebuah drum yang dibalikan di atas bak air, dan
drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk
bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut
dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang ini, drum
akan naik turun dengan terjadi perekaman yang sesuai di atas gilungan kertas
yang berputar. Gambar 8 adalah sebuah spirogram yang menunjukan perubahan
volume paru pada berbagai kondisi pernapasan.
Pada
gambar 8 dituliskan empat voume paru, bila semuanya dijumlahkan, sama dengan
voume maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-masing volume ini adalah
sebagai berikut:
1. Volume
tidal
Volume udara yang
diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal. Besarnya kira-kira
500 millimeter pada laki-laki dewasa.
2. Volume
cadangan inspirasi
Volume udara ekstra yang
dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan
inspirasi kuat; biasanya mencapai 3000 millimeter.
3. Volume
cadangan ekspirasi
Volume udara ekstra maksimal
yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal
normal; jumlah normalnya adalah sekitar 1100 millimeter.
4. Volume
residu
Volume udara yang masih
tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya
kira-kira 1200 millimeter.
Untuk
menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu
menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut
kapasitas paru. Di gambar 8 dituliskan berbagai kapasitas paru yang penting,
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kapasitas
inspirasi
Volume tidak ditambah volume
cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 millimeter) yang
dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan
pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas
residu fungsional
Volume cadangan respirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada
akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 millimeter).
3. Kapasitas
vital
Volume cadangan inspirasi
ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600 millimeter).
4. Kapasitas
paru total
Volume maksimum yang dapat
mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira
5800 millimeter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume
residu.2,3,6
Pengendalian Pernapasan
Mekanisme
pernapasan diatur dan dikendalikan dua faktor utama: kimiawi dan pengendalian
oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak
didalam medula oblongata dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls
yang disalurkan saraf spinalis keotot pernapasan yaitu otot diafragma dan otot
interkostalis.
Pengendalian oleh syaraf
pusat
pernapasan ialah suatu pusat otomatik didalam medula oblongata yang
mengeluarkan impuls eferen keotot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf
servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Dibagian
yang lebih rendah pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah toraks
melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang
berkecepatan kira-kira lima belas menit. Impuls aferen yang dirangsang
pemekaran gelembung udara dihantarkan saraf vagus kepusat pernapasan didalam
medula.
Pengendalian secara kimiawi
Faktor
kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi,
kecepatan dan kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan didalam sumsum
sangat peka pada reaksi kadar alkali darah harus dipertahankan. Karbondioksida
adalah produk asam dari metaboisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang
pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernapasan.
Kedua
pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi adalah penting. Tanpa
salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam paralisa otot pernapasan
(interkostal dan diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat
pernapasan buatan lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus
bergerak supaya udara dapat dikeluarmasukkan paru-paru.
Kecepatan
pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Kalau bernapas secara
normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian ada istirahat sebentar.
Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif
yang diselenggarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluas rongga dada dari
atas sampai kebawah yaitu ventrikal. Penikan iga-iga dan sternum yang
ditimbulkan kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada kekedua sisi
dan dari belakang kedepan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk
mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara. Otot
interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi
menjadi gerak sadar. Pada ekspirasi udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot
dan karena paru-paru kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru
itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika
pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu
menarik iga-iga dan sternum keatas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga
dibawa bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.