materi kuliah biologi, biologi kesehatan, biologi sel, karakteristik mahluk hidup, klasifikasi mahluk hidup, plantae, animalia dan kerugian dan keuntungan biologi bagi kehidupan, manfaat, obat tradisional, herbal dan khasiat tanaman

Pengertian, Dampak dan Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Pada materi ini, kita membahas secara lengkap yang berhubungan dengan efek rumah kaca atau Green House Effect dimana pembaca diharapkan mampu memahami;
1. Apa pengertian efek rumah kaca?
2. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya efek rumah kaca?
3. Apa akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca?
4. Bagaimana solusi untukmengatasi efek rumah kaca?
5. Bagaimana cara mahasiswa mengetahui siklus dan terjadinya effect rumah kaca

A. Pengertian Efek Rumah kaca
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan benda langit yang memiliki atmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, hanya saja artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat kegiatan manusia (lihat juga pemanasan global).
Pengertian Efek Rumah kaca
Efek Rumah Kaca
Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat. Efek rumah kaca ( Green House Effect ) adalah proses alami yang membantu terjadinya pemanasan pada lapisan atmosfer dan permukaan bumi. Penghangatan permukaan bumi ini terjadi karena gas-gas yang terlepas dari aktifitas di biosfer bumi seperti karbon dioksida ( CO2 ), gas metan ( CH4 ), nitrogen dioksida ( NO2 ), chlorofluorocarbon (CF,XC,X) terkumpul di lapisan troposfer/stratosfer membentuk awan. Awan dengan dimensi gas-gas itu merubah kesetimbangan energi dari planet bumi melalui penyerapan radiasi gelombang panjang ( longwave ) yang diemisikan dari permukaan bumi. Dari kejadian itu muncul suatu effect pada suhu permukaan bumi yang menjadi hangat / panas yang meningkat yang kemudian kita sebut Effect Rumah Kaca.

Effect Rumah kaca yang bisa kita artikan secara sederhana bahwa awan yang ada, terdapat gas yang terkumpul membentuk semacam tabir berupa kumpulan gas CO2 ( dominan ). Gas-gas itu yang sifatnya seperti kaca, yang mana sifat kaca adalah dapat ditembus cahaya yang membawa panas, namun setelah berada di dalamnya, panas yang ada di kaca itu tidak bisa menembusnya ( mobil parkir di lapangan, setelah pintu kita buka suhu di dalam akan lebih panas) panas yang tak bisa menembus kaca itu hanya terpantul- pantul sehingga dampaknya seperti yang kita rasakan kini. Perlu diketahui pula bahwa, tanpa adanya Effek Rumah Kaca ini, suhu di permukaan bumi akan dingin berkisar -180C, dibandingkan saat ini suhu rata-rata permukaan bumi sebesar 15 0C. Energi sinar matahari yang melewati lapisan atmosfer sebanyak (26 %) dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh awan dan sebanyak 19 % diserap oleh partikel-partikel dan gas-gas yang terdapat dalam lapisan atmosfer. Sisanya sebanyak 55 % diteruskan ke permukaan bumi, di permukaan bumi sinar radiasi matahari ini digunakan untuk berbagai proses, untuk pemanasan bumi, pencairan es dan salju, penguapan air permukaan (laut, danau, sungai, waduk, dll.) dan photosintesis. 

B. Proses Terjadinya Gas Rumah Kaca
Proses Terjadinya Gas Rumah Kaca
Proses Terjadinya Gas Rumah Kaca
Lapisan atmosfir bumi terdiri atas troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer. Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difusi yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Dalam bahasa yang sederhana, proses terjadinya efek rumah kaca adalah demikian: panas matahari merambat dan masuk ke permukaan bumi. Kemudian panas matahari tersebut akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa melalui atmosfer. Sebagian panas matahari yang dipantulkan tersebut akan diserap oleh gas rumah kaca yang berada di atmosfer. Panas matahari tersebut kemudian terperangkap di permukaan bumi, tidak bisa melalui atmosfer. Sehingga suhu bumi menjadi lebih panas.
Proses efek rumah kaca
Proses efek rumah kaca
Yang termasuk gas rumah kaca di atmosfer adalah uap air (H2O), carbondioksida (CO2), Gas Methan (CH4), dan ozon (O3).

Konsentrasi gas rumah kaca di bumi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
  1. Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM (bahan bakar minyak) yang terlalu boros
  2. Kerusakan hutan (kebakaran hutan, penebangan liar, dll)
  3. Pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran ternak, dan pembakaran sabana di sector pertanian dan peternakan
  4. Pemakaian AC yang berlebihan
  5. Asap kendaraan bermotor
  6. Hasil buangan industry
Efek rumah kaca yang berlebihan yang ditingkatkan oleh konsentrasi gas rumah kaca yang semakin tinggi akan membahayakan manusia. Efek rumah kaca yang semakin parah karena polusi udara ini akan menimbulkan terjadinya pemanasan global. Dalam Anonimus e dinyatakan bahwa menurut perkiraan efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5 derajat Celcius. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5 – 4,5 derajat Celcius sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mngakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Emisi gas global
Emisi gas global

C. Dampak Efek Rumah Kaca

1. Mencairnya Es di Kutub
Es di kutub yang mencair
Es di kutub yang mencair
Perubahan iklim juga menyebabkan mencairnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di Kutub Utara dan Selatan. Diketahui bahwa es yang menyelimuti permukaan bumi telah berkurang 10% sejak tahun 1960. Sementara ketebalan es di Kutub Utara telah berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir (Fred Pearce, 2001). Diperkirakan pada tahun 2100, gletser yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km 2 akan me ncair. Ilmuwan Eropa juga memperkirakan sekitar 50-90% gletser di pegunungan Alpen akan menghilang. Diperkirakan pegunungan salju Australia akan “bebas salju” pada tahun 2070. Sementara menurut penelitian Lonnie Thomson dari Byard Polar Research Center - Universitas Ohio, diperkirakan seluruh salju di pegunungan Kilimanjaro akan mencair pada tahun 2015 akibat pemanasan global (Fred Pearce, 2001).

2. Pergeseran Musim
Pergeseran Musim
Pergeseran Musim
Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya pergeseran musim, di mana musim kemarau akan berlangsung lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kekeringan akan melanda Afrika, Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Sementara musim hujan akan berlangsung dalam waktu singkat dengan kecenderungan intensitas curah hujan yang lebih tinggi dari curah hujan normal sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Terbukti bahwa di wilayah Asia Tenggara serta beberapa wilayah lainnya yang rentan terhadap badai dan angin puting beliung telah mengalami badai yang lebih dahsyat, hujan yang lebih deras serta lebih banyak bencana banjir. Sementara di beberapa wilayah di Indo- nesia juga sudah terbukti mengalami bencana banjir dan longsor.

3. Peningkatan Permukaan Air Laut
Peningkatan Permukaan Air Laut
Peningkatan Permukaan Air Laut
Dampak perubahan iklim yang lainnya adalah meningkatnya permukaan air laut. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), panel ahli untuk isu perubahan iklim, dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10-25 cm. Sementara itu diperkirakan bahwa pada tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 cm (Greenpeace, 1998). Sebagai ilustrasi, peningkatan permukaan air laut setinggi 1 m akan menyebabkan hilangnya 1% daratan Mesir, Belanda 6%, Bangladesh sebesar 17,5% dan 80% atol di Kepulauan Marshall menghilang (Fred Pearce, 2001). Perubahan iklim juga menyebabkan negara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina serta Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Ini berarti puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.

4. Dampak Lainnya
Selain dampak-dampak di atas, perubahan iklim juga akan menyebabkan terjadinya krisis persediaan makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih, meluasnya penyebaran penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah dan diare, kebakaran hutan, serta hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu di bumi. Hal ini menunjukkan bahwa peru- bahan iklim merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia serta mahluk hidup lain. Selain itu dampaknya tidak hanya terjadi di satu negara atau di satu wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi batas negara. Walaupun begitu, tingkat perekonomian yang jauh di bawah negara maju serta perekonomian yang berbasis sumber daya alam menyebabkan negara berkembang lebih re ntan terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim dibandingkan negara maju. Dalam prosesnya perubahan iklim terjadi sangat lamban, sehingga dampaknya tak langsung dirasakan saat ini, namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang. Dan ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satu upaya pun yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ke keadaan semula.

D. Masuknya Isu Perubahan Iklim dalam Agenda Politik Internasional

Meningkatnya bukti-bukti ilmiah akan adanya pengaruh aktivitas manusia terhadap sistem iklim serta meningkatnya kepedulian masyarakat internasional akan isu lingkungan global, pada akhirnya menyebabkan isu perubahan iklim menjadi salah satu isu penting di dalam agenda politik internasional. Pada pertengahan tahun 1980-an, berbagai pertemuan awal atau konferensi antar pemerintah mulai diselenggarakan untuk membicarakan masalah perubahan iklim. Mengingat pentingnya bagi pembuat kebi- jakan untuk memiliki data-data ilmiah terkini yang dapat dipertanggungjawabkan guna merespon masalah perubahan iklim, maka dibentuklah sebuah badan bernama Intergovern- mental Panel on Climate Change (IPCC) oleh UNEP (United Nations Environment Programme) dan WMO (World Meteorological Organization) pada tahun 1989. IPCC merupakan sebuah lembaga yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia yang bertugas untuk meneliti fenomena perubahan iklim secara ilmiah serta kemungkinan solusinya. mengeluarkan hasil penelitiannya yang pertama (First Assessment Report). Di dalam laporan tersebut dipastikan bahwa perubahan iklim merupa- kan sebuah ancaman bagi kehidupan seluruh umat manusia. IPCC menyerukan pentingnya sebuah kesepakatan global untuk menanggulangi masalah perubahan iklim, mengingat hal ini adalah sebuah masalah global dengan dampak yang dirasakan secara global pula. Majelis umum PBB akhirnya menanggapi seruan IPPC untuk mengatasi masalah perubahan iklim secara global. Pada Desember 1990, PBB secara resmi membentuk sebuah badan antar pemerintah, yaitu Intergovernmental Ne- gotiating Comittee (INC) untuk melakukan negosiasi ke arah konvensi perubahan iklim.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Pengertian, Dampak dan Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment