materi kuliah biologi, biologi kesehatan, biologi sel, karakteristik mahluk hidup, klasifikasi mahluk hidup, plantae, animalia dan kerugian dan keuntungan biologi bagi kehidupan, manfaat, obat tradisional, herbal dan khasiat tanaman

Pupuk Kompos : Pengertian, Unsur, Tahapan, Faktor dan Manfaat Kompos

Pada kesempatan kali, kita akan membahas tentang pupuk kompos dimana pembaca diharapkan mampu memahami tentang;
1. Apa yang Dimaksud Pupuk Kompos?
2. Unsur-unsur yang Terkandung Dalam Pupuk Kompos.
3. Bahan-bahan yang Diperlukan Untuk Membuat Pupuk Kompos.
4. Bagaimana Tahap Pengomposan?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi Pengomposan?
6. Manfaat Pupuk Kompos.
Pupuk Kompos
Pupuk Kompos
A. Pengertian Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.

Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

B. Unsur yang Terkandung dalam Pupuk Kompos
Unsur yang Terkandung dalam Pupuk Kompos
Unsur yang terkandung dari bahan-bahan Pembuatan Kompos

Kandungan pupuk kompos adalah bahan organik yang mencapai 18 % bahkan ada yang mencapai 59 %. Unsur lain yang dikandung oleh kompos adalah nitrogen, fosfor, kalsium, kalium dan magnesium. Manfaat bokhasi pada lahan pertanian yaitu : mampu menggantikan dan mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan, bebas dari biji tanaman liar (gulma), tidak berbau dan mudah digunakan dan memperbaiki derajat keasaman tanah, selain itu sangat berguna untuk menyuburkan tanaman.

C. Bahan Pupuk Kompos

1. Jerami/ daun kering/ sekam
Padi atau tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan CO2 dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir- bulir padi/beras. Padi/beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar. Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah, pembakaran jerami justru akan menghancurkan sebagian bahan organik yang sebenarnya cukup bagus dijadikan pupuk kompos. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.

Jerami padi biasanya mengandung sedikit air, tetapi banyak memiliki karbon. Umumnya jerami mudah dirombak dalam proses pengomposan. Nitrogen yang terdapat di dalamnya lebih sedikit karena sudah dipakai untuk pertumbuhan dan produksi. Penggunaan jerami padi pada bahan baku kompos sebaiknya dicacah dahulu sebelum dicampur dengan bahan lainnya (Djaja, 2008). Jerami juga berperan dalam menciptakan rongga untuk aerasi.

2. Kapur Pertanian (Kalsit dan Dolomit)
Pada tanah mineral masam, sumber kemasaman tanah yang utama adalah Al3+ yang akan menyumbangkan H+ ke dalam larutan tanah melalui proses hidrolisis dengan reaksi: Al3+ + 3H2O -> Al(OH)3 + 3H+. Senyawa CaO dan MgO dalam tanah akan bereaksi dengan air membentuk CaCO3 dan MgCO3 yang berperan dalam penurunan Aldd dalam tanah. Pemberian Kaptan atau Dolomit ke dalam tanah dapat mengendapkan Al3+ menjadi Al(OH)3 sehingga Al tidak aktif dalam meningkatkan kemasaman tanah. Kalsit mengandung (CaCO3 + MgCO3) minimal 85% atau CaO+MgO minimal 47%, dan Dolomit mengandung 30% CaO dan 18% MgO.

Mekanisme penurunan kemasaman tanah disajikan dalam reaksi di bawah:

Kapur pertanian biasanya dibuat dari bahan dasar batu kapur kalsit yang sangat sedikit mengandung Mg (magnesium) dan mempunyai rumus kimia CaCO3, sedangkan kapur pertanian yang mengandung Mg dikenal sebagai dolomit. Kapur pertanian tanpa Mg biasanya digunakan hanya untuk meningkatkan reaksi tanah dari sangat masam menjadi agak masam agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Sedangkan dolomit digunakan pada tanah-tanah masam dan juga mengalami kekurangan Mg, sehingga selain menurunkan kemasam juga mampu menambah hara Mg. Sebagai salah satu contoh untuk tanah-tanah Ultisol yang bersifat masam, agar memperoleh hasil yang lebih baik sebaiknya ditambahkan dolomit. Dosis dolomit untuk setiap hektar lahan pertanian berkisar dari 0,5 ton sampai 2,0 ton atau lebih, tergantung peningkatan pH yang diinginkan.

Makin tinggi peningkatan pH makin banyak dolomit yang dibutuhkan. Penggunaan kapur dalam jangka panjang memiliki pengaruh yang kurang menguntungkan bagi keseimbangan hara dalam tanah. Sebagai contoh, ketersediaan kalium sangat dipengaruhi oleh nisbah K/(Ca+Mg) dalam tanah. Penggunaan kapur juga akan mengurangi ketersediaan unsur mikro, terutama bila diberikan dalam jumlah yang berlebih. Kapur juga menyebabkan kadar bahan organik tanah merosot dengan cepat karena aktivitas mikroorganisme perombak menjadi lebih aktif. Oleh karenanya penggunaan kapur terus-menerus harus dihindari untuk menjaga kualitas tanah tetap baik. Sumber bahan amelioran insitu yang mampu menekan dampak buruk kemasaman tanah seperti bahan organik, cukup tersedia di lapang. Namun demikian efisiensi dan efektivitasnya perlu ditingkatkan melalui proses fermentasi dan pengayaan, sehingga tidak bulky, dan lebih mudah diaplikasikan.

3. Feses
Kandungan unsur hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman antara lain unsur nitrogen (N), fosfos (P) dan kalium (K). Ketiga unsur inilah yang paing banyak dibutuhkan oleh tanaman. Ketiga jenis unsur hara ini sangat penting diberikan karena masingmasing memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. 

Unsur nitrogen (N) terutama berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang dan daun. Pembentukan hijau daun juga berkaitan erat dengan unsur nitrogen. Selain itu, unsur ini cukup berpengaruh dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

Unsur fosfor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Beberapa jenis protein tertentu memerlukan ansur fosfor sebagai bahan mentahnya. Fosfor juga berfungsi untuk membantu asimilasi dan pernafasan, sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah.

Satu lagi unsur yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah cukup banyak yaitu unsur kalium (K). Kegunaan utamanya adalah untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Pemberian unsur ini akan memperkuat tanaman sehingga dau, bunga dan buah tidak mudah gugur. Seali itu, kalium juga membuat tanaman tahan terhadap kekeringan dan penyakit.

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk non organik (kimia) dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos. Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani/peternak juga memiliki kandungan nitrogen dan potasium, di samping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos.

4. EM4
Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak atau bakteri inokulan berupa Effectice Microrganisme (EM4), orgadec dan stardec). Mikroogranisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon (C) dan Nitogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos.
EM4 untuk pertanian
EM4 untuk pertanian
EM-4 adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen. EM-4 diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan. EM- 4 juga dapat digunakan untuk mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan.

Keuntungan penggunaan EM4
  • Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
  • Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
  • Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.
  • Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan kompos.
  • Memperbaiki komposisi dan jumlah mikroorganisme pada perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi ternak meningkat.
5. ABU
Sumber mineral

D. Tahap dan Faktor Pengomposan

Tahap pengomposan:
Tahap Pengomposan
Tahap Pengomposan

1. Tahap Mesofil. Terjadi setelah 6-12 jam. Kompos memiliki suhu yang hampir sama dengan suhu lingkungan 30-40 0C. Terjadi sedikit penurunan pH akibat adanya produksi asam organik sederhana. Mikrobia yang berperan aktif adalah mikrobia Mesofilik yang tumbuh optimal suhu 20- 40°C (35°C).

2. Tahap Thermofil. Ditandai dengan peningkatan suhu kompos pada kisaran 50-70°C sehingga populasi mikrobia mesofil menurun. Pada tahap ini, terjadi degradasi bahan organik bermolekul besar atau senyawa kompleks menghasilkan asam-asam organik, NH3, CO2, H20, dan gas-gas lain. Tahapan ini sangat penting karena dihasilkan panas yang cukup tinggi untuk membunuh orgaisme pathogen dan biji gulma. Degradasi bahan organik didominasi oleh mikroorganisme bersifat thermofil. Nilai pH meningkat lebih dari 7 dan mencapai kisaran 8-9 karena terjadi deaminasi protein menghasilkan amoniak yang bersifat basa. Suhu thermofil akan bertahan sampai beberapa hari (8-12 hari) tergantung dari perbandingan C dan N serta laju dekomposisi karbon. Apabila substrat yang didegradasi oleh mikrobia thermofil jumlahnya tinggal sedikit maka kehilangan panas akan melebihi produksi panas metabolik sehingga terjadi penurunan suhu. Mikrobia thermofil banyak yang mati dan digantikan oleh mikrobia mesofil terutama fungi dan aktinomisetes. Perlu dicermati bahwa fungi adalah tipe organisme yg dapat mengurai material kayu (lignin, dll) secara efisien, tetapi fungi tidak tahan suhu panas (diatas 60°C mati).

3. Tahap Pemasakan. Biasanya terjadi pada hari ke 15-30. Suhu turun hingga dibawah 40°C. Merupakan tahap degradasi bahan beracun/Fitotoksin yang berbahaya bagi tanaman. Kandungan ammonia dan asam lemak yang terlalu tinggi justru dapat menyebabkan gangguan pada tanaman sehingga kompos harus benar-benar matang. Pada fase pemasakan terjadi proses Humifikasi yaitu transformasi senyawa organik kompleks (ex: sellulosa, hemisellulosa) menjadi humus. Pada fase ini bakteri nitrifikasi mulai berperan, terjadi reaksi Nitrifikasi pada ammonia menjadi Nitrit (NO2-) dan Nitrat (NO3). Suhu pada minggu terakhir pengomposan ini berkisar antara 30 – 40 0C dan terjadi penurunan kadar air hingga mencapai 50%.

4. Tahap Pendinginan. Terjadi pada suhu dibawah 40°C yang menyebabkan aktivitas organisme mesofil mulai kembali. Bakteri Nitrifikasi yang terhambat pada suhu tinggi akan berkembang dan mengubah amoniak menjadi nitrat sehingga menyebabkan pH kompos kembali turun mendekati pH netral.

Faktor pengomposan :
Faktor pengomposan
Faktor pengomposan
1. Kadar air 
Kadar air yang optimum sekitar 60% dengan kisaran (40-60%). Kadar air 60% akan memberikan suplai air dan oksigen yang cukup bagi kehidupan mikroorganisme serta membantu berlangsungnya reaksi biokimia. Kelebihan air akan mengganggu suplai oksigen dan menjadikan struktur bahan kompos tidak porous sehingga suasananya menjadi anaerob, maka akan timbul bau busuk dan emisi gas berbahaya seperti NH3, merkaptan, metan, dll. Kadar air yang terlalu tinggi juga mengakibatkan panas yang dihasilkan selama proses pengomposan akan rendah (<600C). Kadar air yang terlalu rendah dapat menyebabkan aktivitas mikroorganisme pada awal pengomposan akan terhambat sehingga proses pengomposan akan berlangsung lama. 

2. Aerasi 
Aerasi pengomposan biasanya dilakukan dengn membalik kompos. Aerasi merupakan suatu cara untuk memasukkan oksigen kedalam proses pengomposan sehingga membantu tercapainya kondisi yang aerob. Terjadinya kondisi yang anaerob akibat aerasi yang tidak baik dapat menyebabkan proses pengomposan berjalan lambat, timbulnya bau tak sedap, nutrient essensial dan produk antara hasil dekomposisi akan tercuci hilang.

3. C/N ratio
Unsur karbon berperan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sedangkan nitrogen berguna untuk memelihara dan membangn sel tubuhnya. C/N ratio yang tinggi akan memperlambat pengomposan karena mikrobia kekurangan sumber N. C/N yang terlalu tinggi tidak dapat diserap oleh tanaman, sehingga perlu diturunkan dengan pengomposan. Perbandingan C/N untuk pengomposan adalah sekitar 20-30. Jika diatas 30, pengomposan akan berlangsung lebih lama. Limbah ternak (feses) umumnya mempunyai C/N sekitar 15, jadi perlu ditambahkan sumber karbon seperti jerami agar C/N nya ideal. Perbandingan C/N yang rendah akan diproduksi NH3 yang tinggi sehingga hanya akan hilang ke udara, sebaliknya pada C/N yang tinggi mikrobia tidak dapat hidup subur karena kekurangan N. Populasi mikrobia yang rendah menyebabkan lamanya tahap laten dan mesofil, demikian juga kalau substrat yang terlarut jumlahnya kecil. 

4. Suhu pengomposan 
Suhu optimum pengomposan berkisar antara 35-70°C. Pada awal proses pengomposan suhu meningkat secara perlahan sedangkan pH turun 5-6. Suhu merupakan cerminan dari aktivitas mikroorganisme di dalam tumpukan. Semakin cepat dan tinggi naiknya suhu, berarti aktivitas mikroorganisme juga semakin tinggi (sesuai tahap pengomposan).

5. pH
pH turun maka suhu akan meningkat dengan cepat. Suhu yang tinggi akan mempercepat laju dekomposisi bahan organik dan menginaktifkan mikroorganisme pathogen. 

6. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang kecil akan memperlancar distribusi aliran udara dan pembasahan seluruh komponen penyusun material kompos. Selain itu ukuran partikel yang kecil akan meningkatkan luas permukaan dan memberikan kesempatan yang lebih besar pada enzim ekstraseluler untuk berkontak dan mendegradasi substrat

Mikroorganisme pengomposan
1. Bakteri yaitu Nonactinomicetes (Alkaligenes fecalis, Bacillus coagulan type A dan B, Bacillus megaterium, E.coli, Clostridium thermocellum, Clostridium sp, Basillussubtilis) dan Actinomicetes (Microbiospora bispora, Microbiospora faeni, Steptomyces thermofuscus, Steptomyces sp, Nocardia sp, Steptomyces rectus, Steptomyces thermofulgaris).

2. Fungi (Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, Hipomycetes dan Miseliasterilia). 

3. Virus golongan virus Enteromycetes. 

Kesempurnaan pengomposan 
Ditandai dengan bentuk kompos masak yang memiliki warna coklat kehitaman, suhu turun secara alami sampai 30°C, bau kotoran ternak hilang, tekstur remah dan kadar air 50%, bahan penyusun lembut, kondisi lembab baik, bau seperti tanah, pH dan C/N sesuai SNI.
SNI KOMPOS
SNI KOMPOS

STANDAR KOMPOS PERMENTAN
STANDAR KOMPOS PERMENTAN

E. Manfaat Pupuk Kompos

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :

Aspek Ekonomi :
  1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
  2. Mengurangi volume/ukuran limbah
  3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
  1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
  2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman :
  1. Meningkatkan kesuburan tanah
  2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
  3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
  4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
  5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
  6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
  7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
  8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah 

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Pupuk Kompos : Pengertian, Unsur, Tahapan, Faktor dan Manfaat Kompos

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment