Media, Metode dan Hormon pada Kultur Jaringan Tumbuhan, Media Kultur Jaringan merupakan faktor
penentu dalam perbanyakan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik
seharusnya menyediakan unsur hara baik
makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino. Sumber karbohidrat , zat
pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak
buah, dll. Bahan pemadat berupa agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan
arang aktif untuk kasus tertentu
beberapa tanaman.
![]() |
Media, Metode dan Hormon pada Kultur Jaringan Tumbuhan |
Unsur hara makro dan mikro diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Pada umumnya biasa diberikan dalam komposisi tertentu seperti media berupa MS, WPM, BS dll, tergantung dari jenis tanaman yang akan dikulturkan. Vitamin yang banyak digunakan adalah vitamin B12 (thiamin), nicotinic acid, vitamin B6, dan vitamin E atau C untuk antioksidan. Asam amino yang akan dipakai sebagai sumber N organik, yang biasa digunakan adalah glycine, asparagin, glutamine, alanin dan threonin.
Media
yang baik harus selalu berada pada PH yang optimal yaitu 5,5 – 5,8. Selain itu,
harus dibuat dalam tempat steril, autoclave sering dipakai untuk sterilisasi
dalam pembuatan media kultur jaringan.
Salah satu media kultur jaringan adalah :
Media
Kultur Jaringan Tumbuhan
A.
Garam-Garam Anorganik
Garam-garam
mineral merupakan gabungan unsur-unsur esensial makro dan mikro. Konsentrasi
optimum dari tiap-tiap komponen untuk mencapai kecepatan pertumbuhan yang
maksimal untuk berbagai tanaman sangatlah bervariasi.
A.1 Unsur Makro
Merupakan unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah besar yang terdiri atas : C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan
Mg.
A.2 Unsur Mikro
Merupakan unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang terdiri atas : Cl, B, Mo, Mn, Cu, Fe, Zn,
Co.
B.
Zat-Zat Organik
Zat-zat organik yang
biasanya ditambahkan pada medium kultur jaringan adalah gula, myo-inosito,
vitamin, asam-asam amino, dan zat pengatur tumbuh.
·
Gula
Gula diberikan pada medium kultur jarinagan berfungsi
untuk sumber energy yang diperlukan untuk induksi dan pertumbuhan sel, kalus,
tunas tanaman.
·
Myo-inositol
Myo-inositol ditambahkan
pada medium untuk membantu differensiasi dan pertumbuhan jaringan. Myo-inositol
merupakan perantara pada perubahan glukosa menjadi asam galakturonat, juga
berperan sebagai precursor untuk pembentukan pektin dan penyusunan dinding sel.
·
Vitamin
Vitamin ditambahkan pada
medium untuk mempercepat pertumbuhan dan differensiasi kalus, serta menurunkan
stress tanaman/eksplan. George dan Sherringtone mengungkapkan beberapa macam
vitamin yang umum digunakan pada berbagai macam medium dasar antara lain :
Thiamin-HCl, Nicotinic, Acid, Pyridoxin HCl, Ca D-Pantotenate, Biotic, Folic,
dan lain-lain.
·
Asam-asam
Amino
Asam amino merupakan
sumber N organik yang lebih cepat diambil daripada N anorganik didalam medium
yang sama. Sumber N yang berbeda ini, akan memberikan pengaruh yang berbeda
juga. Adapun asam-asam amino yang sering digunakan pada medium dasar, pada
umumnya adalah : L-Argarin, L-Apartic acid, L-Cystein, L-Glutamate,
L-Asparagin, L-Methionine, L-Tyrosine, Glycine.
·
Zat Pengatur
Tumbuh
Merupakan komponen yang
dibutuhkan untuk pembuatan media.
C.
Substansi Organik Kompleks
Banyak jenis subtansi organic kompleks yang telah
dicobakan ke medium kultur jaringan antara lain yeast ekstraks, mal ekstraks,
bermacam-macam bahan tanaman seperti air kelapa, endosperm jagung, orange
juice, tomato juice, dll.
Beberapa
yang sudah digunakan adalah air kelapa, yang diindikasikan mengandung sitokinin
endogen yang tinggi sehingga diharapkan dapat menginduksi tunas tanaman.
Penelitian terakhir mendapatkan kandungan air kelapa yaitu asam amino, asam
organic, asam nukleat, purin, gula, gula alcohol, vitamin, mineral, zat pengatur
tumbuh.
ZPT
yang terdapa didalam air kelapa adalah :
1.
9-B-D
ribofuranosyl zeatin
2.
Zeatin
3.
N-N-Diphenyl
urea
4.
2(3-methyl
but 2-eyl amino)-purin 6-one
Beberapa kelemahan
subtansi organik kompleks ini (kecuali air kelapa) adalah tidak konsisten
kadarnya dan tidak diketahui dengan pasti komposisinya.
Media kultur jaringan tumbuhan sangat
ditentukan oleh :
PH
Media
PH
tertentu dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan tanaman agar tidak mengganggu
fungsi membrane sel dan PH sitoplasma. Jaringan yang ditumbuhkan pada medium
kultur biasanya mempunyai PH berkisar antara 4,8-5,8. PH ini perlu
dipertahankan selama medium kultur digunakan.
Bahan
Pemadat
Medium
yang komposisinya sudah ditetapkan, diberi bahan pemadat. Bahan pemadat yang
sering digunakan adalah agar-agar sejumlah 7-10 gr/l. Bahan pemadat lain yang
jarang digunakan adalah gelrite, yakni bahan yang lebih bening dari pada
agar-agar. Pemakaian gelrite juga lebih sedikit dibanding dengan agar-agar
untuk mencapai kepadatan yang sama sekitar 2 gr/l.
Penggunaan
bahan pemadat baik gelrite maupun agar-agar memiliki banyak kelemahan yaitu
:hanya sebagian eksplan yang kontak dengan medium terjadi gradient nutrisi yang
tidak sama, mobilitas zat hara menjadi kurang baik dan terjadi akumulasi
zat-zat toksik yang dikeluarkan oleh eksplan.
Arang
Aktif
Arang
aktif merupakan arang yang dihasilkan dari proses pemanasan yang menggunakan
uap atau udara yang panas. Bahan ini dapat mengabsorbsi berbagai bahan(zat).
Banyak digunakan dalam medium inisiasi, regenasi, dan pengakaran tanaman
kultur.
Beberapa
pengaruh zat arang aktif didalam kultur jaringan tumbuhan adalah :
ü Mengabsorbsi senyawa toksik yang terdapat
dalam media.
ü Mengabsorbsi ZPT.
ü Merangsang perakaran.
ü Memacu pertumbuhan jumlah anakan.\
Metode Kultur
Jaringan Tumbuhan
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu
memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan
secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan
tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara
konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam
botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering
kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti
"di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol
kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini
adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat
berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan
hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan
memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas
apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik
secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe
jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.
Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif
membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler,
bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan yang kedua
adalah jaringan parenkim, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah
mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut
adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar
yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
Tahapan
Pelaksanaan Kultur Jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan
teknik kultur jaringan adalah:
1)
Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
2) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman
yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
3) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan
menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
4)
Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman
dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak
dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5)
Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan
adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan
gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk
(disebabkan bakteri).
6)
Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar
dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap,
yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari
udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan
dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan
bibit generatif.
Hormon
Kultur Jaringan Tumbuhan
Istilah hormon mula-mula
dipakai oleh ahli fisiologi hewan. Mereka maksudkan hormon adalah senyawa-senyawa organik, efektif dalam
konsentrasi rendah dibuat didalam sel pada bagian tertentu dari organisme dan
diangkut kebagian lain dari organisme
tersebut dimana dihasilkan suatu perubahan fisiologi yang khusus. Oleh karena
hewan mempunyai sistem sirkulasi yang lebih teratur, hormon-hormon itu dapat
dikoleksi dalam jumlah yang banyak dan diidentifikasi. Para ahli juga dapat
menelusuri tempat-tempat yang menjadi sasaran hormon tersebut.
Ahli-ahli fisiologi
tumbuhan sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep hormon hewan ini dan mereka
mencari zat-zat yang serupa pada tumbuh-tumbuhan. Sifat beberapa zat pada
tumbuh-tumbuhan. Sifat beberapa zat pada
tumbuh-tumbuhan dianggap menyerupai sifat-sifat hormon hewan sehingga meyakinkan para ahli untuk memakai nama
fithohormon atau hormon atau hormon tumbuhan. Penelitian akhir-akhir ini
memungkinkan bahwa model hormon hewan tidak sesuai untuk model hormon tumbuhan.
Konsep hormon yang
dikembangkan oleh para ahli fisiologi hewan bahwa hormon adalah bahan bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi
rendah dapat termasuk baik senyawa-senyawa organik maupun ion-ion anorganik.
Kebanyakan ahli
fisiologi tumbuhan menggunakan istilah Zat Pengatu Tumbuh tanaman (plant growth
substance) daripada istilah hormon tanaman. Karena istilah tersebut dapat
mencakup baik zat-zat endogen maupun zat eksogen (sintetic) ypertumbuhan
tnaman. Zat pengatur tumbuh yang dapat mengubah pertumbuhan tanaman. Zat
pengatur tanaman (ZPT) yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon,
sedangkan yang sintetic disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetic.
Hormon tanaman harus memenuhi beberapa syarat
berikut, yaitu :
1). Senyawa organik yang
dihasilkan oleh tanaman sendiri
2) Harus dapat
ditranslokasikan
3) Tempat sintesis dan
kerja berbeda
4) Aktif dalam
konsentrasi rendah.
Dikenal 5 golongan
fitohormon yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, asam absitat dan etilen.
Fitohormon ini terdapat di dalam tanaman dalam berbagai bentuk, sehingga sulit
untuk mengerti cara kerja fitohormon itu dengan cara baik. Selain itu tanaman
juga mengandung senyawa-senyawa lain yang turut aktif dalam berbagai proses
pertumbuhan dan perkembangan. Senyawa-senyawa itu, antara lain adalah asam
polifenolik, vitamin, siklitol dan berbagai senyawa lain.
A. Auksin
1. Pengaruh Fisologis dari Auksin
IAA dan auksin lain berperan pada berbagai
aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa aspek diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
a.
Pembesaran
Sel
Studi mengenai
pertumbuhan koleoptil menunjukkan bahwa IAA dan auksin-auksin yang lain
mendorong pembesaran sel tersebut. Perpanjangan koleoptil atau batang merupakan
hasil dari pembesaran sel tersebut. Penyebaran yang tidak sama dari auksin ini
menyebabkan pembesaran sel yang tidak merata dan terjadi pembengkokan dari
koleoptil atau organ tanaman (geotropisma dan fototropisma.
b.
Penghambatan
mata tunas samping
Pertumbuhan dari mata
tunas samping dihambat oleh IAA yang diproduksi pada meristem apical yang
diangkut secara basepetal. Konsentrasi auksin yang tinggi menghambat
pertumbuhan mata tunas tersebut. Jika sumber auksin ini dihilangkan dengan
jalan memotong meristem apical itu maka tunas samping ini akan tumbuh menjadi
tunas.
c.
Absisi
(pengguran daun)
Pengguran daun terjadi
sebagai akibat dari proses absisi (proses-proses fisik dan biokimia) yang
terjadi didaerah absisi. Daerah absisi adalah kumpulan sel yang terdapat pada
pangkal tangkai daun. Proses absisi ada hubungannya dengan IAA pada sel-sel
didaerah absisi.
d.
Aktivitas
daripada kambium
Pertumbuhan sekunder
termasuk pembelahan sel-sel di daerah kambium dan pembentukan jaringan xylem
dan floem dipengaruhi oleh IAA. Pembelahan sel-sel di daerah kambium dirangsang
oleh IAA.
e.
Pertumbuhan
akar
Selang konsentrasi
auksin untuk pembesaran sel-sel pada batang, menjadi penghambat pada pembesaran
sel-sel akar. Selang konsentrasi yang mendorong pembesaran sel-sel pada akar
adalah sangat rendah.
B.
Giberelin
Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain yang sering
ditambahkan kedalam medium adalah giberelin, ZPT yang dalam bentuk larutan pada
temperatur tinggi mudah kehilangan sifatnya sebagai ZPT. Giberelin dalam dosis
tinggi menyebabkan gigantisme, sesuai dari penemuan awal yang menunjukkan bahwa
ZPT ini berefek meningkatkan pertumbuhan sampai beberapa kali. Giberelin
berpengaruh terhadap pembesaran dan pembelahan sel, pengaruh giberelin ini
mirip dengan auksin yaitu antara lain pada pembentukan akar. Giberelin dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah auksin endogen.
1.
Giberelin
pada Tumbuhan Berhijau Daun
Dengan dikembangkannya cara-cara analisis
yang baru di dapat bahwa ekstrak dari kebanyakan tumbuhan mempunyai aktivitas
GAL. Studi selanjutnya men unjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan yang berhijau daun
mengandung jenis-jenis GA yang serupa dengan GA yang disolasi dari Gibberella fujikuroi
maupun bebrapa jenis GA yang baru.
GA yang paling umum adalah GA, GA3-8, dan
GA17-20. Jadi GA hukan saja hasil metabolisme dari cendawan dengan
pengaruh fisiologis yang menarik pada tumbuh-tumbuhan, tetapi juga merupakan
zat pengatur tumbuh yang endogen. GA ini terdapat pada berbagai organ dan
jaringan tumbuhan seperti akar, tunas, mata tunas, daun, bunga, bintil akar,
buah dan jaringan kalus.
2.
Pengaruh
Fisiologis dari Giberelin
Pengaruh GA terutama didalam perpanjangan
ruas tanaman yang disebabkan oleh bertambah besar dan jumlah sel-sel pada
ruas-ruas tersebut. Selain perpanjangan batang, giberelin juga memerperbesar
luas daun dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot GA. Demikian juga
terhadap besar bunga dan buah. Besar bunga dari tanaman Camelia dan Gerannium
akan bertambah besar jika diberi GA. Giberrelin juga mendorong pembentukan buah
partenokapri (tanpa biji) pada buah anggur dan pada buah-buahan lain.
Telah diselidiki juga bahwa proses dormansi
dari beberapa biji dan mata tunas dapat dihilanhgkan dengan pemberian GA. Pada
biji-biji tersebut perkecambahan dapat diawali dengan naiknya kadar GA endogen
biji. Pada biji-biji tersebut dormansi disebabkan oleh rendahnya kadar GA
endogen sehingga dormansi dapat diatasi dengan pemberian GA eksogen. Mekanisme
yang serupa juga terdapat pada mata tunas tidur (dorman).
C.
Sitokinin
Sitokinin berperan
penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang
pertama kali ditemukan adalah kinetin. Kinetin bersama-sama dengan auksin
memberikan pengaruh interaksi terhadap diferensiasi jaringan. Pada pemberian
auksin dengan konsentrai relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung kearah
pembentukan primordia akar, sedangkan pada pemberian kinetin yang relatif
tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke arah pembentukan primordia batang atau
tunas.
1. Efek Fisiologis dari Sitokinin
Sitokinin memepengaruhi
berbagai proses fisiologis di dalam tanaman. Aktivitas yang terutama ialah
mendorong pembelahan sel dan aktivitas ini yang menjadi kriteria utama untuk
menggolongkan suatu zat ke dalam sitokinin.
Baik efek yang menghambat maupun efek yang
mendorong proses pembelahan sel oleh sitokinin tergantung oleh adanya
fitohormon lainnya terutama auksin.
Sitokinin memperlambat proses penghancuran
butir-butir klorofil pada daun-ddaun yang terlepas dari tanaman dan
memperlambat proses senence pada daun, buah dan organ-organ lainnya.
2. Sitokinin Sintetik
Didapat sejumlah
senyawa-senyawa substansi adenin yang mempunyai aktivitas seperti sitokinin
didalam peertumbuhan kalus tembakau. 6-Benzile adenin (BA) mempunyai struktur
yang serupa dengan kinetin. BA ini sangat aktif dalam mendorong pertumbuhan
kalus tembakau. Bentuk isomernya 1-benzil adenin harus diubah menjadi 6-benzil
adenin.
D.
Etilen
Etilen adalah suatu gas
dari pembakaran gas yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa yang kaya akan
ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam. Merupakan komponen
dari asap-asap yang dikeluarkan oleh kendaraan-kendaraan bermotor dan
industri-industri yang mempergunakan bahan bakar gas.
Efek
Fisiologi dari Etilen
Telah diketahui bahwa
etilen menjadi penyebab beberapa respon tanaman seperti pengguran daun,
pembengkakan batang , pemasakan bauah dan hilangnya warna buah. Etilen
mengahambat pertumbuhan kearah memanjang (longitudinal) dan mendorong
pertumbuhan ke arah melintang (transversal) sehingga batang kecambah terlihat
membengkak. Etilen juga merubah respon geotropisma, mendorong pengguran daun,
bunga dan buah. Respon geotropisma bukan saja dipengaruhi oleh etilen tetapi
juga oleh auksin, demikian juga dengan proses penuaan. Etilen sangat berperan
dalam aspek-aspejk praktis penyimpanan buah.
E. Asam
Absisat
Asam absisat adalah molekul
seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon
tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga
dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963
oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan
II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat,
disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang
masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan
penelitian terhadap hormon tersebut.
Hormon asam absisat merupakan
senyawa yang bersifat inhibitor (penghambat) yang cara kerjanya berlawanan
dengan hormon auksin dan giberelin. Salah satu fungsi auksin adalah untuk
memacu proses pemanjangan sel dan pembentukan buah tanpa biji. Sedangkan salah
satu fungsi dari giberelin adalah untuk mengakhiri proses dormansi pada biji
yang terpengaruhi oleh asam absisat.
Tahapan lain dalam kehidupan
suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila pertumbuhan dihentikan adalah pada
saat permulaan dormansi biji, dan kemungkinan asam abisatlah yang bertindak
sebagai penghambat pertumbuhan. Biji akan berkecambah ketika ABA dihambat
dengan cara membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya atau melalui
peningkatan aktivitas giberelin. Biji beberapa tumbuhan gurun mengakhiri
dormansinya ketika hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji tumbuhan lain
memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu perombakan asam abisat. Pada
sebagian besar kasus, rasio ABA terhadap giberelin akan menentukan apakah biji
itu akan tetap dorman atau berkecambah.
Hormon tanaman yang dianggap
sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami
berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut
antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas.
ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
Tempat produksi atau lokasi
hormon asam absisat pada tumbuhan yaitu di daun, batang, akar dan buah hijau.
Fungsi utama asam absisat yaitu menghambat pertumbuhan, menutup stomata selama
kekurangan air, menghambat pemutusan dormansi.
Pada daun, ABA berada pada 3
bagian sel yang berbeda, yakni : (1) pada sitosol, dimana disintesis, (2)
pada kloroplas dimana ABA diakumulasikan, dan (3) pada dinding sel. Para ahli
fisiologi berpendapat bahwa ABA dapat merangsang penutupan stomata adalah ABA
yang berada pada dinding sel. ABA pada dinding sel ini berasal dari
sel-sel mesofil daun tempat di mana ABA ini disintesis.
Asam Absisat diangkut oleh
tumbuhan secara alami melalui xilem floem dan parenkim baik itu naik atau
turun, proses pengangkutan menuju daun dalam penutupan stomata dari akar menuju
floem yang dekonsentrasi pada daun yang dapat dipengaruhi oleh tingkat
kegaraman yang tinggi. Begitupun dari daun menuju akar dan menuju batang dalam
penghambatan penambahan panjang dan lebar batang pada tanaman.