Sistem Organ Pada Mamalia, Seperti telah dikatakan
sebelumnya bahwa mamalia merupakan tingkatan tertinggi pada kerajaan hewan. Hal
ini mengakibatkan segala proses yang dilakukan oleh mamalia lebih tinggi
daripada jenis animalia lainnya. Mulai dari sistem pencernaan, pernafasan,
peredaran darah, urogenital, hingga sistem syarafnya. Oleh karena itu perlulah
kita mengetahui tentang karakteristik, struktur tubuh, cara hidup, klasifikasi,
dan habitat dari kelas mamalia beserta peranannya dalam kehidupan manusia guna
menunjang pengetahuan kita. Pada
kesempatan kali ini kita akan membahas tentang sistem organ pada mamalia itu
sendriri.
Sistem Organ Pada Mamalia
1. Sistem Saraf Pada Mamalia
Sitem
saraf mamal berkembang lebih kompleks dibandingkan vertebrata lain. Belahan
cerebrum (otak besar) berasal dari telencefalon, ada lekukan dan tonjolan di
permukaannya sehingga ada ridge atau gyrus dan depresi atau sulkus.
Lapisan luar (korteks) cerebrum
penyusunnya sebagian besar berupa sel saraf, sehingga tampak berwarna abu-abu.
Belahan otak besar sebelah kiri dan kanan digabungkan satu dengan yang lainnya
oleh komisura putih yang disebut dengan carpus
callosum. Lobus olfaktori pada mamal
relatif kecil dibanding dengan vertebrata lainnnya.
Diencefalon
bagian dorsal disebut epitalamus, di lateral disebut dengan talamus, dan di
bagian ventral disebut hipotalamus. Kelenjar pineal terdapat dibagian atap
diencefalon, tetapi tidak menunjukkan struktur seperi mata. Talamus menjadi
pusat penyebaran respon yang penting. Hipotalamus pada mamal terdiri atas 4
bagian yaitu infundibulum, membentuk
tangkai dan lobus posterior kelenjar pituitaria di ventral otak, chiasma nervi opticii dimana syaraf
optik sebelah kiri dan kanan bersilang menuju otak, cinereum diyakini menjadi pusat parasimpatikus dan mammiliary bodies merupakan pusat impuls
olfaktor. Hipotalamus mengontrol sebagian besar fungsi dalam tubuh termasuk
tekanan darah ketika tidur, kandungan air, lemak dan metabolisme karbohidrat,
temperatur tubuh, dan aktivitas ritmis seperti mengganti rambut dan kulit dan
sekresi kelenjar pituitaria.
Fungsi
dari otak tengah pada mamal kurang begitu penting bila dibandingkan vertebrata
lain yang lebih rendah, sehingga yang lebih berperan adalah cerebrum. Otak
tengah dibagi menjadi 4 bagian disebut korpora
quadrigemina. 2 lobus superior berhubungan dengan penglihatan dan 2 lobus
inferior berhubungan dengan pendengaran. Cerebellum, sangat baik
perkembangannya pada mamal sebagai pusat kontrol gerakan tubuh. Persyarafan
cerebellum mamal merupakan struktur khusus dinamakan pons. Pons pada mamal merupakan ciri yang menclok bila dilihat dari
ventral metencefalon. Terdapat tendensi terhadap pendeknya medulla spinalis (spinal cord) atau sumsum tulang tulang
belakang pada mamal. Sistem syaraf pusat dikelilingi oleh 3 lapisan pelindung
atau meninges. Bagian yang paling
dalam berhubungan dengan sistem syaraf itu sendiri, dinamakan piamater (selaput otak lunak). Di luar
piamater adalah arachnoidea. Diantara
keduanya ada celah sub arachnoid yang diisi dengan cairan cerebrospinal. Lapisan paling luar adalah duramater (selaput otak) (Sukiya, 2001).
Mamal
seperti amniota lainnya memiliki 12 saraf kranialis (nervi cranialis). Saraf spinal (nervi
spinalis) pada tulang belakang memiliki radik dorsal dan radik ventral yang
bersatu membentuk saraf spinal utama sebelum muncul pada setiap invertebrata.
Beberapa pleksus dapat ditemukan pada hewan mamal. Pleksus adalah kompleks
saraf yang membentuk bangunan seperti jala yang merupakan hasil dari
penggabungan cabang saraf di ventral tulang belakang. Pleksus yang lain dapat
ditemukan pada bagian servik, brakhial, lumbar dan sakral. Untuk lebih lengkap
mengenai sistem saraf pada mamalia dapat dilihat pada gambar berikut.
Sistem saraf pada mamalia |
2. Sistem Respirasi Pada Mamalia
Sistem
pernafasan (respirasi) pada mamalia tidak sekompleks pada burung. Menurut
Gunderson (1976), paru-paru pada mamalia lebar, namun tidak terdapat kantung
udara seperti pada aves. Di depan celah pada dasar faring terdapat katup tulang
rawan yang dikenal sebagai epiglotis. Udara masui melewati glotis ke laring dan
kemudian masuk dalam trakea. Gerakan udara di dalam trakea didorong masuk oleh
cincin tulang rawan. Udara dari trakea melewati pasangan bronkus utama kemudian
ke dalam cabang bronkhus dan bronkeolus yang lebih kecil, dan akhirnya berhenti
dalam alveoli dimana terjadi pertukaran gas.
Beberapa
mamalia yang hidup di perairan
terjadi modifikasi pada bagian tertentu pada sistem pernafasannya. Modifikasi
ini terjadi akibat adanya adaptasi dari sistem respirasinya dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungan perairan, terutama berupa perkembangan katup untuk
menutup lubang saluran pernafasan di dinding luar tubuh. Ephiglotis pada paus
berfungsi untuk menyalurkan udara ke dalam nasofaring sehingga dapat ditutup
rapat dengan jaringan otot penutup (Sukiya, 2001). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut.
Sistem respirasi mamalia |
Mamal
penyelam yang mampu menyelam paling dalam adalah paus. Pada kedalaman laut
>1000m dengan temperatur air <10°C, spermatozoa paus masih mampu bertahan
hidup selama ±1 jam. Sedangkan pada lumba-lumba menunjukkan alveolusnya yang
melipat untuk mencegah perubahan tekanan gas saat menyelam dan menghindari
narkosis nitrogen. Melipatnya alveolus ini ternyata terjadi pada semua tingkat
kedalaman penyelaman paus. Paru-paru paus tidak lebih besar dari proporsi
ukuran tubuhnya dari pada mamal darat, tetapi toleransi terhadap kapasitas
oksigen dan karbon dioksida di dalam darah lebih besar.
Saat
penyelaman, detak jantung rata-rata berkurang sekitar 10 kali per menit dan
darah secara otomatis akan berhenti dari kulit. Darah dari otot tubuh dan
daerah ekor dialirkan untuk menyuplai ke bagian otak dan jantung. Mamal
penyelam memiliki sejumlah mioglobin berwarna merah gelap yang terletak di
jaingan otot, fungsinya menyerupai hemoglobin yaitu untuk melayani penyediaan
oksigen otot (Sukiya, 2001).
3. Sistem Sirkulasi Pada Mamalia
Menurut Sukiya (2001),
sistem sirkulasi pada mamalia lebih maju daripada vertebrata lainnya, pada
mamalia memiliki ruangan jantung yang terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel.
Atrium kanan dihubungkan dengan ventrikel kanan oleh katub triskuspidalis, sedangkan
atrium kiri dan ventrikel kiri dihubungkan oleh katub mitral atau bikuspidalis.
Lebih jelasnya dapat dilihat gambar perbandingan jantung vertebrata pada gambar
berikut.
Sistem aorta berasal dari
bagian lengkung aorta sebelah kiri, lengkung aorta sebelah kanan menjadi arteri
subklavia kanan. Semua vena kava langsung masuk ke atrium kanan, sedangkan
sinus venosus mereduksi pada saat embrio. Tidak ada sistem portal renalis,
meskipun sistem vena portal hepatic sangat mirip dengan vertebrata lain.
Eritrosit pada mamalia bersifat eukleat (tidak berinti sel) (Sukiya,
2001).
Menurut Brotowidjoyo (2007), sistem
peredaran darah mamalia ada dua yaitu system peredaran darah besar dan system
peredaran darah kecil.
a. Sistem Peredaran Darah Besar (Sistemik)
Peredaran darah besar dimulai dari darah
keluar dari jantung melalui aorta menuju ke seluruh tubuh (organ bagian atas
dan organ bagian bawah). Melalui arteri darah yang kaya akan oksigen menuju ke
sistem-sistem organ, maka disebut sebagai sistem peredaran sistemik. Dari
sistem organ vena membawa darah kotor menuju ke jantung. Vena yang berasal dari
sistem organ di atas jantung akan masuk ke bilik kanan melalui vena cava
inferior, sementara vena yang berasal dari sistem organ di bawah jantung dibawa
oleh vena cava posterior.
Darah kotor dari bilik kanan akan
dialirkan ke serambi kanan, selanjutnya akan dipompa ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis merupakan satu keunikan dalam sistem
peredaran darah manusia karena merupakan satu-satunya arteri yang membawa darah
kotor (darah yang mengandung CO2). Urutan perjalanan peredaran darah
besar: bilik kiri-aorta-pembuluh nadi-pembuluh kapiler-vena cava superior-vena
cava interior – serambi kanan.
b.
Sistem Peredaran Darah Kecil (Pulmonal)
Peredaran darah kecil dimulai dari dari
darah kotor yang dibawa arteri pulmonalis dari serambi kanan menuju ke
paru-paru. Dalam paru-paru tepatnya pada alveolus terjadi pertukaran gas antara
O2 dan CO2. Gas O2 masuk melalui
sistem respirasi dan CO2 akan dibuang ke luar tubuh. O2yang
masuk akan diikat oleh darah (dalam bentuk HbO) terjadi di dalam alveolus.
Selanjutnya darah bersih ini akan keluar dari paru-paru melalui vena pulmonalis
menuju ke jantung (bagian bilik kiri). Vena pulmonalis merupakan keunikan yang
kedua dalam system peredaran darah manusia, karena merupakan satu-satunya vena
yang membawa darah bersih. Urutan perjalanan peredaran kecil: bilik
kanan-jantung-arteri pulmonalis-paru-paru-vena pulmonalis-serambi kiri jantung.
4. Sistem Pencernaan Pada Mamalia
Menurut Kickman (2001), saluran pencernaan mamalia terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Perbedaan
antara sistem pencernaan hewan memamah biak dengan manusia terutama pada
susunan dan fungsi gigi serta lambung.Ada beberapa ciri unik yang menjadi
karakteristik sistem pencernaan mamalia. Umumnya mamalia mempunyai gigi, bibir
biasanya dapat digerakkan kecuali pada Monotremata dan paus. Kelenjar oval
(mulut) khususnya berhubungan dengan sekresi atau pengeluaran lendir. Oleh
karena umumnya mamalia hidup terestial maka kelenjar oral ini untuk menjaga
kelembaban mulut, tunas rasa/kecap di lidah dan membantu menelan makanan.
Beberapa kelenjar yang ada di oral antara lain kelenjar parotis,
submaksilaris dan kelenjar sublingual, dikhususkan sebagai kelenjar saliva
(air ludah). Kelenjar saliva pada beberapa spesies mampu memproduksi enzim amylase
yang kemudian diaktifkan oleh asam klorida untuk mengubah pati menjadi gula
saat makanan berada di dalam mulut (Sukiya, 2001).
Sukiya (2001) juga
menyatakan bahwa beberapa jenis mamalia yang frekuensi nafasnya pendek atau
bernafas cepat biasanya dengan mulut terbuka untuk membantu mengatur
temperature tubuh. pengaturan temperature tubuh ini sebagai hasil dari
evaporasi saliva dan juga evaporasi dari dalam paru-paru. Evaporasi saliva
cenderung membantu mendinginkan tubuh. penggunaan kelenjar saliva secara
ekstrim sebagai pengatur panas dapat dijumpai pada tupai tanah. Spesies gurun
seperti Citellus tereticaudus secara teratur mengeluarkan air ludah atau
liur dan menggosok-gosokkan air ludah di tubuh mereka ketika menderita kepanasan.
Lidah pada sebagaian besar
mamalia, kecuali paus berkembang sangat baik dan bisa bergerak menjulur dan
rektraksi (ditarik kembali) karena adanya sejumlah otot intrinsik. Bagian
permukaan lidah terdapat beberapa tipe papillae yang terhubung dengan
tunas rasa. Gambar tipe papillae dapat dilihat pada gambar berikut.
Tipe papilla |
Esophagus mudah dibedakan
dari lambung kelenjar dan panjangnya tergantung pada panjang leher. Lambung
pada mamalia menunjukkan berbagai macam bentuk dan ukuran yang berhubungan
dengan kebiasaan makan, yaitu dari yang relative sederhana hanya berupa
struktur yang terdiri atas sekelompok ruangan dan ada yang sangat kompleks.
Vampire bat (Demodus rotundus) yang makanannya darah segar dari
korbannya, mempunyai ukuran lambung yang luas untuk penyimpanan. Spesialisasi
lambung ditemukan pada tikus grasshopper (Onychomys) yang merupakan
hewan pengerat kecil. Hewan ini hidupnya tergantung dari serangga dan dengan
demikian harus mampu memproses kitin dalam sistem pencernaannya. Kelenjar
pencernaan pada tikus Onychomys terkonsentrasi
di bagian fundus, sedangkan pada bagian kardia dan pylorus dilindungi
epithelium yang mampu bertahan dari efek abrasi kitin.
Lambung sangat kompleks
ditemukan pada ruminansia (pemamah biak, paus dan sirenian). Lambung hewan
pemamah biak ada 4 bagian, yaitu pertama ruangan penyimpanan temporer disebut rumen.
Makanan dikunyah dan masuk dalam bagain ini dibasahi dan diaduk sampai
berkali-kali kemudian dari sini masuk ke perut kedua yang disebut reticulum.
Kunyahan ini kemudian dikeluarkan lagi (dimuntahkan kedalam mulut ketika
binatang itu sedang istirahat, dan vegetasi dikunyah lagi, ditelan keduakalinya
dan masuk kedalam lambung ketiga yaitu omasum atau pesalterium.
Disini pengadukan dilanjutkan sebagai akibat dari gerak peristaltic dan masuk
ke ruangan keempat disebut abomasums. Selanjutnya makanan yang sudah
tercampur dengan sekresi dari kelenjar pencernaan pada dinding abomasum, kemudian
masuk kedalam duodenum atau bagian anterior usus kecil. Gambar
bagian-bagian penyusun lambung pada ruminansia dapat dilihat pada gambar berikut.
bagian lambung ruminansia |
Usus kecil secara
proporsional panjang dan bergulung-gulung panjangnya berhubungan dengan
kebiasaan makan. Usus kecil hewan herbivora cenderung lebih panjang dari
insektivora atau karnivora. Ada kaikum (usus buntu) pada sambungan
antara kolon dan usus kecil. Kaikum umumnya kecil pada hewan
karnivora, tetapi cukup panjang ada hewan herbivor. Pada Monotremata masih
mempunyai kloaka tetapi bangunan ini tidak ditemukan lagi pada mamal yang lebih
tinggi.
5. Sistem Ekskresi Pada Mamalia
Ginjal
berbentuk seperti biji kacang, ruang median ginjal yang disebut pelvis renalis
berhubungan dengan kandung kemih melalui ureter. Dari kandung kemih
mengeluarkan uretra yang akan mngeluarkan urin melalui saluran urin. Mammalia
dominan sudah memiliki saluran yang terpisah, tidak seperti hewan vertebrata
lain yang menggunakan kloaka. Mammalia memiliki saluran pembuangan sisa
pencernaan melalui anus, urin melalui uretra, dan saluran reproduksi melalui
vagina dan penis.
6. Sistem Reproduksi
Organ
reproduksi pada betina terdiri dari ovaria dan sistem saluran reproduksi.
Saluran reproduksi yang berfungsi untuk mengovulasikan sel telur dan
menyalurkannya ke tempat implantasi yaitu uterus. Saluran reproduksi yang sama
juga menerima sperma dan meyalurkannya ke tempat terjadinya fertilisasi, yaitu
oviduk (Gunderson, 1976).
Kedua
ovarium pada mamalia biasanya fungsional dalam menghasilkan ovum, ada sepasang
oviduk (tuba falopii). Ovarium pada mamalia memiliki 2 fungsi yaitu memproduksi
hormon reproduksi betina yaitu estrogen dan memproduksi gamet betina yaitu ovum
(Gunderson, 1976). Saluran oviduk pada monotremata, hanya bagian kiri saja yang
berfungsi kemudian telur masuk ke kloaka. Bagian distal tuba falopii pada hewan
marsupialia dan plasentalia, diperluas ampai uterus menjadi tempat perkembangan
embrio.
Uterus
hewan marsupialia tinggal sebagian, tetapi hewan plasentalia ada bermacam macam
tingkat penggabungan dari uterus rangkap sampai sederhana. Embrio mamal
dilindungi oleh membran fetal yang disebut amnion. Uterus mamalia memiliki
dinding otot yang tebal, mengandung banyak pembuluh darah yaitu endometrium,
tempat berkembangnya embrio.
Testis
mamalia terletak jauh di posterior tubuh. Testis tersebut ada yang berada di
dalam rongga tubuh atau di luar rongga tubuh yaitu di dalam kantung yang
disebut dengan skrotum. Testis pada spesies mamal tertentu, turun dalam kantung
skrotal hanya selama musim breeding
(kawin). Mamal jantan hanya memiliki satu penis. Pada beberapa mamalia memiliki
bentuk penis S yang disebut dengan sigmoid
flexure dimana bagian pangkal penis dibalut dengan kelenjar penis (glans penis), yang mana memiliki banyak
bentuk. Contohnya pada Opossum (Didelphis
marsupialis) 2 cm dari ujung tampak bifida begitu juga pada Platypus
(Ornithorynchus) dan pada babi (Sus), yang berbentuk spiral atau berbentuk
seperti sekrup (Gunderson, 1976). Penis pada monotremata terletak di dasar
kloaka, tetapi pada mamal tingkat tinggi terletak dalam sarung yang di bagian
eksternalnya membuka ke luar. Mamal dewasa seperti amnioat lainnya, memiliki
jenis ginjal metanefros dan mempunyai kantong kemih. Ginjal mamal tidak hanya
berhubungan dengan eliminasi sisa nitrogen dalam bentuk urea hasil metabolisme
protein, tetapi juga untuk mengatur keseimbangan air tubuh. Fungsi lain dari ginjal
bergantung pada lingkungan, habitat dan tingkah laku hewan. Hal ini dapat
ditunjukkan pada gambar 2.7 berikut.
Sistem urogenital mamalia |
7. Sistem Rangka Pada Mamalia
Sistem rangka pada mamalia banyak mengalami proses penulangan tetapi juga terjadi pengurangan
jumlah elemen rangka tubuh contohnya pada tulang tengkorak. Tulang prefrontal,
postfrontal, postorbital, dan quadrate juga mereduksi dan pada beberapa mamalia
empat tulang oksipital bergabung. Berbagai tingkat penggabuangan tulang
terdapat di daerah sfenoidal. Tulang-tulang presfenoid, orbitosfenoid,
basisfenoid, dan alisfenoid mungkin terpisah atau tergabung dengan
tulang squamosal (squamosum) membentuk tulang temporal (Sukiya, 2001).
Menurut Sukiya (2001), kranium mamalia relatif besar
untukmengakomodasi perkembangan otak. Palatum (langit-langit mulut) umumnya
keras untuk menjaga posisi koana (lubang hidung dalam) di posterior. Tengkorak
bersambung dan bersendi pada tulang servik pertama. Pada premaksila dan maksila
tumbuh gigi, rahang bawah tersusun atas pasangan tulang-tulang dental. Bagian
ujung dari tulang belakang umumnya rata atau accelous atau amfiplatin.
Tulang belakang pada serviks (tulang leher) berjumlah 7 tetapi ada juga
yang hanya 4 buah. Tulang yang berhubungan dengan rahim bersifat fleksibel,
tetapi pada kelompok Cetaea kurang fleksibel akibat dari berbagai macam
tingkat penggabungan.
Hubungan tulang rusuk dengan rongga dada kurang
fleksibel, jumlah pasangan rusuk bervariasi, sekitar 9-24 pasang. Di arah
posterior rongga dada ada tulang pinggul yang kuat dan cukup fleksibel. Tulang
ekor sampai pinggul merupakan tulang belakang yang sangat penting yang
bergabung bersama membentuk sacrum atau tulang selangkang. Tulang ekor
jumlahnya bermacam-macam menurut panjang ekor. Tulang rusuk minimal memiliki
dua kondilus (kepala) yaitu capitulum costa yang merupakan kondilus
bagian ventral yang bersendi pada bagain sentrum vertebra yang disebut parapofisis.
Kondilus yang satu disebut tuberculum costa yaitu kondilus bagian
dorsal yang bersendi pada bagain sentrum vertebra yang disebut diapofisis, sedangkan
tulang iga atau sering disebut true ribs bersambungan langsung dengan
sternum (tulang dada) (Sukiya, 2001).
Sukiya (2001) menyatakan bahwa biasanya mamalia pada
dasarnya memiliki 4 tungkai berjari lima namun pada beberapa
mamalia terjadi modifikasi. Reduksi sering terjadi dalam
jumlah kaki namun pada Cetacea (paus dan sirenia) bagian distal dari
kaki belakang telah hilang. Kelompok mamalia di atas Monotremata mengalami reduksi
korakoid pada bagian gelang bahu, interklavikula juga mengalami reduksi pada
Marsupilia dan Plasentalia. Tulang selangka berkembang baik pada beberapa mamal
tetapi mereduksi atau sama sekali tidak ada pada mamalia yang lainnya.
Pengecualian pada kelompok paus dan sirenia, gelang pinggul terdiri dari 3
elemen tulang pada masing-masing sisi yang pada umumnya digabungkan membentuk
tulang innominate. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut.
Sistem Rangka Pada Mamalia |
8. Sistem Otot Pada Mamalia
Untuk mendeskripsikan sistem otot pada
mamalia sangat sulit karena sangat beraneka ragam bentuknya, kecuali kesulitan
tersebut juga disebabkan oleh kemungkinan susunan metameriknya mereduksi, tidak
seperti umumnya otot. Otot pada ikan lebih dikomsentrasikan pada gerakan
lengkung insang, sedangkan pada mamalia terpusat pada wajah, leher dan juga
punggung. Otot pada mamalia berkembang meliputi otot wajah, otot kelopak mata, otot
hidung dan otot bibir yang mana otot tersebut mampu bergerak atau menggerakkan
kulit ataupun rambut (Sukiya, 2001). Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar berikut.
Otot superfisial pada kuda |
9. Sistem Indera Pada
Mamalia
Bulbus
olfaktori dan lobus olfaktori merupakan bagian utama pada otak mamalia.
Meskipun lobus olfaktori tidak begitu besar dibandingkan pada vertebrata yang
kebih rendah, indera penciuman pada mamal berkembang baik. Indera penciuman tidak hanya untuk mendeteksi
sesama anggota spesies, melainkan juga untuk mendeteksi musuh dan makanan.
Berbeda dengan paus yang tidak memiliki organ penciuman atau perasa, namun
berdasarkan penelitian selanjutnya diketahui adanya organ yang beranalogi
dengan organ olfaktori pada mamalia terestrial. Ditemukan pada semua gigi paus
yang telah diuji epitel berkelenjar pada lubang oralnya, yang diperkirakan
dapat berfungsi seperti kemoreseptor. Kemoreseptor dapat sebagai indera bau
busuk yang tidak dapat dikenali dengan bagian nassal (Gunderson, 1976).
Mata
mamalia pada dasarnya mirip dengan vertevrata lain, walaupun tentu ada
modifikasi sehubungan dengan tingkah laku. Seperti pada bangsa burung, mamal
nokturnal memiliki sel bentu batang pada retinanya lebh doimnan, sementara pada
spesies diurnal sel kerucut pada betina tersebut lebih banyak. Mamal darat
memiliki kondisi emmetropik di udara tetapi menjadi hipermetropik di air.
Otter, mempunyai mata tipe darat tetapi memiliki otot sfinkter yang kuat pada
irisnya sehingga mampu mengubah bentuk lensa agar pandangan menjadi lebih tajam
ketika dibawah air. Maml fosorial seperti tikus mondok (Talpidae) peran dari mata menjadi kurang penting, seperti halnya
pada Dolphin (Palanista gangetcka)
dari India dan Pakistan yang hidup di air keruh.
Indera
pendengaran yang paling berkembang dengan baik adalah pada mamalia. Hanya
mamalia yang memiliki struktur eksternal (Gunderson, 1976). Telinga mamal
memiliki cupping dengan corong suara
memancar ke kanal luar auditori. Di akhir kanal tersebut gelombang suara
menyentuh gendang pendengaran atau membran timpani kemudian di transmisikan
menyeberang ke telinga tengah atau ruang timpani yang dihubungkan oleh tulang
kecil ke kohlea atau telinga dalam. Selanjutnya impuls menuju ke otak melalui
saraf auditori. Bagian dorsal telinga dalam mamal terutama berisi tiga kanal
semisirkular merupakan organ sangat esensial untuk keseimbangan atau orientasi
kedudukan.
Kohlea
umumnya bergulung untuk mengakomodasi peningkatan panjang, tidak lurus seperti
pada reptil dan aves. Telingan bagian tengah berisi 3 osikula yang
menstransmisikan vibrasi dari membran timpani ke telinga bagian dalam. Alat
auditori beberapa mamal menunjukkan spesialisasi. Kelelawar, pausm dan pinniped
mampu mendeteksi suara gema yang dihasilkan sendiri untuk mendeteksi adanya
obyek di lingkungannya saat hewan itu bergerak. Kelelawar menghasilkan suara
berfrekuensi tinggi saat terbang. Navigasi kelelawar menggunakan alat echolocation. Suara tersebut
direfleksikan kembali dari obyek di sekitar berdasar gema dan refleksi yang
diterima berupa keberadaan obyek, ukuran dan bentuknya. Hal ini dapat
ditunjukkan pada gambar berikut.
Sistem echolocation pada kelelawar |
Beberapa
jenis paus menghasilkan suara di bawah air sebanding dengan kelelawar yaitu
mencapai frekuensi 300. 000 siklus per detik. Telinga paus telah teradaptasi
untuk mendengarkan di bawah air sehingga terjadi modifikasi dasar dri tipe
telinga hewan darat karena suara berjalan 4 kali lebih cepat dibanding lewat
udara. Hal ini menimbulkan problem, karena resepsi pada masing masing organ
auditori sangat esensial untuk ketepatan orientasi. Paus telah melakukan
adaptasi dengan mempunyai tulang timpani, dimana kohlea menggantung pada
tengkorak dengan ligamentum dan dikelilingi lubang yang berisi udara atau busa
dengan demikian gelombang suara hanya dapat ditransmisikan ke kohlea dengan
modifikasi khusus ossikel auditori. Pinniped
juga menggunakan echolocation ketika
berenang di bawah air sehingga di daerah gelap total tidak hanya dapat
meletakkan obyek di dalam air dengan kecepatan tinggi juga mampu membedakan
obyek yang berbeda komposisi walaupun sama ukuran dan bentuknya. Spesies
rodentia nokturnal mampu menghasilkan dan mendengar suara berfrekuensi tinggi,
misalnya sensitifitas mencit mencapai 80 khz (Sukiya, 2001).
9. Kelenjar
Endokrin Pada
Mamalia
Sejumlah
hormon dihasilkan oleh berbagai bagian dari kelenjar endokrin. Beberapa hormon
untuk mengatur aktivitas kelenjar endokrin lain. Misalnya kelenjar tiroid,
adrenal dan elenjar gonad, menghasilkan sekresi hormon tirotrofik, adrenokortikotrofik
dan gonadotrofik. Kelenjar endokrin
ada yang berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti pertumbuhan, metabolisme
lemak, karbohidrat, dan sekresi urin.
Kelenjar
pineal di atas diencefalon kurang reseptif terhadap cahaya, lebih difokuskan
pada ritme harian dalam sintesis serotonin, melatonin, dan bahan-bahan kimia
lain dalam situasi kurang cahaya. Melatonin adalah hormon yang mempunyai efek
penghemat pada gonad, serotonin merupakan sumber amine dalam sintesis
melatonin.
Kelenjar
tiroid pada malam terdiri atas 2 lobus
terletak di kanan kiri trake, di posterior laring dan berhubungan dengan
isthmus menghasilkan hormon tiroksin yang kaya iodine. Di daerah tertentu
dimana makanan dan air mengandung iodine rendah, kelenjar tiroid berkembang
abnormal dan kondisi ini dikenal dengan goiter (gondok). Tiroksin sangat
penting dalam metabolisme dan regulasi.
Kelenjar
paratiroid sangat dekat dengan kelenjar tiroid, sangat esensial dalam kehidupan
karena berperan utama dalam metabolisme kalsium. Kelenjar timus, paratiroid,
dan tiroid berasal dari foregut saat embrio, berarti seasal dengan sistem
pencernaan yang merupakan perkembangan dari lapisan mesoderm. Ukuran kelenjar timus
pada usia muda lebih besar dibandingkan mamal dewasa. Kelenjar timus
berhubungan dengan sistem limfatik dalam membentuk antibodi dan menolak okulasi
jaringan. Tikus percobaan yang diambil kelenjar timusnya pada saat lahir
menunjukkan pengurangan kemampuan mensintesis antibodi, tetapi setelah
dilakukan okulasi kemampuan ini menjadi pulih kembali.