materi kuliah biologi, biologi kesehatan, biologi sel, karakteristik mahluk hidup, klasifikasi mahluk hidup, plantae, animalia dan kerugian dan keuntungan biologi bagi kehidupan, manfaat, obat tradisional, herbal dan khasiat tanaman

Vaksin : Sejarah, Pengertian, Jenis-jenis dan Proses Pembuatan Vaksin

Mikroorganisme atau zat asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh karena kemampuannya menyimpan memori. Sistem kekebalan tubuh spesifik diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Sistem kekebalan tubuh spesifik ini tidak mengenali struktur utuh darimikroorganisme melainkan hanya sebagian protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh. Protein yang sebagian ini disebut antigen. Adanya antigen iniakan menyebabakan sel T dan B memproduksi antibody untuk melawan antigen yangmasuk ke dalam tubuh manusia. Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi antibody yang terbentuk dan memori pertahanan tunuh semakin banyak mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal. Akan tetapi antibodi dalam tubuh manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu diperlukan suatu paparan antigen dari luar yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk memacu kekebalan tubuh tersebut aktif. (Cahyono, Subarjo.2010)

Pada materi ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang;
1. Bagaimana sejarah vaksinasi?
2. Apa pengertian dari vaksin?
3. Apa tujuan dari imunisasi?
4. Apa saja manfaat dari imunisasi?
5. Apa saja bahan-bahan pembuatan vaksin?
6. Bagaimana proses pembuatan vaksin?
7. Sebutkan jenis-jenis vaksinasi?
8. Sebutkan jenis-jenis vaksin yang sering digunakan?
9. Bagaimana pemberian vaksin?
10. Berapa usia pemberian vaksin pada anak?
11. Apa saja efek samping vaksinasi?
12. Sebutkan jangka waktu vaksinasi?

A. Sejarah vaksinasi
Orang yang pertama kali mengidap penyakit cacar mencoba mencegah dengan inokulasi diri dan dengan jenis infeksi lain. Pada tahun 1718 Lady Mary Wortley Montagu melaporkan bahwa Turki memiliki tradisi sengaja inokulasi diridengan cairan yang diambil dari kasus-kasus ringan cacar, dan bahwa ia telah menginokulasi anak-anaknya sendiri. Sebelum 1796 ketika dokter Edward Jenner dari Inggris menguji adanya kemungkinan menggunakan vaksin cacar sapi sebagai imunisasi untuk cacar pada manusia untuk pertama kalinya. Sedikitnya enam orang telah melakukan hal tersebut dan beberapa tahun yang sama sebelumnya yaitu seseorang yang identitasnya tidak diketahui dari Inggris (sekitar 1771), Ibu Sevel dari Jerman (sekitar1772), Mr Jensen dari Jerman (sekitar 1770), Benyamin Jesty dari Inggris pada tahun 1774, Rendall Ibu dari Inggris (sekitar 1782), dan Peter Plett dari Jerman tahun 1791.
Sejarah vaksinasi
Sejarah vaksinasi
Kata Vaksinasi pertama kali digunakan oleh Edward Jenner pada tahun 1796.Louis Pasteur furthered dengan konsep yang melalui kepeloporannya dalam mikrobiologi. Vaksinasi (Latin: Vacca-sapi) ini dinamakan demikian karenavaksin pertama berasal dari virus yang mempengaruhi sapi (cacar sapi) yang relatif jinak terhadap virus yang menyediakan tingkat kekebalan terhadap cacar, penyakit menulardan mematikan. Dalam pengucapan umum yaitu vaksinasi dan imunisasi pada umumnya memiliki makna sehari-hari yang sama. Hal ini membedakannya dari inokulasi, yang menggunakan patogen hidup unweakened, walaupun dalam pemakaian umum baik digunakan untuk merujuk kepada sebuah imunisasi. Kata vaksinasi pada awalnya digunakan khusus untuk menggambarkan suntikan vaksin cacar. Upaya Vaksinasi dari dulu telah menuai kontroversi pada bidang ilmiah, etika,keamanan politik, medis, agama, dan alasan lainnya. Dalam kasus yang jarang, vaksinasi dapat melukai orang dan di Amerika Serikat mereka dapat menerima kompensasi bagi mereka yang cedera di bawah Program Kompensasi Cedera Vaksin Nasional.

B. Pengertian Vaksin 
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal, resisten. Imunisasi berarti anak diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tetapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Soekidjo, 2003)

Imunisasi adalah upaya memberikan bahan untuk merangsang produksi daya tahan tubuh. Sebagai akibat selanjutnya orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit yang disebabkan kuman tersebut. Bahan tersebut pada dasarnya merupakan ancaman buatan bagi tubuh (Achmadi, 2006)

Imunisasi disebutjuga vaksinasi atau inokulasi. Imunisasimemberikan perlindungan terhadap sejumlah penyakit berbahaya. Ketika diimunisasi, diberikan vaksin yang dibuat dari sejumlah kecil bakteri atau virus penyebab penyakit tersebut. Vaksin ini akan merangsang tubuh membuat antibodi terhadap penyakit yang dimaksud. (Thompson, 2003)
Pengertian Vaksin
Vaksin
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan terhadap penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin misalnya suspensi mikroorganisme dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau turunan dari mikroorganisme. Metode yang paling umum dari pemberian vaksin adalah melalui suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui mulut atau semprot hidung. Menurut WHO, vaksinasi merupakan imunisasi aktif adalah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat menimbulkan limfosit yang peka, antibodi maupun sel memori.

C. Tujuan Imunisasi atau Vaksinasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu padaseseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

Secara umun tujuan imunisasi adalah :
  • Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
  • Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
  • Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita.
D. Manfaat Vaksinasi

Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :

1. Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari serangan penyakit tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan atau bahkan cacat permanen.

2. Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa pertumbuhannya dengan amandan ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.

3. Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi diharapkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan lebih meningkat dan citra negara di mata dunia menjadi lebih baik.

E. Bahan-bahan Pembuatan Vaksin
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam untuk mendorong antibodi. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan pada vaksin DPT dan Hepatitis B.

2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.

3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.

4. Formaldehida atau Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai bahan pembalseman.

5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.

6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.

7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.

8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.

9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan pada Vaksin Polio.

10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.

Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan lain seperti :

1. Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan sistem pernafasan.

2. Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

3. Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol. Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap sebagai protein asing beracun.

F. Proses Pembuatan Vaksin
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala produksi.
Proses Pembuatan Vaksin
Proses Pembuatan Vaksin

1. Pengumpulan Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya.

2. Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam “pabrik sel” sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang biak.

Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.

Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap.

Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan dalam media kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40 atau 50 tahun yang lalu yaitu menggunakan botol untuk menyimpan campuran, dan pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di permukaan media. Peneliti kemudian menemukan bahwa jika botol itu berubah posisi saat virus tumbuh, virus bisa tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh pada semua permukaan dalam botol.

Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin.Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan dan pertumbuhan sel.

Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-manik,” partikel mikroskopis dimana virus dapat menempelkan diri.Penggunaan “manik-manik” memberi virus daerah yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

3. Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini disentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain sehingga dapat memisahkan manik-manik dari virus.

4. Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru biasanya berupa virus yang dilemahkan.Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.

Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan untuk vaksin ‘attenuated’. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin. Beberapa virus yang “tepat” mencapai tingkat atenuasi yang membuat mereka dapat diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak mengalami perubahan dalam kekuatannya.Teknologi molekuler terbaru telah memungkinkan atenuasi virus hidup dengan memanipulasi molekul, tetapi metode ini masih langka.

Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh.Vaksin yang berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.

5. Pengontrolan Kualitas
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan mengemas vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua transfer virus dan media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi dalam autoklaf (mesin yang membunuh organisme dengan suhu tinggi, dan yang berukuran sekecil kotak perhiasan atau sebesar lift) sebelum dan sesudah digunakan. Pekerja yang melakukan prosedur memakai pakaian pelindung yang meliputi Gaun Tyvek sekali pakai, sarung tangan, sepatu bot, jaring rambut, dan masker wajah.Ruangan pabrik sendiri memakai AC yang khusus sehingga jumlah partikel di udara minimal.

6. Proses Perizinan
Dalam rangka untuk peresepan obat untuk dijual di Amerika Serikat, produsen obat harus memenuhi persyaratan lisensi yang ketat yang ditetapkan oleh hukum dan diberlakukan oleh Food and Drug Administration (FDA).Semua obat yang diresepkan harus menjalani tiga tahap pengujian, meskipun data dari fase kedua kadang-kadang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tahap ketiga. Tahap tersebu antara lain

a. Tahap 1 yaitu pengujian harus membuktikan bahwa obat aman, atau setidaknya tidak ada efek yang tidak diinginkan atau tak terduga akan terjadi dari pemberiannya.

b. Tahap 2 yaitu harus diuji efektivitasnya (obat harus memiliki efek apa yang seharusnya). Obat-obatan yang tidak berguna tidak dapat dijual, atau yang membuat klaim untuk efek yang sebenarnya tidak dimiliki.

c. Tahap 3 adalah pengujian ini dirancang untuk mengukur efektivitas obat. Meskipun vaksin diharapkan memiliki efektivitas hampir 100%, obat-obat tertentu mungkin dapat diterima bahkan jika mereka mempunyai efektivitas yang minimal, asalkan dokter yang meresepkan mengetahuinya.

Seluruh proses produksi ditelaah dengan hati-hati oleh FDA dengan mempelajari catatan prosedur serta mengunjungi tempat produksi itu sendiri. Setiap langkah dalam proses produksi harus didokumentasikan, dan produsen harus menunjukkan suatu “kontrol yang tetap” untuk proses produksi. Ini berarti bahwa prosedur yang diteliti harus terjaga untuk setiap langkah dalam proses, dan harus ada instruksi tertulis untuk setiap langkah dari proses. Kecuali dalam kasus-kasus kesalahan yang memilukan, FDA tidak menentukan apakah setiap langkah dalam proses benar, tetapi hanya menentukan apakah aman dan cukup terdokumentasi dengan baik untuk dilakukan, seperti yang ditetapkan oleh produsen.

7. Masa Depan Vaksin
Memproduksi vaksin antivirus yang aman dan dapat dimanfaatkan melibatkan sejumlah besar langkah yang tidak selalu dapat dilakukan pada setiap virus.Masih banyak yang harus dilakukan dan dipelajari.Metode baru dari manipulasi molekul telah menyebabkan lebih dari satu ilmuwan meyakini bahwa teknologi vaksin baru sekarang memasuki “zaman keemasan.” Perbaikan vaksin sangat mungkin dilakukan di masa depan. Vaksin Rabies, misalnya, menghasilkan efek samping yang membuat vaksin tidak memuaskan untuk imunisasi masal. Di Amerika Serikat, vaksin rabies sekarang digunakan hanya pada pasien yang telah tertular virus dari hewan yang terinfeksi dan mungkin bila tanpa imunisasi, menjadi penyakit yang fatal.

Virus HIV, saat ini tidak bisa dibuat dengan metode produksi vaksin tradisional. Virus AIDS cepat bermutasi dari satu strain ke yang lain, dan setiap strain tampaknya tidak memberikan kekebalan terhadap jenis lain. Selain itu, kendalanya, efek imunisasi baik virus yang dilemahkan atau virus yang dibunuh tidak dapat diperlihatkan baik di laboratorium ataupun pada hewan uji. Vaksin HIV belum berhasil dibuat.

G. Jenis-jenis Vaksinasi

1. Live Attenuated Vaccine
Live Attenuated Vaccine
Live Attenuated Vaccine

Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :

a. Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen.

b. Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda.

c. Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu pemberiannya tidak tepat

d. Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik.

e. Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah.

f. Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai 95%.

g. Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan dosisasli dan berperan sebagai imunisasi ulangan.

Contoh: Vaksin Polio (Sabin), Vaksin MMR, Vaksin TBC, Vaksin Demam Tifoid, Vaksin Campak, Vaksin Gondongan, dan Vaksin Cacar Air (Varicella).

2. Inactivated Vaccine(Killed Vaccine)
Inactivated Vaccine(Killed Vaccine)
Inactivated Vaccine(Killed Vaccine)

Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau sebagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :

a. Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam bentuk antigen.

b. Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler.

c. Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu dan menyiapkan sistem imun, respon imunprotektif baru-barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga.

d. Tidak dipengaruhi oleh circulating antibod.

e. Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik.

f. Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah.

Contoh : Vaksin Rabies, Vaksin Influenza, Vaksin Polio (Salk), Vaksin Pneumonia Pneumokokal, Vaksin Kolera, Vaksin Pertusis, dan Vaksin Demam Tifoid.

3. Vaksin Toksoid
Vaksin Toksoid
Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif selamasatu tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus.

4. Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.

5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misalnya hepatitis B) memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.

7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya.

Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat. Sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

8. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.

9. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin.

Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia.

Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik.

Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:
a. Meningitis (Radang selaput otak).
b. Bakteremia (infeksi dalam darah).
c. Pneumonia (infeksi Paru-paru).
d. Otitis Media (infeksi Telinga).

Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak, ketulian, dan kematian.

10. Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
Human Papilloma Virus secara umum menginfeksi lapisan kulit yaitu pada keratinosit dan membran mukosa. Sebagian besar virus jenis ini (ada lebih dari 200 virus) tidak menimbulkan gejala, tetapi sebagian akan dapat menimbulkan gejala berupa kutil. Kutil ini dapat muncul dimana saja. Virus ini juga telah terbukti memiliki hubungan dengan munculnya kanker cervix, vulva, vagina, dan anus pada wanita dan sebagian lain kanker pada anus dan penis laki-laki.

11. Vaksin Varicella (Cacar Air)
Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang sering dialami pada masa kanak-kanak. Penyakit ini cukup ringan, tapi bisa berakibat serius, terutama bagi bayi dan orang dewasa.
Vaksin Varicella (Cacar Air)
Vaksin Varicella (Cacar Air)
a. Cacar air bisa menyebabkan ruam, rasa gatal, demam, dan rasa lelah.
b. Bisa menyebabkan infeksi kulit yang berat, meninggalkan bekas luka, pneumonia, kerusakan pada otak atau kematian. 
c. Virus cacar air bisa tersebar melalui udara, atau melalui kontak dengan cairan pada lepuhan (pada kulit) yang disebabkan oleh cacar air tersebut.
d. Seseorang yang telah menderita penyakit cacar air bisa mengalami ruam yang menyebabkan rasa nyeri beberapa tahun setelah terkena cacar air. Sebelum vaksin cacar air ini ada, sekitar 11.000 orang di Amerika Serikat dirawat di rumah sakit akibat penyakit ini.

Vaksin cacar air ini dapat mencegah penyakit cacar air. Kebanyakan dari orang yang telah mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena penyakit ini. Walaupun mereka terkena cacar air, biasanya reaksi yang ditimbulkan cukup ringan.Mereka hanya memiliki sedikit lepuh atau gelembung cacar air di tubuh, dan sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami demam. Waktu pemulihannya juga relatif cepat.

12. RotaTeq dan Rotarix Vaksin
Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi saluran pencernaan) pada anak, yang ditandai dengan muntah, diare, demam, dan nyeri perut. Pada bayi dan anak kecil, infeksi rotavirus dapat menyebabkan diare dan muntah berat sehingga anak menjadi kehilangan banyak cairan (dehidrasi).Infeksi rotavirus dapat dicegah salah satunya dengan imunisasi rotavirus. Saat ini tersedia dua jenis vaksin rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.

Gejala infeksi rotavirus berupa demam, muntah, diare, dan atau nyeri perut.Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 – 8 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian.

Pencegahan dari rotavirus dapat menular dengan mudah. Untuk mencegah infeksinya dapat dilakukan dengan cara rajin cuci tangan dan menjaga kebersihan sangat penting, namun tidak cukup untuk mencegah penularan infeksi rotavirus. Selain itu juga dapat diberikan vaksin rotavirus dapat mencegah gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi rotavirus. Vaksin rotavirus dapat mencegah hingga kira-kira 75% kasus infeksi rotavirus dan 98% kasus infeksi berat. Saat ini tersedia dua jenis vaksin rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.

Selain itu anak yang sudah imunisasi rotavirus masih dapat terkena infeksi rotavirus (gastroenteritis) karena rotavirus terdiri dari banyak strain, tidak semua strain rotavirus terdapat dalam vaksin, dan vaksin tidak memberikan efek perlindungan (imunitas yang penuh).

a. Rotarix
Rotarix adalah vaksin yang melindungi bayi anda dari virus (rotavirus) yang dapat menyebabkan diare dan muntah berat.Rotavirus dapat menyebabkan diare dan muntah berat sehingga bayi anda dapat kehilangan banyak cairan sehingga anak harus segera dibawa ke rumah sakit.Vaksin Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui mulut (vaksin oral), bukan suntikan.

Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui tetesan pada mulut bayi dan ditelan oleh bayi. Bayi anda akan mendapatkan dosis pertama pada usia 6 minggu. Dosis kedua diberikan setidaknya 4 minggu setelah dosis pertama, sebelum usianya 6 bulan.Rotarix dapat diberikan bersama dengan imunisasi suntik lainnya.Bayi anda dapat langsung menyusui setelah mendapatkan Rotarix.

b. Rotateq
Rotateq adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi rotavirus pada anak-anak.Infeksi rotavirus dapat menyebaban demam, muntah dan diare, yang penyakit tersebut dapat berat dan menyebabkan anak kehilangan banyak cairan (dehidrasi), memerlukan perawatan di rumah sakit, dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada beberapa anak.

13. Vaksin Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A suatu virus RNA yang ditularkan melalui rute fecal-oral terutama karena sanitasi yang buruk. Dapat menular lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi virus atau dari droplet ludah manusia yang mengandung virus.Penyakit ini sebenarnya dapat sembuh sendiri tetapi pada pasien dengan gejala yang berat dapat muncul kuning di seluruh tubuh maupun di mata, mual, muntah-muntah dan demam.Vaksinasi dapat mencegah penyakit ini.

H. Jenis-jenis Vaksin yang Sering Digunakan
Vaksin yang sering digunakan dalam program imunaisasi wajib atau yang dianjurkan dibagi atas 4 golongan vaksin diantaranya yaitu:

  1. Vaksin Hidup (Live Attenuated).
  2. Vaksin yang tidak aktif ((Inactivated).
  3. Vaksin Toksoid.
  4. Vaksin Rekombinan.
Vaksin Hidup berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat dilaboratorium dengan memodifikasikan kuman penyebab penyakit. Kuman yang dilemahkan tersebut masih bisa berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan kekebalan tapi tidak membuat sakit seseorang. Contoh vaksin yang berisi virus hidup adalah Vaksin Polio dan MMR. Vaksin yang berisi virus hidup contohnya Vaksin BCG, Vaksin Campak, dan Vaksin Tifoid Oral (vivotif).

Vaksin yang tidak aktif (inactivated): berisikan virus atau bakteri yang dibuat tidak aktif, dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen kuman. Contoh vaksin yang mengandung virus mati adalah Vaksin Influenza, Vaksin Rabies, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Hepatitis B.

Sedangkan vaksin yang mengandung bakteri mati adalah Vaksin Pertusis (batuk rejan), Vaksin HiB, Vaksin Kolera, dan Vaksin Meningokokus.

Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang dilemahkan, contohnya adalah Vaksin untuk Tetanus dan Difteri.

Kemajuan iptek kedokteran memungkinkan vaksin dari hasil rekayasa genetika yang dikenal sebagai vaksin rekombinan seperti :Vaksin Hepatitis B, Vaksin Tifoid danVaksin Rotavirus. Selain pembagian golongan berdasarkan isi vaksin tadi, vaksin yang ada juga bisa dibagi atasvaksintunggal dan vaksin kombinasi. Vaksin tunggal berisi hanya 1 antigen atau kuman yang dilemahkan, misalnya vaksin hepatitis B, vaksin campak dan sebagainya. Sementara Vaksin kombinasi (combo vaccine) berisi beberapa antigen atau kuman yang dilemahkan, misalnya DPT yang dapat mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus. Bahkan belakangan ada kecenderungan untuk membuat vaksin kombinasi yang lebih banyak sampai 4 atau 5 antigen/kuman sehingga dengan 1 kali pemberian vaksin dapat mencegah 4 atau 5 penyakit sekaligus. Contoh vaksin kombinasi seperti ini : vaksin DPT digabung dengan hepatitis B atau HiB. Di Puskesmas sudah dikenalkan vaksin kombo yaitu vaksin DPT yang digabung dengan hepatitis B.

I. Pemberian Vaksin
Menurut beberapa penelitian ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah cukup untuk meningkatkan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali baru bisa memberikan perlindungan yang memadai. Pada anak dibawah satu tahun akan sering mendapat imunisasi hampir tiap bulannya, diantara vaksin tersebut ada yang diberikan 1 kali seperti, hepatitis B, DPT dan Polio. Hal ini karena untuk penyakit tersebut, Berdasarkan vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak cukup, antibodi yang terbentuk untuk memberikan perlindungan.

Imunisasi pada anak usia kurang dari 1 tahun merupakan imunisasi dasar, jadi harus lengkap terpenuhi.Bahkan pada imunisasi DPT, masih memerlukan tambahan atau booster (penguat) pada usia diatas 1 tahun, usia 6 tahun dan usia sekitar 12 tahun. Dasarnya adalah penelitian para ahli yang mendapatkan kadar antibodi mulai berkurang pada usia-usia tersebut.

Memang cukup ‘merepotkan’ bagi ibu-ibu muda yang mempunyai bayi, karena harus siap berulangkali membawa si kecil kedokter, BKIA atau Posyandu. Pada saat sekarang dan kedepan, kerepotan itu nampaknya akan berkurang dengan adanya vaksin kombinasi (Vaksin Kombo, Combined Vaccine) karena sekali suntik dapat untuk pencegahan 4 sampai 5 penyakit. Mengenai jadwal vaksin yang tidak sama dapat dijelaskan sebagai berikut : pada vaksin seperti : hepatitis B dan Polio diberikan sejak usia kurang dari 1 bulan, dikarenakan untuk vaksin tersebut bayi sudah mampu membentuk antibodi nya. Tapi ada vaksin yang baru dapat menghasilkan antibodi yang cukup setelah usia yang lebih tua. Selain itu pertimbangan masih adanya antibodi dari ibu sudah mulai berkurang. Hal lain dengan mempertimbangkan angka kejadian penyakit tersering pada kelompok umur anak. Anak usia diatas 2 tahun sudah mengenal jajan dan beresiko tinggi terkena dema tifoid (tifus), maka pemberian vaksin tifoid mulai diberikan setelah usia anak 2 tahun.

J. Usia Pemberian Vaksin Pada Anak
Berikut ini adalah macam-macam vaksin yang direkomendasikan untuk diberikan menurut Center of Disease Prevention and Control US. Ada beberapa vaksin yang belum populer diberikan di Indonesia, namun akan lebih baik juga jika diberikan, seperti vaksin rotavirus dan human papiloma virus. Beberapa vaksin tertentu perlu diberikan beberapa kali untuk meningkatkan efektivitas perlindungannya.

Usia Pemberian Vaksin
Usia Pemberian Vaksin
1. Vaksin Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis
a. Pemberian pertama pada saat lahir sampai 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 1 sampai 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan.

2. Vaksin Hib untuk mencegah infeksi virus hemophilus influenza tipe B
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 12 sampai 15 bulan.

3. Vaksin polio untuk mencegah polio
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan.
d. Pemberian keempat pada 4-6 tahun.

4. Vaksin DPT untuk mencegah diphteri, pertusis (batuk rejan) dan tetanus
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 15 sampai 18 bulan.
e. Pemberian kelima pada 4-6 tahun.
f. Dianjurkan juga pada 11 tahun

5. Vaksin pneumokokus untuk mencegah infeksi saluran nafas karena bakteri (pneumonia)
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 12 sampai 18 bulan.

6. Vaksin rotavirus untuk mencegah infeksi saluran cerna seperti diare yang sering terjadi pada anak-anak
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.

7. Vaksin hepatitis A
a. Pemberian pertama pada 12 bulan.
b. Pemberian kedua pada 18 bulan.

8. Vaksin Influenza
a. Pemberian pertama pada usia 6 bulan (memerlukan satu bulan booster setelah vaksin awal).
b. Setiap tahun sampai 5 tahun (kemudian tahunan jika ditunjukkan atau diinginkan, menuru resiko).

9. Vaksin MMR (measles, mumps and rubella) untuk mencegah sakit campak dan campak jerman
a. Pemberian pertama pada 12 sampai 15 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4-6 tahun.

10. Vaksin varicella untuk mencegah cacar air
a. Pemberian pertama 12 sampai 15 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4-6 tahun.

11. Vaksin meningokokus untuk mencegah infeksi meningitis
a. Pemberian tunggal pada 11 tahun.

12. Vaksin Virus Human Papilloma (untuk remaja perempuan saja) untuk mencegah kanker serviks
a. Pemberian pertama pada 11 tahun.
b. Pemberian kedua dua bulan setelah pemberian pertama.
c. Pemberian ketiga enam bulan setelah pemberian pertama.

K. Efek Samping dari Vaksinasi
Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari resiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. Resiko komplikasi serius dari vaksin selalu jauh lebih rendah daripada risiko jika anak Anda jatuh sakit dengan salah satu penyakit.

Vaksin terhadap Difteri, Tetanus, Batuk rejan, Polio dan Hib dapat menyebabkan area merah dan bengkak di tempat vaksinasi. Hal ini akan hilang dalam beberapa hari. Anak Anda mungkin mendapatkan demam pada hari suntikan dan hingga 10 hari kemudian.

Efek samping yang paling sering terkait dengan Vaksin Pneumokokus adalah reaksi di tempat suntikan seperti rasa sakit, nyeri, kemerahan atau bengkak, demam dan lekas marah. Anak Anda mungkin juga mengantuk.

Vaksin MMR dapat menyebabkan reaksi singkat yang dapat dimulai dari beberapa hari sampai tiga minggu setelah vaksinasi. Anak Anda mungkin mendapatkan gejala-gejala ringan seperti penyakit yang sedang divaksinasi, misalnya dingin, reaksi kulit, demam atau kelenjar ludah membengkak. Penelitian intensif selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis belum terbukti.

Vaksin Meningitis C mungkin mempunyai efek sebagai berikut:

a. Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan. 

b. Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan. Sekitar satu dari empat anak mungkin telah terganggu tidur. 

c. Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa bengkak di tempat suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan dalam beberapa hari vaksinasi.

d. Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan. Sekitar 1 dari 100 mungkin mengalami sakit pada lengan yang diinjeksi, yang bisa berlangsung satu atau dua hari.

Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah rasa sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.

Efek samping umum lainnya antara lain adalah: sakit kepala, sakit otot atau sendi, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam, pusing, iritasi kulit, seperti gatal dan ruam, gangguan usus, seperti mual dan muntah, diare, sakit perut.

L. Jangka Waktu Vaksinasi

  1. Difteri dan Tetanus : setidaknya selama 10 tahun, atau mungkin lebih lama.
  2. Batuk Rejan : setidaknya selama tiga tahun. Namun, ini masih sedang dipelajari.
  3. Meningitis : perlindungan jangka panjang.
  4. Polio : perlindungan seumur hidup.
  5. Campak, mumps dan rubella (campak Jerman) : menawarkan perlindungan yang tahan lama yang sangat mungkin seumur hidup.
  6. Meningitis C : menawarkan perlindungan yang tahan lama yang sangat mungkin seumur hidup.g. Kanker Serviks : studi menunjukkan bahwa perlindungan berlangsung setidaknya selama lima tahun. Penelitian lebih lanjut sedang berlangsung untuk membuktikan apakah boosterakan dibutuhkan.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Vaksin : Sejarah, Pengertian, Jenis-jenis dan Proses Pembuatan Vaksin

1 komentar:

  1. I AM SO VERY HAPPY TODAY!!! That is why am giving this big thanks to Dr. sikama for curing me from HERPES. I have been suffering from HERPES for the past six (6)years and i tried everything possible to get myself cured but i could’nt get any solution! until i decided to try herbal cure. That was how i got in contact with this great herbal doctor in an online research, i contacted him and demand for the cure and he send me the cure through UPS and gave me instructions on how to use it and after one week of taking the herbal medicine of Dr sikama i went to the hospital for check and to God be the glory i tested HERPES negative, (I am so glad to see myself HERPES negative once again). I’m very proud to express my happiness through this platform and to say a big thanks to Dr. sikama for restoring my life back to normal. You can as well contact Dr. sikama via email: drsikama@gmail.com or you can call and WhAtsapp him on +2348130725051 if you are infected with HERPES virus or having any health problems you can contact Dr. sikama and he will help you. DOCTOR SIKAMA CAN AS WELL CURE THE FOLLOWING DISEASE:1. HIV/AIDS
    2. HERPES
    3. CANCER of all kind
    4. HSV 1&2
    5. Herpatitis B
    6.Diabetes
    7.HPV
    8.COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
    9.Asthma10.Acute angle-closure Glaucoma
    11.Sickle cells
    12.CHRONIC PANCREATITIS Dr. sikama is capable of curing any type of diseases with his herbal medicine.  etc

    ReplyDelete