materi kuliah biologi, biologi kesehatan, biologi sel, karakteristik mahluk hidup, klasifikasi mahluk hidup, plantae, animalia dan kerugian dan keuntungan biologi bagi kehidupan, manfaat, obat tradisional, herbal dan khasiat tanaman

Mengenal Apa Itu Sistem Imun Spesifik

Mengenal Apa Itu Sistem Imun Spesifik - Sistem imun spesifik adalah suatu sistem yang dapat mengenali suatu substansi asing yang masuk kedalam tubuh dan dapat memacu perkembangan respon imun yang spesifik terhadap substansi tersebut. Sistem imun spesifik disebut pula dengan sistem imun yang didapat (adative immunity), dimana sel imun yang berperan penting adalah sel limfosit B dan sel limfosit T (Hasdianah dkk, 2014). 


Sistem imun spesifik
Respon sistem imun spesifik

Pada kekebalan yang didapat, pencegahan terjadinya penyakit ditunjukkan kepada bahan asing yang masuk kedalam jaringan tubuh, mungkin berupa kuman tertentu, virus atau toksin. Bahan asing yang masuk disebut “antigen” dan terhadap antigen ini dalam tubuh dibentuk bahan yang disebut antibodi. Antibodi yang termasuk zat imunoglobulin, dapat disuntikkan ke dalam orang lain dan akan memberi proteksi kepada orang lain (staf pengajar FK UI, 1994). 
Adative immunity adalah merupakan sistem pertahanan tubuh lapis kedua, jika innate immunity tidak mampu mengeliminasi agen penyakit. Hal ini terjadi jika fagosit tidak mampu mengenali agen infeksius atau agen tidak bertindak sebagai faktor antigen terlarut (souble antigen) yang aktif. Jika hal ini terus-menerus, maka akan diperlukan molekus spesifik yang akan beriktan langsung dengan agen infeksius yang dikenal dengan antibodi dan selanjutnya akan terjadi proses fagosistosis. Antibodi di produksi oleh sel B yang merupakan molekul fleksibel dan bertindak sebagai adaptor antara agen infeksius dan fagosit (Hasdianah dkk, 2014).
Antibodi mempunyai 2 fungsi selain mempunyai variabel antobodi yang berbeda dan mengikat agen infeksius juga mengikat resptor sel dan selanjutnya mengaktifkan komplemen yang diakhiri dengan terjadinya lisis. Substansi yang dapat merangsang respon imun spesifik disebut dengan antigen. Sedangkan respon tubuh terhadap masuknya antigen tersebut adalah pembentukan antibodi. Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B sebagai respon terhadap adanya antigen. Antibodi bersifat spesifik terhadap jenis tertentu dari suatu antigen. Ribuan jenis antigen masuk kedalam tubuh akan merangsang pembentukan ribuan jenis antibodi yang spesifik terhadap antigen tersebut. Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing pertama yang timbul dalam badan yang segera dikenal sistem imun spesifik, akan mensensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Sehingga bilas sel sistem tersebut terpapar ulang dengan benda asing yang sama, akan dikenali lebih cepat dan dihancurkannya. Oleh karena itu sistem tesebut disebut spesifik (Hasdianah dkk, 2014).
Ciri utama sistem imun spesifik adalah 1) spesifisitas. Ini berarti bahwa respon yang timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen struktural kompleks protein atau polisakarida yang berbeda, tidak sama. Bagian dari antigen tersebut yang dikenal oleh sistem limfosit disebut determinan antigen atau epitop. Spesofisitas ini terjadi karena masing-masing  limfosit mengekspresikan reseptor yang mampu membedakan struktur antigen satu dengan yang lain walaupun perbedaan itu sangat kecil. 2) diversitas,  Limfosit memiliki reseptor terhadap antigen dengan struktur yang berbeda-beda, tergantung kepada antigen yang dikenalnya. Setiap klon limfosit memiliki struktur reseptor yang berbeda dari klon limfosit yang lain, sehingga dengan demikian terdapat diversitas repertoire yang sangat besar; 3) Memory,  limfosit memiliki kemampuan mengingat antigen yang pernah dijumpainya dan memberikan respons yang lebih efektif terhadap penjumpaan berikutnya; 4) Spesialisasi, sistem imun memberikan respons yang berbeda dan dengan cara yang berbeda terhadap berbagai mikroba yang berlainan. Imunitas humaral dan imunitas seluler dapat dibangkitkan oleh berbagai jenis mikroba atau oleh mikroba yang sama pada berbagai jenis stadium infeksi, dan setiap jenis respon imun yang dibakitkannya bersifat protektif terhadap mikroba bersangkutan; 5) Membatasi diri,  semua respon imun normal mereda dalam waktu tertentu setelah rangsanga antigen. Hal ini dimungkinkan karena antigen yang merangsang telah disingkirkan dan adanya regulasi umpan balik dalam sistem yang menyebabkan respon imun terhenti; Membedakan self dan non-self,  sistem imun menunjukkan toleransi terhadap antigen tubuh sendiri. Hal ini dimungkinkan karena limfosit-limfosit yang memiliki reseptor yang memiliki resetor terhadap antigen jaringan tubuh sendiri telah disingkirkan pada saat perkembangan. Seluruh sifat utama si atas diperlukan apabila sistem imun berfungsi normal. (Kresno, 2010). 
Sistem imun spesifik terdiri dari sistem spesifik humoral dan selular ; yang berperan dalam sistem imun spesdifik humoral adalah limfosit B atau sel B tersebut berasal dari sel asal multopoten dalam sumsum tulang. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berpoiferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas akan ditemukan dalam serum. Yang jika dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi (imunoglobulin). Selain itu juga berfungsi sebagai antigenPresentingCells (APC). Sedangkan yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T yang berfungsi sebagai regulator dan efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh sel T helper (sel TH, CDH4+) yang memproduksi sitokin seperti interleukin-4 (IL-4 dan IL-5) yang membantu sel B memproduksi antibodi (Hasdianah dkk, 2014).
Adative immunity atau imunitas spesifik terjadi ketika innate immunity gagal menghalau infeksi karena benda asing yang masuk memiliki struktur yang sama sekali baru bagi tubuh. Mekanisme ini terjadi sekitar 1 hingga 5 hari setelah infeksi. Secara singkat, mekanisme ini akan mencoba membuat “ingatan” baru tentang struktur benda asing yang masuk ke tubuh, kemudian bereaksi menghalau benda asing tersebut. Sel yang terlibat pada mekanisme ini adalah limfosit, baik sel T limfosit maupun sel B limfosit (Hasdianah dkk, 2014).  
Adative immunity terbagi manjadi 2 yaitu : A. Immunitas humoral, yaitu imunitas yang di mediasi oleh molekul didalam darah, yaitu disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang berada di luar sel (berada di cairan atau atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali banda asing tersebut, kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel disuatu molekul spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan mengumpalkan benda asing tersebut hingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit. B.imunitas seluar, yaitu imunitas yang dimediasi oleh sel T limfosit. Mekanisme ini ditujukan untuk benda asingg yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat dikelati oleh antibodi. T limfosit kemudian akan mengiduksi 2 hal : (1) fagisitosis benda asing tersebut oleh sel yang terinfeksi, (2) lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut terbebas keluat sel dan dan dapat dilekati olej antibodi. (Hasdianah dkk, 2014). 

I. ANATOMI AKTIVASI LIMFOSIT 
pada respon imun spesifik, limfosit naif asal sumsum tulang atau timus bermigrasi ke organ limfoid sekunder tempat di aktifkan oleh antigen, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel efektor, sel memori dan beberapa diantaranya bermigrasi kejaringan limfosit naif efektor dan memori selalu ditemukan diberbagai diseluruh tubuh dan populasi sel tersebut dapat dibedakan dalam beberapa fungsi dan kriteria fenotip (Baratawijaya dan iris, 2009) 
II. RESEPTOR SEL 
Sel B dan sel T yang matang mengekspresikan reseptor (BCR dan TCR) pada permukaan sel yang berperan dalamm diversitas, spesifitas dan memori  (table 5.2). ciri-ciri antigen yang dikenal sel T terlihat pada tabel 5.3. sel B mengggunakan antibodi sebagai reseptor sel yang dapat mengenal antigen bebas, sedangkan TCR hanya mengenal antigen yang diikat moleku MHC. Ada 2 jenis MHC yaitu MHC-1 yang diekspresikan oleh hampir semua sel bernukleus dan MHC-II yang diekspresikan APC. 
III. SEL B 
Sel B merupakan 5-25 % dari limfosit dari limfosit dalam darah yang berjumlah sekitar 1000-2000 sel/mm3. Terbanyak merupakan limfosit asal sumsum tulang (hampir 50%) sisanya sekitar 1/3-nya berasal dari KGB, limfe dan kurang dari 1% di timus. 
A. Pematangan sel B 
Pada unggas sel B berkembang dala bursa fabricius yang terbentuk dari epitel kloaka. Pada manusia belum didapatkan hal yang analig dengan bursa tersebut dan pematangan terjadi di sumsum tulang atau ditempat yang belum diketahui. Setelahh matang, sel B akan bergerak ke organ-oragan seperti limpa, kelenjer getah benig, dan tonsil. 
Sel B diproduksi pertama selama fase embrionik dan berangsung terus selama hidup. Sebelum lahir yolk sac, hati dan sumsum tulang merupakan tempat pematangan utama sel B dan setelah lahir pematangan sel B terjadi di sumsum tulang . pematangan sel B terjadi dalam beberapa tahap. Fase-fase pematangan sel B berhubungan dengan Ig yang diproduksi. Pematangan limfosit terjadi melalui proses yang disebut seleksi (positif dan negati). Seleksi pematangan primer terjadi dalam organ limfoid primer yaitu sumsum tulang untuk sel B dan timus untuk sel T. 
B. AKTIVASI SEL B 
Sel B dapat diaktifkan sel T melalui dua cara, yang T dependen dan T independen
1. Aktivasi sel B yang T dependen 
Setelah antigen diikat mlg, sel B memakan antigen, memproses dan mengekspresikan epitop antigen dicelah MHC, dan mempresentasikannya ke sel T. Sel T memodulasi fungsi sel B melalui sejumlah cara. Sitokin asal sel T seperti IL-4, IL-5, IL-6, IL-2 dan IFN-γ  meningkatkan proliferasi sel B dan diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Interaksi fisik antara sel B dan sel T memberikan sinyal melalui koreseptor CD40L-CD40 yang atas pengaruh IL-4 berperan penting dalam imunoregulasi dan pengalihan kelas Ig. Sel B naif mempresentasikan igM dan igD pada permukaannya dan dan atas pengaruh ransangan, sel B mengalihkan kelas Ig yang memproduksi IgG, IgA atau IgE. mIgM dan mIgD memiliki ekor sitoplasma yang relatif pendek sehingga tidak dapat mentranduksi sinyal.  Ransangan antigen pertama merangsang sel B untuk memproduksi IgM dan ransangan ulangan antigen yang sama akan mengalihkan sel B ke produksi IgG dan sebagainnya. (Baratawijaya dan iris, 2009)
2. Aktivasi sel B yang T Independen 
Pada keadaan tertentu sel B juga dapat memberikan respons dan berproliferasi melalui mekanisme yang tidak memerlukan sel T (T independen), biasanya pada antigen dengan epitop yang beruang dan panjang sehingga memungkinkan terjadinya ikatan silang dengan reseptor imunoglobulin pada permukaan sel B. Kejadian selular dini yang diinduksi kompleks ikatan silang antara ikatan silang antara antigen-sel B mengawali proliferasi dan diferensiasi sel B untuk selanjutnya berinteraksi dengan sel Th (Baratawijaya dan iris, 2009)
Sel B yang T independen lebih memilih hidup ditempat khusus seperti limpa dan peritoneum dibanding di KGB. Sel B tersebut dirangsang oleh antigen non protein khusus. Beberapa bakteri misalnya spesies pneumokok dan haemofilus memiliki kapsul luar yang mengandung polisakarida (dan tidak protein) untuk dapat melawan fagositosis, komplmen dan sel T. Sel B yang T independen memproduksi antibodi terhadap bakteri tersebut. Sel B demikian hanya Ig dengan afinitas rendah yang mempunyai kecenderungan untuk bereaksi dengan antigen lain, misalnya antibodi yang dipacu sakarida asal bakteri dapat bereaksi silang dengan antigen sakarida asal permukaan sel darah merah (Baratawijaya dan iris, 2009)
C. RESEPTOR SEL T 
Kemamuan limfosit T matang untuk mengenal benda asing dimungkinkan oleh ekspresi molekul unik pada membrannya yang disebut TCR. Reseptor tersebut memiliki sifat diversitas, spesifilitas, memori dan berperan dalam imunitas spesifik. Satu sel limfosit hanya mengekspresikan reseptor untuk satu jenis antigen sehingga sel tersebut hanya dapat mengenal satu jenis antigen saja. Reseptor sel T ditemukan pada semua sel T matang, dapat mengenal peptida antigen yang diikat MHC dan dipresentasikan APC (Baratawijaya dan iris, 2009)
D. FUNGSI SEL T 
Sel T umunya berperan pada imflamasi, aktivasi fagositosis makrofag, aktivasi dan poliferasi sel B dalam produksi antibodi. Sel T juga berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Sel T terdiri dari sel Th yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikroba dan sel CTL/Tc yang membunuh sel terinfeksi mikriba/ virus dan menyingkirkan sumber infeksi (Baratawijaya dan iris, 2009.
Pada kekebalan yang didapat, pencegahan terjadinya penyakit ditunjukkan kepada bahan asing yang masuk kedalam jaringan tubuh, mungkin berupa kuman tertentu, virus atau toksin. Bahan asing yang masuk disebut “antigen” dan terhadap antigen ini dalam tubuh dibentuk bahan yang disebut antibodi. Antibodi yang termasuk zat imunoglobulin, dapat disuntikkan ke dalam orang lain dan akan memberi proteksi kepada orang lain (staf pengajar FK UI, 1994).
Adative immunity adalah merupakan sistem pertahanan tubuh lapis kedua, jika innate immunity tidak mampu mengeliminasi agen penyakit. Hal ini terjadi jika fagosit tidak mampu mengenali agen infeksius atau agen tidak bertindak sebagai faktor antigen terlarut (souble antigen) yang aktif. Jika hal ini terus-menerus, maka akan diperlukan molekus spesifik yang akan beriktan langsung dengan agen infeksius yang dikenal dengan antibodi dan selanjutnya akan terjadi proses fagosistosis. Antibodi di produksi oleh sel B yang merupakan molekul fleksibel dan bertindak sebagai adaptor antara agen infeksius dan fagosit (Hasdianah dkk, 2014).
Antibodi mempunyai 2 fungsi selain mempunyai variabel antobodi yang berbeda dan mengikat agen infeksius juga mengikat resptor sel dan selanjutnya mengaktifkan komplemen yang diakhiri dengan terjadinya lisis. Substansi yang dapat merangsang respon imun spesifik disebut dengan antigen. Sedangkan respon tubuh terhadap masuknya antigen tersebut adalah pembentukan antibodi. Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B sebagai respon terhadap adanya antigen. Antibodi bersifat spesifik terhadap jenis tertentu dari suatu antigen. Ribuan jenis antigen masuk kedalam tubuh akan merangsang pembentukan ribuan jenis antibodi yang spesifik terhadap antigen tersebut. Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing pertama yang timbul dalam badan yang segera dikenal sistem imun spesifik, akan mensensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Sehingga bilas sel sistem tersebut terpapar ulang dengan benda asing yang sama, akan dikenali lebih cepat dan dihancurkannya. Oleh karena itu sistem tesebut disebut spesifik (Hasdianah dkk, 2014).
Ciri utama sistem imun spesifik adalah
1) spesifisitas. Ini berarti bahwa respon yang timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen struktural kompleks protein atau polisakarida yang berbeda, tidak sama. Bagian dari antigen tersebut yang dikenal oleh sistem limfosit disebut determinan antigen atau epitop. Spesofisitas ini terjadi karena masing-masing  limfosit mengekspresikan reseptor yang mampu membedakan struktur antigen satu dengan yang lain walaupun perbedaan itu sangat kecil.
2) diversitas,  Limfosit memiliki reseptor terhadap antigen dengan struktur yang berbeda-beda, tergantung kepada antigen yang dikenalnya. Setiap klon limfosit memiliki struktur reseptor yang berbeda dari klon limfosit yang lain, sehingga dengan demikian terdapat diversitas repertoire yang sangat besar;
3) Memory,  limfosit memiliki kemampuan mengingat antigen yang pernah dijumpainya dan memberikan respons yang lebih efektif terhadap penjumpaan berikutnya;
4) Spesialisasi, sistem imun memberikan respons yang berbeda dan dengan cara yang berbeda terhadap berbagai mikroba yang berlainan. Imunitas humaral dan imunitas seluler dapat dibangkitkan oleh berbagai jenis mikroba atau oleh mikroba yang sama pada berbagai jenis stadium infeksi, dan setiap jenis respon imun yang dibakitkannya bersifat protektif terhadap mikroba bersangkutan;
5) Membatasi diri,  semua respon imun normal mereda dalam waktu tertentu setelah rangsanga antigen. Hal ini dimungkinkan karena antigen yang merangsang telah disingkirkan dan adanya regulasi umpan balik dalam sistem yang menyebabkan respon imun terhenti; Membedakan self dan non-self,  sistem imun menunjukkan toleransi terhadap antigen tubuh sendiri. Hal ini dimungkinkan karena limfosit-limfosit yang memiliki reseptor yang memiliki resetor terhadap antigen jaringan tubuh sendiri telah disingkirkan pada saat perkembangan. Seluruh sifat utama si atas diperlukan apabila sistem imun berfungsi normal. (Kresno, 2010).
Sistem imun spesifik terdiri dari sistem spesifik humoral dan selular ; yang berperan dalam sistem imun spesdifik humoral adalah limfosit B atau sel B tersebut berasal dari sel asal multopoten dalam sumsum tulang. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berpoiferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas akan ditemukan dalam serum. Yang jika dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi (imunoglobulin). Selain itu juga berfungsi sebagai antigenPresentingCells (APC). Sedangkan yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T yang berfungsi sebagai regulator dan efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh sel T helper (sel TH, CDH4+) yang memproduksi sitokin seperti interleukin-4 (IL-4 dan IL-5) yang membantu sel B memproduksi antibodi (Hasdianah dkk, 2014).
Adative immunity atau imunitas spesifik terjadi ketika innate immunity gagal menghalau infeksi karena benda asing yang masuk memiliki struktur yang sama sekali baru bagi tubuh. Mekanisme ini terjadi sekitar 1 hingga 5 hari setelah infeksi. Secara singkat, mekanisme ini akan mencoba membuat “ingatan” baru tentang struktur benda asing yang masuk ke tubuh, kemudian bereaksi menghalau benda asing tersebut. Sel yang terlibat pada mekanisme ini adalah limfosit, baik sel T limfosit maupun sel B limfosit (Hasdianah dkk, 2014).  
Adative immunity terbagi manjadi 2 yaitu : A. Immunitas humoral, yaitu imunitas yang di mediasi oleh molekul didalam darah, yaitu disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang berada di luar sel (berada di cairan atau atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali banda asing tersebut, kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel disuatu molekul spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan mengumpalkan benda asing tersebut hingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit. B.imunitas seluar, yaitu imunitas yang dimediasi oleh sel T limfosit. Mekanisme ini ditujukan untuk benda asingg yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat dikelati oleh antibodi. T limfosit kemudian akan mengiduksi 2 hal : (1) fagisitosis benda asing tersebut oleh sel yang terinfeksi, (2) lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut terbebas keluat sel dan dan dapat dilekati olej antibodi. (Hasdianah dkk, 2014).

I. ANATOMI AKTIVASI LIMFOSIT
pada respon imun spesifik, limfosit naif asal sumsum tulang atau timus bermigrasi ke organ limfoid sekunder tempat di aktifkan oleh antigen, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel efektor, sel memori dan beberapa diantaranya bermigrasi kejaringan limfosit naif efektor dan memori selalu ditemukan diberbagai diseluruh tubuh dan populasi sel tersebut dapat dibedakan dalam beberapa fungsi dan kriteria fenotip (Baratawijaya dan iris, 2009)
II. RESEPTOR SEL
Sel B dan sel T yang matang mengekspresikan reseptor (BCR dan TCR) pada permukaan sel yang berperan dalamm diversitas, spesifitas dan memori  (table 5.2). ciri-ciri antigen yang dikenal sel T terlihat pada tabel 5.3. sel B mengggunakan antibodi sebagai reseptor sel yang dapat mengenal antigen bebas, sedangkan TCR hanya mengenal antigen yang diikat moleku MHC. Ada 2 jenis MHC yaitu MHC-1 yang diekspresikan oleh hampir semua sel bernukleus dan MHC-II yang diekspresikan APC.

III. SEL B
Sel B merupakan 5-25 % dari limfosit dari limfosit dalam darah yang berjumlah sekitar 1000-2000 sel/mm3. Terbanyak merupakan limfosit asal sumsum tulang (hampir 50%) sisanya sekitar 1/3-nya berasal dari KGB, limfe dan kurang dari 1% di timus.
A. Pematangan sel B
Pada unggas sel B berkembang dala bursa fabricius yang terbentuk dari epitel kloaka. Pada manusia belum didapatkan hal yang analig dengan bursa tersebut dan pematangan terjadi di sumsum tulang atau ditempat yang belum diketahui. Setelahh matang, sel B akan bergerak ke organ-oragan seperti limpa, kelenjer getah benig, dan tonsil.
Sel B diproduksi pertama selama fase embrionik dan berangsung terus selama hidup. Sebelum lahir yolk sac, hati dan sumsum tulang merupakan tempat pematangan utama sel B dan setelah lahir pematangan sel B terjadi di sumsum tulang . pematangan sel B terjadi dalam beberapa tahap. Fase-fase pematangan sel B berhubungan dengan Ig yang diproduksi. Pematangan limfosit terjadi melalui proses yang disebut seleksi (positif dan negati). Seleksi pematangan primer terjadi dalam organ limfoid primer yaitu sumsum tulang untuk sel B dan timus untuk sel T.
B. AKTIVASI SEL B
Sel B dapat diaktifkan sel T melalui dua cara, yang T dependen dan T independen
1. Aktivasi sel B yang T dependen
Setelah antigen diikat mlg, sel B memakan antigen, memproses dan mengekspresikan epitop antigen dicelah MHC, dan mempresentasikannya ke sel T. Sel T memodulasi fungsi sel B melalui sejumlah cara. Sitokin asal sel T seperti IL-4, IL-5, IL-6, IL-2 dan IFN-γ  meningkatkan proliferasi sel B dan diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Interaksi fisik antara sel B dan sel T memberikan sinyal melalui koreseptor CD40L-CD40 yang atas pengaruh IL-4 berperan penting dalam imunoregulasi dan pengalihan kelas Ig. Sel B naif mempresentasikan igM dan igD pada permukaannya dan dan atas pengaruh ransangan, sel B mengalihkan kelas Ig yang memproduksi IgG, IgA atau IgE. mIgM dan mIgD memiliki ekor sitoplasma yang relatif pendek sehingga tidak dapat mentranduksi sinyal.  Ransangan antigen pertama merangsang sel B untuk memproduksi IgM dan ransangan ulangan antigen yang sama akan mengalihkan sel B ke produksi IgG dan sebagainnya. (Baratawijaya dan iris, 2009)
2. Aktivasi sel B yang T Independen
Pada keadaan tertentu sel B juga dapat memberikan respons dan berproliferasi melalui mekanisme yang tidak memerlukan sel T (T independen), biasanya pada antigen dengan epitop yang beruang dan panjang sehingga memungkinkan terjadinya ikatan silang dengan reseptor imunoglobulin pada permukaan sel B. Kejadian selular dini yang diinduksi kompleks ikatan silang antara ikatan silang antara antigen-sel B mengawali proliferasi dan diferensiasi sel B untuk selanjutnya berinteraksi dengan sel Th (Baratawijaya dan iris, 2009)
Sel B yang T independen lebih memilih hidup ditempat khusus seperti limpa dan peritoneum dibanding di KGB. Sel B tersebut dirangsang oleh antigen non protein khusus. Beberapa bakteri misalnya spesies pneumokok dan haemofilus memiliki kapsul luar yang mengandung polisakarida (dan tidak protein) untuk dapat melawan fagositosis, komplmen dan sel T. Sel B yang T independen memproduksi antibodi terhadap bakteri tersebut. Sel B demikian hanya Ig dengan afinitas rendah yang mempunyai kecenderungan untuk bereaksi dengan antigen lain, misalnya antibodi yang dipacu sakarida asal bakteri dapat bereaksi silang dengan antigen sakarida asal permukaan sel darah merah (Baratawijaya dan iris, 2009)
C. RESEPTOR SEL T
Kemamuan limfosit T matang untuk mengenal benda asing dimungkinkan oleh ekspresi molekul unik pada membrannya yang disebut TCR. Reseptor tersebut memiliki sifat diversitas, spesifilitas, memori dan berperan dalam imunitas spesifik. Satu sel limfosit hanya mengekspresikan reseptor untuk satu jenis antigen sehingga sel tersebut hanya dapat mengenal satu jenis antigen saja. Reseptor sel T ditemukan pada semua sel T matang, dapat mengenal peptida antigen yang diikat MHC dan dipresentasikan APC (Baratawijaya dan iris, 2009)
D. FUNGSI SEL T
Sel T umunya berperan pada imflamasi, aktivasi fagositosis makrofag, aktivasi dan poliferasi sel B dalam produksi antibodi. Sel T juga berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Sel T terdiri dari sel Th yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikroba dan sel CTL/Tc yang membunuh sel terinfeksi mikriba/ virus dan menyingkirkan sumber infeksi (Baratawijaya dan iris, 2009)
E. PERBEDAAN SEL B DAN SEL T
CIRI-CIRI SEL T DAN SEL B
NO
KATEGORI
SEL T
SEL B
1.
Tempat pematangan
timus
Sumsum tulang
2.
Reseptor antigen
TcR
antibodi
3.
MHC untuk pengenalan
ya
tidak
4.
Petanda
Semua memiliki:
Ig permukaan


TcR/CD3
CD19/CD20/CD21
Th-CD4
CD79
Tc-CD8

5.
Lokasi utama dalam kelenjar bening
parakortikal
Folikel
6.
Sel memori
ya
Ya
7.
Fungsi
Proteksi terhadap mikroba ekstraseluler
Proteksi terhadap mikroba intraseluler
8.
Produk
Th1-IFN-γ/TNF-α Th2-IL-4, IL-5, IL-6, Tc-perforin
Antobodi (sel B menjadi sel plasma)


Daftar Pustaka

Baratawijaya, K G dan I Rengganis. 2009. Imunologi dasar edisi ke-8. Balai penerbit
FKUI, Jakarta.
Hasdianah., P Dewi., y peristiowati., s imam. 2014. Imunologi diagnosis dan teknik
biologi molekuler. Nuha Medika, Yogyakarta.
Kresno, siti Boedina. 2010. Imunologi diagnosis dan laboratorium. UI PRESS, Jakarta.
Staf pengajar fakultas kedokteran universitas indonesia. 1994. Buku ajar mikrobiologi
kedokteran. UI PRESS, Jakarta. 

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Mengenal Apa Itu Sistem Imun Spesifik

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment