Pada
masa sekarang ini dapat dikatakan hampir semua ahli biologi dapat menerima
teori evolusi biologis atau disingkat teori evolusi, walaupun teori tersebut
disusun berdasarkan bukti-bukti tak langsung. Pokok dari teori evolusi itu adalah bahwa hewan, tumbuhan, dan
juga manusia dalam berbagai abad yang lalu telah berkembang dari makhluk yang
berbentuk lebih sederhana. Semuanya itu melalui proses evolusi yang telah
berlangsung beribu-ribu tahun, bahkan berjuta-juta tahun, dimulai dengan satu
atau beberapa bentuk makhluk yang sederhana secara perlahan-lahan berkembang ke
pelbagai bentuk (Widodo, 1989).
Teori-teori Evolusi Sebelum Carles Darwin |
Evolusi di permukaan bumi diawali dengan asal usul
kehidupan di muka bumi dan Beberapa ilmuan maupun ahli mengemukakan pendapat
tentang hal ini.
Teori tentang asal-usul kehidupan yang pernah
disusun oleh para ahli di antaranya:
1.
Teori Kreasi, Menyatakan bahwa kehidupan disebabkan oleh zat supranatural pada waktu
istimewa. Setiap spesies sudah ada sejak zaman dahulu. Teori ini juga disebut
teori penciptaan. Penciptaan adalah kepercayaan kuno bahwa manusia, kehidupan,
bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang dihasilkan
oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan yang maha tinggi yang umumnya
disebut Tuhan. Campur tangan ini dapat dilihat entah sebagai suatu tindakan penciptaan dari
ketiadaan (ex nihilo), atau
dengan munculnya ketertiban dari keadaan kaos (chaos) yang ada sebelumnya. Di kalangan ilmuwan, ciptaanisme
adalah termasuk pseudosains, yang tidak sesuai dengan metode ilmu pengetahuan.
2.
Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada
berbagai kesempatan (teori generatio
spontanea) Teori ini menyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup. Pengemukanya adalah
Aristoteles. Teori ini didapat dari pengamatan terhadap lingkungan di
sekitarnya. Misalnya saja bahwa cacing berasal dari tanah
3.
Teori Kosmozoa, Teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari tempat lain di alam
semesta, misalnya dari meteor yang jatuh. Salah satu teori menyebutkan
asal-usul kehidupan mungkin berawal dari material organik yang dibawa meteorit
yang jatuh ke Bumi. Barubaru ini, para ilmuwan Badan Antariksa AS (NASA) di
Pusat Antariksa Johnson (JSC) menemukan material organik dalam sebuah meteorit
purba yang mendukung teori tersebut. Radio isotopnya menunjukkan bahwa molekul
organik yang terkandung di dalamnya terbentuk pada suhu minus 260 derajat
Celcius atau dekat titik nol absolut. Mungkin umurnya lebih tua dari matahari. Struktur
material organik tersebut tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuknya
mirip dengan bola kosong dengan permukaan kulit yang kaya akan karbon. Segumpal
meteorit yang besarnya tidak lebih dari sebuah anggur mengandung lebih dari sejuta
material tersebut. Secara teori, struktur material organik tersebut mirip
dinding sel. Ia membentuk lingkungan yang bisa melindungi senyawa organik
lainnya yang memungkinkan kehidupan sel pertama dapat berkembang.
4.
Teori Kataklisma, Dikemukakan oleh Cuvier, menyatakan bahwa setiap spesies
tercipta secara terpisah dalam periode tertentu, di antara periode satu dengan
periode lainnya terjadi bencana, bencana inilah yang menyebabkan spesies yang
ada di periode sebelumnya musnah
5.
Teori Biogenesis, Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup yang ada sebelumnya. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian,
misalnya saja percobaan Fransisco Redi menggunakan dua buah toples berisi
daging, dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ulat yang ada pada daging di
dalam toples berasal dari lalat yang hinggap dan bertelur di atas daging.
Kemudian ada percobaan Lazzaro Spallanzani menggunakan dua buah labu yang
berisi kaldu nutrient yang dipanaskan, percobaan ini disempurnakan oleh Louis
Pasteur menggunakan labu leher angsa yang diisi kaldu nutrient yang dipanaskan,
hasil percobaan membuktikan ada mikroorganisme dari udara yang masuk ke kaldu
dan menyebabkan air kaldu menjadi keruh.
6.
Teori Evolusi, Evolusi adalah perubahan kimiawi dan fisik yang terjadi secara
perlahan-lahan yang dimulai bahkan sebelum organisme tersebut muncul.
Asal usul kehidupan melalui proses evolusi yaitu :
·
Evolusi Kimia
Dikemukakan oleh Alexander Oparin dan J.B.S. Haldane.
Mereka mengemukakan hipotesis heterotrof, yaitu bahwa kondisi bumi yang
primitif sangat mendukung reaksi kimia untuk sintesis bahan organik kompleks
dari bahan anorganik berupa metana (CH4), amonia (NH3), hidrogen (H2), dan air
(H2O) yang ada di atmosfer dan di laut pada saat itu. Bahan organik tersebut kemudian
berubah menjadi makhluk hidup pertama yang heterotrof. Namun, hal ini tak dapat
terjadi pada bumi yang sekarang yang kaya akan oksigen yang merupakan produk
fotosintesis yang sangat tidak kondusif untuk sintesis spontan molekul
kompleks. Menurut mereka, atmosfer purba hanya mengandung sedikit oksigen yang
berasal dari uap gunung berapi, kondisi ini (kurang oksigen) merupakan reduktor
(penangkap elektron) yang baik sehingga memudahkan penggabungan molekul-molekul
sederhana membentuk molekul yang lebih kompleks. Energi untuk sintesis molekul
kompleks tersebut berasal dari kilat dan petir serta radiasi sinar ultraviolet.
Pada tahun 1953, Stanley Miller dan Harold Urrey menguji hipotesis ini dengan
membuat perangkat yang menyerupai kondisi bumi primitif. Terdapat gelas labu
berisi air yang dipanaskan untuk menyerupai keadaan laut, H2O, CH4, NH3, dan H2
sebagai atmosfer sintetis, bunga api (listrik) untuk meniru petir dan kilat,
kondenser untuk melakukan kondensasi senyawa hujan dan senyawa terlarut lainnya.
Hasilnya adalah larutan coklat yang ketika diuji mengandung asam amino penyusun
protein yang sekaligus merupakan komponen utama penyusun makhluk hidup.
·
Evolusi Biologi
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup pertama
merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik. Sesuai percobaan, asal-usul
kehidupan berasal dari sintesis dan akumulasi monomer organik pada kondisi
abiotik. Agregat molekul yang dihasilkan secara abiotik adalah protobion.
Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tak dapat melakukan
reproduksi namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dan
menunjukkan ciri-ciri hidup lainnya yaitu metabolisme.
Konsep evolusi adalah sesuatu yang kuno dari tulisan-tulisan Yunani,
di mana filsuf berspekulasi bahwa semua makhluk hidup terkait satu sama lain,
meskipun dari jarak jauh. Filsuf Yunani Aristoteles dianggap “tangga hidup” di
mana organisme sederhana secara bertahap berubah ke bentuk yang lebih rumit.
Penentang konsep ini dipimpin oleh beberapa teolog yang menunjuk ke catatan
Alkitab tentang penciptaan sebagaimana diatur dalam Kitab Kejadian. Salah satu
uskup, James Ussher, menghitung bahwa penciptaan terjadi pada tanggal 26 Oktober
4004 SM, pukul 9 pagi.
Penentang
argumentasi kreasionis didorong oleh ahli geologi yang mendalilkan bahwa bumi
jauh lebih tua dari 4.004 tahun. Pada 1785, James Hutton mendalilkan bahwa bumi
dibentuk oleh perkembangan kuno peristiwa alam, termasuk erosi, gangguan, dan
pengangkatan. Pada awal 1800-an, Georges Cuvier menyatakan bahwa bumi berusia
6.000 tahun, berdasarkan perhitungan. Pada tahun 1830, Charles Lyell
menerbitkan bukti mendorong umur bumi mundur beberapa juta tahun.
Di
tengah kontroversi atas geologi dan umur bumi, zoologi Perancis Jean Baptiste
Lamarck de menyarankan teori evolusi didasarkan pada perkembangan sifat baru
dalam menanggapi perubahan lingkungan. Misalnya, leher jerapah membentang
karena meraih makanan. Teori Lamarck “digunakan atau tidak digunakannya”
mendapat tempat di hati, dan konsep “karakteristik yang diperoleh” diterima
sampai saat Charles Darwin, bertahun-tahun kemudian.
Jadi
Secara garis besar ada beberapa kategori evolusi
yaitu evolusi progresif, evolusi regresif, evolusi divergen, dan evolusi
konvergen. Evolusi progresif merupakan
evolusi yang mengarah pada kemungkinan populasi suatu spesies dapat bertahan
hidup. Sebaliknya, evolusi regresif merupakan evolusi yang mengarah pada kemungkinan
populasi suatu spesies menjadi punah. Hasil akhir evolusi merupakan evolusi
divergen dan evolusi konvergen. Evolusi divergen merupakan
perubahan dari satu spesies menjadi banyak spesies baru. Sementara itu, evolusi
konvergen merupakan perubahan pada organ yang berbeda pada
spesies-spesies yang memiliki hubungan kekerabatan jauh menuju kesamaan fungsi
organ tersebut.
Tokoh-tokoh Evolusi
1. Plato (427 – 347 SM)
Plato Percaya pada dua dunia,
yaitu dunia yang ideal dan abadi, serta dunia maya (khayal) yang tidak
sempurna. Kedua dunia tersebut dapat dipahami dengan menggunakan alat indera
manusia.
Plato (427 – 347 SM) |
Plato Membayangkan pencipta yang
menciptakan dunia dari kehancuran kemudian menciptakan para dewa yang akan
membuat manusia berjenis kelamin laki-laki, Perempuan dan hewan muncul dari
hasil reinkarnasi jiwa laki-laki, makin cacat jiwa tersebut, makin rendah
reinkarnasinya. Evolusi menurutnya akan mengubah dunia yang organismenya sudah
ideal dan teradaptasi sempurna dengan lingkungannya.
2. Teori evolusi Aristoteles (384-322
SM)
Teori evolusi Aristoteles (384-322 SM) |
Aristoteles adalah
seorang filosof yang berasal dari Yunani, yang mencetuskan teori evolusi. Dia merupakan murid Plato yang
menyusun seluruh organisme ke dalam suatu ”skala alami”. Skala tersebut
meliputi tingkat sederhana hingga tingkat paling kompleksi. Skala alami membahas
bahwa semua bentuk kehidupan disusun menurut suatu skala atau tangga yang
kompleksitasnya meningkat kearah atas. Setiap bentuk kehidupan mempunyai suatu
tangga dengan anak tangganya masing-masing yang berada pada tingkatan yang
berbeda-beda. Pandangannya mengenai hidup ini berlaku selama 2000 tahun,
spesies diyakini telah permanent, sempurna, dan tidak berkembang lagi. Aristoteles mengatakan bahwa evolusi yang terjadi berdasarkan
metafisika alam, maksudnya metafisika alam dapat mengubah organisme dan habitatnya
dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
3. Teori
evolusi Anaximander (500 SM )
Teori evolusi Anaximander (500 SM ) |
Anaximander
juga merupakan seorang filosof yang
berasal dari Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia berawal dari makhluk akuatik
mirip ikan dan mengalami proses evolusi.
Ia dipandang sebagai pelopor dari ajaran
desendensi (ajaran penurunan ) oleh karena ia mengajarkan bahwa kosmos mungkin
terbentuk dari kekacauan ( chaos ), kehidupan muncul dari zat mati, dan makhluk
tingkat tinggi muncul dari makhluk tingkat rendah. Akan tetapi teori ini tidak
berpengaruh terhadap alam pemikiran para sarjana di zaman itu. Namun setelah
beberapa teori evolusi berkembang dengan pesat, maka dalam tulisan-tulisan para
ahli ini dapat ditemukan kembali petunjuk-petunjuk tentang adanya pandangan
para ahli tentang evolusi.
4. Teori
evolusi Empedoclas (495-435 SM)
Teori evolusi Empedoclas (495-435 SM) |
Empedoclas
adalah seorang filosof Yunani. Ia
mengemukakan teori bahwa kehidupan berasal dari lumpur hitam yang mendapat
sinar dari matahari dan berubah menjadi makhluk hidup. Evolusi terjadi dengan
dimulainya makhluk hidup yang sederhana kemudian berkembang menjadi sempurna
dan akhirnya menjadi beraneka ragam seperti sekarang ini.
5. Teori
evolusi Erasmus Darwin (1731-1802)
Teori evolusi Erasmus Darwin (1731-1802) |
Erasmus
Darwin adalah kakek
dari Charles Robert Darwin, seorang tokoh evolusi berkebangsaan Inggris.
Teorinya adalah bahwa evolusi terjadi karena bagian fungsional terhadap stimulasi
adalah diwariskan. Ia menyusun buku yang berjudul Zoonamia yang
menentang teori evolusi dari Lamarck.
6. Teori
evolusi Count de Buffon (1707-1788)
Teori evolusi Count de Buffon (1707-1788) |
Buffon
berpendapat bahwa variasi-variasi
yang terjadi karena pengaruh alam sekitar diwariskan sehingga terjadi
penimbunan variasi.
7. Teori
evolusi Sir Charles Lyell (1797-1875)
Teori evolusi Sir Charles Lyell (1797-1875) |
Lyell
adalah seorang ilmuwan yang berasal
dari Skotlandia dengan bukunya yang terkenal berjudul Principles of Geology yang terbit pada tahun 1830. Lyell adalah
salah satu ilmuan yang mampu membalikan gagasan tradisional tentang umur dan
asal-usul bumi. Di dalam bukunya tersebut Lyell berpendapat bahwa
permukaan bumi terbentuk melalui proses bertahap dalam jangka waktu yang lama. Lyell mengemukakan bahwa gunung dan lembah
dan ciri-ciri fisik permukaan bumi tidak diciptakan seperti bentuknya sekarang
atau tidak dibentuk oleh bencana yang berturut-berturut, tetapi terbentuk oleh
berlanjutnya proses vulkanis, pergolakan, erosi, glasiasi dan sebagainya dalam
jangka waktu yang sangat lama dan masih berlangsung sampai sekarang.
Bagi
orang-orang geologi kata Uniformitarianisme sudah tidak asing lagi, merupakan satu hukum
dasar dalam pengembangan ilmu geologi. Uniformitarianisme adalah salah satu konsep pemersatu paling
penting dalam Geosains. Ini konsep yang dikembangkan di akhir 1700-an,
menunjukkan bahwa proses bencana tidak bertanggung jawab atas alam yang ada di
permukaan bumi. Konsep tentang uniformitarianisme diasumsikan bahwa hukum alam yang sama dan
proses yang beroperasi di alam sekarang, selalu dioperasikan di alam semesta di
masa lalu. Hal ini sering diringkas sebagai "saat ini
adalah kunci ke masa lalu," karena meyakini bahwa segala sesuatu
terus terjadi karena terbentuknya dunia pada awalnya.
Ide-ide
di balik uniformitarianisme berasal dari karya ahli geologi Skotlandia James
Hutton. Pada 1785, Hutton disampaikan pada pertemuan Royal Society Edinburgh
bahwa bumi memiliki sejarah yang panjang dan bahwa sejarah ini dapat
ditafsirkan dari segi proses saat diamati. Sebagai contoh, tanah terbentuk
oleh pelapukan batuan dasar selama ribuan tahun. Dia juga menyarankan bahwa
teori-teori supranatural tidak diperlukan untuk menjelaskan sejarah geologi
Bumi.
Teori
uniformitarianisme juga penting dalam membentuk perkembangan ide-ide dalam
disiplin lain. Karya Charles Darwin dan Alfred Wallace tentang asal-usul
spesies bumi adalah lanjutan ide-ide dari uniformitarianisme ke dalam
ilmu biologi. Teori evolusi didasarkan pada prinsip bahwa keragaman
spesies yang terlihat di bumi dapat dijelaskan oleh modifikasi sifat genetik
seragam selama jangka waktu yang lama.
8. Teori
evolusi Jean Baptise de Lamarck (1744 – 1829)
Teori evolusi Jean Baptise de Lamarck (1744 – 1829) |
Jean
Baptise de Lamarck seorang
ahli biologi kebangsaan Perancis, yang membuat suatu teori mengenai makhluk
hidup yang sederhana dan yang modern memiliki suatu asal-muasal. memiliki suatu
gagasan tentang use and disuse dan menuliskannya dalam bukunya berjudul “Philoshopic”.
Dalam
bukunya tersebut Lamarck mengatakan sebagai berikut :
Ø Lingkungan mempunyai pengaruh pada
ciri-ciri dan sifat-sifat yang diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan.
Ø Ciri dan sifat yang terbentuk akan
diwariskan kepada keturunannya.
Ø Organ yang sering digunakan akan
berkembang dan tumbuh membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan
mengalami pemendekan atau penyusutan, bahkan akan menghilang. Contoh yang dapat
digunakan oleh Lamarck adalah jerapah.
Pada awalnya jerapah memiliki leher pendek. Karena
makanannya berupa daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha untuk dapat
menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka semakin lama, leher jerapah
menjadi semakin panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih panjang lagi.
Melihat adanya kecenderungan makhluk sederhana
berubah menjadi makhluk yang lebih kompleks dengan prinsip adanya proses
perubahan menuju kesempurnaan. Perubahan menjadi sempurna ini menurut Lamarck
karena harus beradaptasi pada lingkungannya. Proses adaptasi ini dijelaskan
Lamarck melalui dua hal. Pertama, adanya proses use (menggunakan) dan disuse
(tidak menggunakan) dari bagian-bagian tubuh organisme, bergantung pada
kebutuhannya.
Organ tubuh yang digunakan secara luas untuk
menghadapi lingkungan akan berkembang lebih besar, sedangkan bagian tubuh yang
kurang digunakan akan mengalami penyusutan. Kedua, Lamarck berkeyakinan adanya
pewarisan sifat-sifat yang diperoleh. Keadaan otot bisep yang semakin besar
akibat penggunaan terus-menerus akan diwariskan kepada keturunannya. Dengan
kata lain, keturunan akan lahir dengan sifat otot bisep besar dengan
sendirinya.
Demikian pula, leher panjang jerapah akan
terwaris dengan sendirinya kepada keturunannya. Padahal perubahan organ tubuh
tersebut hasil modifikasi, dan tidak ada bukti bahwa sifat-sifat yang diperoleh
dapat diwariskan.
Suatu kehormatan bagi Lamarck, adanya pengakuan bahwa memang
adaptasi terhadap lingkungan merupakan produk evolusi.
a. Pada awalnya seluruh
jerapah berleher pendek, sementara daun-daunan makanannya di pohon harus
dijangkau karena letaknya yang tinggi.
b. Karena sering menjangkau
daun, leher jerapah semakin panjang sehingga jerapah generasi berikutnya
semakin tinggi.
c. Penyesuaian dan
pewarisan hasil adaptasi ini berlanjut sehingga jerapah masa kini berleher
panjang.
Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin (kakek
dari Charles Darwin) yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah
heterogen, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang.
Jerapah-jerapah tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Dari
persaingan tersebut jerapah berleher panjang akan menang dan akan tetap hidup,
sifat ini akan diwariskan kepada keturunannya. Jerapah yang berleher pendek
akan mati dan perlahan-lahan mengalami kepunahan.
Teori jerapah berleher panjang menurut Lamarck dan Erasmus Darwin. |
9.
August Weismann (1934 – 1914)
Weismann berpendapat bahwa sel-sel tubuh
tidak dipengaruhi oleh lingkungan dalam penurunannya, melainkan berdasarkan
pada prinsip genetika. Weismann melakukan percobaan untuk membuktikan teorinya
tersebut. Perlakuan diberikan kepada dua tikus yang dipotong ekornya dan
kemudian kedua tikus tersebut dikawinkan. Hasilnya adalah generasi keturunannya
masih berekor panjang sampai generasi ke-21.
August Weismann (1934 – 1914) |
Dari percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya
Weismann menarik kesimpulan seperti berikut:
- Perubahan
sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada generasi
berikutnya.
- Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika.