materi kuliah biologi, biologi kesehatan, biologi sel, karakteristik mahluk hidup, klasifikasi mahluk hidup, plantae, animalia dan kerugian dan keuntungan biologi bagi kehidupan, manfaat, obat tradisional, herbal dan khasiat tanaman

Pengertian, Gejala, Pencegahaan dan Pengobatan ISPA

Pengertian, Gejala, Pencegahaan dan Pengobatan ISPA - Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebagian besar disebabkan oleh virus. Penyebab infeksi yang demikian beragam mengakibatkan berbedanya upaya yang mungkin dilakukan setiap orang, baik untuk mencegah maupun untuk pengobatan. WHO menuturkan, ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi saluran pernafasan akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak balita. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA. Setiap tahunnya 40%-60% dari kunjungan di Puskesmas ialah penderita penyakit ISPA. Seluruh kematian balita, proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%. Kematian ISPA ini sebagian besar ialah oleh pneumonia. Pneumonia yang pada awalnya merupakan ISPA biasa, karena tidak diobati dengan baik akhirnya menimbulkan batuk dan kesulitan bernafas.

Sebanyak 150.000 balita meninggal tiap tahun akibat pneumonia karena berbagai kesulitan geografis, budaya dan ekonomi yang dialami penduduk dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Diperkirakan 11-22% balita yang menderita batuk atau kelainan bernafas tidak dibawa berobat sama sekali. Menurut Dirjen pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan memperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia pada akhir 2000 sebanyak 5 kasus diantara 1.000 bayi atau balita hal ini menunjukkan sebanyak 150.000 jiwa tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus per hari atau 17 anak per jam atau seorang bayi atau balita tiap lima menit meninggal karena pneumonia.

A. Pengertian ISPA
            ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah.

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :
1.    Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2.    Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3.    Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
           
            ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Selama bertahun-tahun ISPA merupakan masalah kesehatan anak dan penyumbang terbesar penyebab kematian balita (Said, 2006). Jumlah tiap tahunnya kejadian ISPA di Indonesia 150.000 kasus atau seorang balita meninggal tiap 5 menitnya. Penelitian Myrnawati juga menemukan bahwa 20-30% kematian balita disebabkan oleh ISPA.

Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan rikcetsia. Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara pernapasan. Gejala umumnya adalah batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam (Depkes RI, 2006). Salah satu faktor yang mempengaruhi ISPA adalah defisiensi Vitamin A.

B. Gejala Klinis Penyakit ISPA
Penyakit ini bisa di kenali dengan tanda atau gejala yang ditimbulkan yaitu :
1.    Suara nafas lemas bahkan hilang dan seperti ada cairan sehingga terdengar keras, ada gejala sesak yang kebiruan, nafas cuping hidung atau nafas dimana hidungnya tidak lubang, tertariknya kulit kedalam dinding dada atau bisa disebut retraksi dan sistem pernafasan yang tidak teratur serta cepat.
2.    Gagal jantung, hipotensi, hipertensi, denyut jantung kadang cepat kadang lemah yang terdapat di sistem peredaran darah dan jantung.
3.    Kejang dan koma, bingung, sakit kepala, mudang terangsang, sering gelisah yang menyerang di sistem syaraf
4.    Letih dan sering berkeringat banyak.

Untuk anak dengan umur 2 bulan hingga 5 tahun, yaitu kejang, intensitas kesadaran menurun, stridor, gizi buruk dan tidak bisa minum. Sedangkan untuk anak dibawah 2 bulan yaitu kemampuan minum yang menurun secara drastis yang biasanya kurang dari setengah volume dari setiap kebiasaan,  mendengkur, demam, dingin dan intensitas kesadaran menurun.

Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2.   Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
3.   Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.
4.   Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

C. Penularan Penyakit ISPA
Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup orang sehat lewat saluran pernapasan. Viruslah yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang sering terjadi pada semua golongan masyarakat di musim dingin. Akan tetapi ISPA yang tidak ditangani secara lanjut, akan menjadi momok sebuah pneumonia yang menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih. Beban Immunologis yang besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, tidak tersedianya atau pemakaian berlebih antibiotik dan meningkatnya infeksi silang yang merupakan resiko utama pada anak – anak dan balita.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
Ada 3 cara penyebaran ISPA, yaitu :
1.    Melalui aerosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk.
2.   Melalui aerosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin.
3.   Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad renik.

D. Klasifikasi ISPA
Banyaknya mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut ini cukup menyulitkan dalam klasifikasi dari segi kausa, hal ini semakin nyata setelah diketahui bahwa satu organisme dapat menyebabkan beberapa gejala klinis penyakit serta adanya satu macam penyakit yang bisa disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme tersebut (Mandal, dkk, 1984).

Oleh karena itu klasifikasi ISPA hanya didasarkan pada :
1.    Lokasi Anatomis
a.     Infeksi saluran pernafasan bagian atas, merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.
b.    Infeksi saluran pernafasan bagian bawah, merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru.
2.    Derajat keparahan penyakit
WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul, dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988.
Adapun pembagiannya sebagai berikut :
a.     ISPA ringan, ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
§  Batuk
§  Pilek dengan atau tanpa demam
b.   ISPA sedang, meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:
·         Pernafasan cepat.
Umur < 1 tahun : 50 kali / menit atau lebih.
Umur 1-4 tahun : 40 kali / menit atau lebih.
·         Wheezing (nafas menciut-ciut).
·         Sakit/keluar cairan dari telinga.
·         Bercak kemerahan (campak).
Khusus untuk bayi <2 bulan hanya dikenal ISPA ringan dan ISPA berat dengan batasan frekuensinya nafasnya 60 kali / menit.
c.   ISPA berat
Meliputi gejala sedang/ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:
-          Penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi.
-          Kesadaran menurun.
-          Bibir / kulit pucat kebiruan.
-           Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.
-          Adanya selaput membran difteri.

Depkes RI (1991) membagi  ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis yang didapat yaitu :
a.   Untuk anak umur 2 bulan – 5 tahun.
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
*      Pneumonia berat
Tanda utama :
1)    Adanya tanda bahaya, yaitu tak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk.
2)    Adanya tarikan dinding dada ke belakang. Hal ini terjadi bila paru-paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.
Tanda-tanda lain yang mungkin ada :
1)    Nafas cuping hidung
2)    Suara rintihan
3)    Sianosis (pucat)

*      Pneumonia tidak berat
Tanda-tanda :
1)    Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.
2)     Disertai nafas cepat :
Lebih dari 50 kali / menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun.
Lebih dari 40 kali / menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.
*      Bukan Pneumonia
Tanda-tanda :
1)    Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.
2)    Tak ada nafas cepat :
Kurang dari 50 kali / menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun.Kurang dari 40 kali / menit untk anak usia 1 tahun – 5 tahun.
b.   Anak umur kurang dari 2 bulan
Untuk anak dalam golongan umur ini, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
*      Pneumonia berat
Tanda-tanda :
1)    Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam atau dingin.
2)    Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali / menit atau lebih, atau
3)    Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.
*      Bukan Pneumonia
Tanda-tanda :
1)    Tidak ada nafas cepat.
2)    Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Dalam International Classification of Disease dalam bagian Diseases of the Respiratory System revisi yang kesepuluh, ISPA dibagi berdasar atas letak anatomi saluran pernafasan serta penyebabnya. Pembagian ini meliputi hal di bawah ini :
a.   Infeksi saluran nafas atas akut
-          Nasofaringitis akut (commond cold)
-          Sinusiatis akut
-          Faringitis akut : faringitis streptokokus dan faringitis karena sebab lain
-          Tonsilitis akut : tonsilitis streptokokus dan tonsilitis karena sebab lain
-          Laringitis dan trakeitis akut
-          Epiglotitis dan laringitis obstruktif akut (croup)
b.     Influenza dan pneumonia
-          Influenza dengan virus yang teridentifikasi
-          Influenza dengan virus tak teridentifikasi.
-          Pneumonia viral (Pnemonia karena adenovirus, Pneumonia oleh virus sinsitium saluran pernafasan, Pnemonia oleh virus parainfluenza, Pnemonia oleh virus lain)
-           Pneumonia oleh streptokokus pnemonia.
-          Pneumonia oleh karena Hemofilus influenza.
-          Pneumonia bakterial lainnya.
-          Pneumonia oleh sebab organisme lain.
c.   Infeksi saluran nafas bawah akut lainnya
-          Bronkitis akut
-          Bronkiolitis akut
-           Infeksi saluran nafas bawah akut lainnya

E. Etiologi Penyakit ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang kompleks dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain :
-          Genus streptococcus,
-          Stafilococcus,
-          Pnemococcus,
-          Hemofilus,
-          Bordetella,
-          Korinebacterium.
 Virus penyebabnya antara lain :
-       Golongan mikovirus,
-       Adenovirus,
-       Koronavirus,
-       Pikornavirus,
-       Mikoplasma,
-       Herpesvirus

Namun dari sekian banyak mikroorganisme yang bisa menyebabkan timbulnya infeksi saluran pernafasan akut, ada beberapa mikroorganisme yang merupakan penyebab utama kejadian ISPA diantaranya adalah :
-          B-hemolityc streptococcus,
-          Staphylococcus,
-          Haemophylus influenzae,
-          Clamydia trachomatis,
-          Mycoplasma dan
-          Pneumokokus   

Mikroorganisme tersebut yang terdapat di udara bebas menempel dan dengan kemampuannya menyerang, dan menginflamasi saluran pernafasan baik saluran pernafasan atas seperti nasal, nasal cavity, faring dan laring, dan juga melibatkan saluran pernafasan bawah seperti trakea, bronchi dan sebagainya yang kemudian melaui kemampuan menginfeksinya, menimbulkan manifestasi klinik pada individu yang terserang.

Kelompok virus umumnya menyerang saluran pernafasan bagian atas dengan kata lain, ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.



Pengertian, Gejala, Pencegahaan dan Pengobatan ISPA

Gambar di atas menunjukkan bagaimana tiap mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernafasan menyerang organ-organ sauran pernafasan. Dimana tiap mikroorganisme tsb seperti memiliki organ sasaran spesifik yang satu dengan yang lainnya berbeda.









Adapun dibawah ini merupakan gambar beberapa mikroorganisme penyebab utama infeksi saluran pernafasan.


ispa
Keterangan gambar :
A.   Mycoplasma
B.   Clamydia trachomatis
C.   Haemophylus influenza
D.   B-hemolityc streptococcus (dalam penampang mikroskopis)
E.   Staphylococcus

Terkait dengan penyebab infeksi saluran pernafasan, ternyata penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh multifactor penyebab, artinya tidak hanya bakteri, virus dan sejenisnya saja yang dapat menyebabkan munculnya infeksi ini, tetapi udara yang tercemar pun dapat menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit ini. Sebut saja asap pembakaran hutan yang selalu kontroversi akan dampaknya yang dapat meningkatkan proporsi penderita ISPA, seperti yang terjadi di daerah Sumatera Selatan beberapa bulan belakangan.

Diketahui bahwasannya dalam kandungan udara yang kita hirup setiap harinya tidak semata-mata hanya terdiri dari oksigen saja, tapi terdapat banyak partikel-partikel bebas yang juga ikut masuk ke dalam rongga hidung ketika bernafas. Namun memang Tuhan menciptakan manusia dengan segala kesempurnaannya, di dalam saluran pernapasan mulai dari hidung hingga bronkus terdapat membran mukosa bersilia (silia=rambut-rambut halus)  yang dapat menahan partikel bebas tersebut masuk ke organ pernafasan vital sehingga partikel-partikel tadi tertahan dan yang tersisa masuk ke dalam organ pernafasan selanjutnya adalah udara.

Namun, ketika udara yang kita hirup adalah udara yang tercemar, dimana kandungan partikel bebas berada dalam jumlah yang lebih banyak dan dengan ukuran yang lebih besar belum lagi kandungan bahan kimia berbahaya akibat polusi baik itu dari hasil pembakaran, industry dsb inilah yang bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan tersebut muncul. Ketika partikel bebas yang ikut masuk ke dalam nasal cavity dengan mudahnya difilter oleh membrane mukosa yang bersilia jika dalam jumlah dan ukuran normal, akan menjadi masalah ketika partikel bebas tersebut masuk dalam jumlah yang tidak normal dan ukuran yang tidak normal pula karena memang silia yang bertugas memfilter memiliki ambang batas kemampuan. Ketika dipaparkan dengan keadaan yang demikian secara terus menerus maka akan terjadi “decrease ability” dan hal ini akan memperbesar peluang terjadinya infeksi pada saluran pernafasan karena terdapat banyak partikel tak terfilter dapat menyebabkan luka atau infeksi pada saluran  pernafasan yang dilewatinya.

Masih berkaitan dengan udara tercemar, namun masalahnya kini adalah kandungan bahan kimia tertentu yang dapat membahayakan saluran pernafasan, sebut saja senyawa nitrogen oksida, sulfur oksida,karbon monoksida dsb. Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. Dan tidak bisa dihindarkan jika memang senyawa kimia berbahaya yang dalam konsentrasi melebihi ambang batas dapat mengiritasi saluran pernafasan.

Disamping itu terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi saluran pernafasan yakni :
a.    Agent
Yakni mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan yang telah dipaparkan sebelumnya.
b.    Manusia (Host)
Faktor ini meliputi beberapa faktor lain diantaranya :
1.    Usia
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak  berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
2.    Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993),  menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Namun menurut beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering didapatkan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, terutama anak usia muda, dibawah 6 tahun. Menurut Glenzen dan Deeny, anak laki-laki lebih rentan terhadap ISPA yang lebih berat, dibandingkan dengan anak perempuan.
3.    Status Gizi
Rendahnya status gizi dapat berakibat pada rendahnya daya  tahan tubuh hal ini memudahkan dan mempercepat perkembangbiakan bibit penyakit dalam tubuh.
c.    Lingkungan
            Hal ini meliputi bersih tidaknya lingkungan yang ada di sekitar atau tercemar tidak nya udara yang kita hirup dan selain itu lingkungan juga dapat berupa status ekonomi dan pendidikan.
             Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian Infeksi saluran pernafasan akut adalah :
-          Rendahnya asupan antioksidan,
-          Status gizi kurang, dan
-          Buruknya sanitasi lingkungan
-          Cuaca

            Sedangkan faktor yang dalam derajat keparahan penyakit yakni ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.

F. Distribusi Penyakit ISPA
a.    Distribusi Orang
Karakteristik orang dalam epedemiologi deskriptif sangat besar manfaatnya dalam penentuan besar kecilnya masalah kesehatan pada kelompok tertentu. Karakteristik orang dapat berupa umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Lepo-Lepo, Kota Kendari, tahun 2007, 2008, dan 2009 kasus ISPA terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun terutama golongan umur 2-14 tahun dan golongan umur 15-54 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia 2-14 tahun anak-anak masih sangat aktif-aktifnya bermain terutama diluar rumah sehingga keterpaparan terhadap factor resiko seperti debu akan meningkat, begitu pula usia 2-14 tahun anak-anak masih sangat bergantung pada orang tua terutama jika ibu menggunakan tungku untuk memasak sehingga konsentrasi asap dalam rumah meningkat apalagi ditunjang dengan hunian yang padat, serta ventilasi yang kurang baik. Selain itu pada usia 2-14 tahun, sistem imun seseorang masih sangat rendah sehingga resiko terkena penyakit ISPA kian meningkat, apalagi ditunjang dengan status gizi yang buruk. Begitu pula pada usia 15-54 tahun kasus ISPA meningkat karena usia 15-54 merupakan usia produktif sehingga keterpaparan terhadap factor resiko semakin tinggi misalnya asap kenderaan bermotor, partikel debu, kebiasaan merokok serta kondisi pekerjaan yang mendukung penularan ISPA seperti supir angkot.
b.   Distribusi Waktu
Kasus penyakit ISPA umumnya terjadi peningkatan pada bulan-bulan yang merupakan musim kemarau dimana konsentrasi partikel debu meningkat sehingga beresiko meningkatkan terjadinya kasus. Selain itu, kualitas lingkungan yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya bahan polutan dari kendaraan bermotor, asap rokok, terjadinya kebakaran hutan, dan lain-lain yang meningkatkan kasus penyakit ISPA.
c.    Distibusi Tempat
Kasus ISPA umumnya terjadi dalam jumlah yang tinggi di daerah merupakan jalur transportasi yang strategis, yang dipadati oleh banyak kendaraan, termasuk juga dengan adanya terminal. Hal lain yang mendukung terjadinya kasus ISPA ialah  kondisi ekonomi yang masih rendah dan banyaknya rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti ventilasi yang kurang baik sehingga sirkulasi udara tidak lancar, kepadatan hunian yang tinggi, serta pemenuhan kebutuhan gizi yang kurang sehingga berpengaruh pada sistem imun sehingga meningkatkan resiko terkena penyakit ISPA. Selain itu, hal lain yang patut juga diketahui sebagai faktor yang menyokong terjadinya kasus ISPA ialah kurangnya keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

G. Pengobatan Penyakit ISPA
Cara pengobatan penyakit ISPA adalah sebagai berikut :
a.    Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus, di beri oksigen dan sebagainya.
b.    Pneumonia: diberi obat antibiotik melalui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
c.    Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
           
H. Pencegahan Penyakit ISPA
Pencegahan ISPA yang dilakukan adalah upaya yang dimaksudkan agar seseorang terutama anak-anak dapat terhindar baik itu infeksinya, maupun melawan dengan sistem kekebalan tubuh, karena vektor penyakit ISPA telah sangat meluas di dunia, sehingga perlu kewaspadaan diri untuk menghadapi serangan infeksi, bukan hanya dalam hal pengobatan ISPA

Sebagaimana yang telah di sebutkan tadi, hal-hal yang dapat kita lakukan untuk melindungi diri dalam rangka pencegahan ISPA adalah:
a. Dengan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Hal ini menjadi sangat sulit bagi anak-anak karena perlu pengawasan yang baik serta memberikan kesadaran kepada mereka.
b. Keadaan gizi yang harus terjaga agar tidak mudah terinfeksi penyakit. Hal ini disebabkan karena apabila kondisi tubuh tidak terjaga, maka kadar imunitas tubuh juga akan menurun.
c. Melakukan kontrol terhadap keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan penyakit. Penggunaan masker sederhana bisa menjadi alternatif yang cukup praktis untuk melindungi diri dari lingkungan yang tidak sehat serta menhindari kontak langsung dengan penderita ISPA.
d. Dengan melakukan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh.
e. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit.

Usaha untuk memberikan gizi yang baik mungkin akan mudah bagi orang dewasa yang telah mengerti, namun bagi bayi yang masih dalam kontrol orang tua harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Berikan anak makanan padat sesuai kebutuhannya. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan. Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan yang dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.

Pengawasan administrasi, yang meliputi lima tingkat pencegahan penyakit (five level prevention), sebagai berikut:
1.    Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Promosi Kesehatan (Health Promotion) adalah upaya meningkatkan peran kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi penyebabnya serta derajat resiko serta meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu orang sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.
Promosi Kesehatan (Health Promotion) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:
a.    Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara pemberantasan serta manfaat menegakkan diagnosis dini dari suatu penyakit seperti ISPA.
b.    Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
c.    Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
d.    Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
e.    Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
2.    Perlindungan khusus (spesific protection)
Sasaran pada perlindungan khusus (spesific protection) yang utama adalah ditujukan kepada penjamu (host) dan penyebab untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit ISPA.
Perlindungan khusus (spesific protection) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a.    Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan agent penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh, seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan diperlukan tubuh.
b.    Pemberian ASI eksklusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori, protein, dan vitamin, yang banyak dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh bayi sehingga terlindung dari berbagai penyakit infeksi termasuk ISPA.
3.             Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) merupakan pencegahan yang ditujukan bagi mereka yang menderita atau terancam akan menderita penyakit ISPA, dengan tujuan mencegah meluasnya penyakit/terjadinya wabah penyakit menular dan menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a.    Mencari kasus sedini mungkin.
b.    Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan .
c.    Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d.    Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e.    Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4.   Pembatasan cacat (disability limitation)
Pembatasan cacat (disability limitation) merupakan pencegahan yang mencegah terjadinya kecacatan atau kematian akibat penyakit ISPA.
Pembatasan cacat (disability limitation) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c.  Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5.   Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi (rehabilitation) merupakan pencegahan yang bertujuan untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial secara optimal.
Rehabilitasi (rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit ISPA.

I. Pengendalian Penyakit ISPA
Pemberantasan atau pengendalian ISPA yang dapat dilakukan di antaranya :
a.    Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu
b.    Pengelolaan kasus yang disempurnakan
c.    Immunisasi
Dalam penanganan ISPA tingkat keluarga keseluruhannya dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: perawatan penunjang oleh ibu balita; tindakan yang segera dan pengamatan tentang perkembangan penyakit balita;  pencarian pertolongan pada pelayanan kesehatan.
Pengendalian dini dan pelaporan ISPA yang cenderung epidemi atau pandemic:
·         Segera informasikan kepada yang berwenang (Dinkes/Depkes).
·         Dinkes/Depkes memberitahukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan apabila ada KLB dalam masyarakat atau di rumah sakit lain.

Pengendalian lingkungan dan teknik
v  Jaga jarak minimal 1 meter antarpasien.
v  Jaga ventilasi dengan baik, antara lain dengan
ventilasi alami (misalnya: jendela terbuka) atau dengan
ventilasi mekanik.
v  Bersihkan secara rutin permukaan yang sering
disentuh dan bersihkan segera saat tampak kotor. 

DAFTAR REFERENSI
Budiarto, Eko, dkk.2001.Pengantar Epidemiologi Edisi 2.Bandung:EGC.
Bustan.2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta  : Rineka Cipta
Depkes RI,1994. Pedoman Program P2 ISPA dan Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Depkes RI: Jakarta.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/
http://rahmawati-rahman90.blogspot.com/2010/12/laporan-surveilans-epidemiologi.html
http://www.turunberatbadan.com/pencegahan-ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut
www.klinikita.co.id
www.wikipedia.com

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Pengertian, Gejala, Pencegahaan dan Pengobatan ISPA

1 komentar:

  1. It's a shame you don't have a donate button! I'd most certainly donate to
    this brilliant blog! I guess for now i'll settle for book-marking and adding your
    RSS feed to my Google account. I look forward to fresh updates and will talk about this website with
    my Facebook group. Talk soon!

    ReplyDelete